Puncta 23.09.22
PW. St. Padre Pio dari Pietrelcina, Imam
Lukas 9: 18-22
“HUMILITY, Humility, and always Humility. Satan fears and trembels before humble soul,” kata Santo Padre Pio.
“Kerendahan hati, kerendahan hati, dan selalu hidup dengan kerendahan hati. Iblis pun gentar dan gemetar di hadapan jiwa yang rendah hati.”
Kata-kata bijak itu tidak hanya dikotbahkan, tetapi Padre Pio menjalaninya dalam kehidupan sehari-hari.
“Aku hanya ingin menjadi biarawan miskin yang berdoa.” Lanjutnya.
Kendati dia dikaruniai stigmata (luka-luka Yesus) di tangan, kaki dan lambungnya, namun dia tetap hidup sederhana di biara kecil di Rotondo, Italia.
Yesus menghendaki dia menyatukan diri dengan sengsara-Nya demi keselamatan manusia, khususnya bagi para imam tertahbis.
Ia menggunakan banyak waktunya untuk berdoa dan menerima pengakuan dosa.
Dia pernah berkata, “Dalam Kitab-Kitab Suci, kita mencari Tuhan, dalam doa kita menemukan-Nya. Doa adalah kunci untuk membuka hati Tuhan.”
Kendati banyak orang dari segala penjuru dunia mencari dia, tetapi dia dengan rendah hati taat pada atasan untuk tinggal di biara di kota kecil.
Ia bisa menjadi orang yang sangat populer, tenar karena anugerah stigmatanya, tetapi Padre Pio hidup tersembunyi dan hanya mencari apa yang dapat menyenangkan Tuhan.
“Jika anda bisa merasakan sakitnya pengalaman keberdosaanmu sendiri, anda berada di awal kerendahan hati yang sejati.” Nasehatnya pada seorang peniten.
Ia sendiri menghayati sebagai seorang biarawan sederhana dan berdosa.
Kutipan Injil hari ini juga mengajak kita pada semangat Kristus yang merendahkan diri-Nya.
Ketika para murid ditanya tentang siapa Dia menurut orang banyak, mereka menyebutkan nama-nama tokoh terkenal seperti Yohanes Pembaptis, Elia atau nabi-nabi hebat zaman dahulu.
Petrus saking semangatnya juga menyebutkan Yesus sebagai Mesias dari Allah. Tidak mau kalah dengan tokoh-tokoh lainnya.
Tetapi Yesus tidak tergoda oleh popularitas dan kehebatan para tokoh itu. Ia justru melarang keras para murid untuk tidak membesar-besarkan Diri-Nya.
Ia justru menjelaskan bahwa Mesias itu harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan Ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh.
Mesianitas Yesus bukan Mesianitas yang hebat, terkenal tetapi Mesias yang menderita demi keselamatan manusia.
Yesus taat pada perintah Bapa-Nya untuk menderita salib – bentuk perendahan Diri – karena cinta-Nya kepada Allah dan manusia.
Kita pantas bersyukur punya contoh sikap kerendahan hati yang dihayati St. Padre Pio di abad modern ini.
Kita orang berdosa ini juga dimungkinkan menjadi kudus dengan menghayati sikap kerendahan hati.
Pergi ke Purwokerto mencari mendoan,
Sungguh nikmat dimakan bersama-sama.
Marilah kita sering berdoa pada Tuhan,
Karena doa adalah kunci buka hati-Nya.
Cawas, mohon kerendahan hati….