SANTO Kamilus de Lellis adalah adalah pendiri Ordo Kamilian.
Ia lahir 25 Mei 1550, di Bucchianico, Italia. Sebagai anak tunggal dari seorang ayah perwira tentara Kerajaan Venezia waktu itu yang bernama Yohanes de Lellis. Ibunya seorang ibu rumah tangga yang baik dan saleh bernama Camilla.
Kamilus lahir, ketika mamanya telah berusia 60 tahun.
Ketika lahir, dia diberi nama Kamillus de Lellis. Kamilus mengikuti nama mamanya. De Lellis dari nama ayahnya. Nama Kamilus diambil, karena menurut mereka, berkat doa mamanya yang tiada henti, maka Kamillus akhirnya dilahirkan.
Mimpi salib merah
Sewaktu dalam kandungan, mamanya bermimpi, melihat barisan kaum muda, berjubah putih dan bersalib merah di dadanya.
Yang paling depan adalah berpostur tinggi besar. Ada suara yang mengatakan, “Yang paling depan itu adalah anakmu.”
Saat itu, Camilla selalu cemas dan takut, jika anaknya akan menjadi pemimpin penjahat kelak. Karena barisan itu seperti barisan anak muda yang dituntun ke tempat hukuman. Sebab salib di dada mereka itu bisa jadi adalah lambang hukuman.
Maka dia selalu berdoa, agar anaknya tidak demikian.
Ketika lahir, semua tetangganya takjub, melihat anak itu sehat dan berpostur besar. Dan dia diberi nama baptis Kamilus, mengikuti nama mamanya.
Masa remaja sangat nakal
Kamilus kemudian bertumbuh besar dan sehat. Namun sejak umur 7 tahun, dia memiliki kebiasaan kasar, suka berkelahi, dan berjudi. Hal itu membuat mamanya ingat akan mimpi dan ketakutannya saat hamil.
Sekarang, mimpi seolah menjadi kenyataan. Namun demikian, setiap kali mamanya yang semakin tua mengingatkan Kamilus akan mimpi itu, dia selalu mengelak dan menyangkal.
Waktu Kamilus berusia 13 tahun, mamanya meninggal. Dia lalu diurus oleh keluarga kerabatnya, lantaran ayahnya selalu pergi perang.
Sakit di tumit tak kunjung sembuh
Jadi, bisa dikatakan, Kamilus kurang kasih sayang dan perhatian orangtua di masa kecilnya. Tapi Kamilus justru merasakan lain. Dia merasakan kasih sayang yang besar dari mamanya. Dan hal itu terungkap dalam spiritualitasnya kelak.
Di usia 17 tahun, Kamilus ikut ayahnya jadi tentara. Namun karena sering melakukan perjalanan jauh, Kamilus mendapat luka di tumit kaki kanannya yang kemudian tidak bisa disembuhkan sampai akhir hayatnya.
Beberapa kali dia masuk rumah sakit, lalu sembuh sedikit, kemudian kembali beraktivitas, dan lukanya pun kambuh lagi.
Sekitar usia 22 tahun, ayahnya meninggal. Usia tua. Maka Kamilus kehilangan tuntunan dan panutan hidupnya. Sementara kebiasaan buruknya berjudi masih kuat, sampai dia jatuh miskin, dan menjadi pengemis.
Lalu dia menjadi pekerja buruh bangunan di biara Kapusin di San Giovani Rotondo sekarang. Karena keuletannya, dia diminta para biarawan untuk menjadi kurir mereka, dari biara ke biara. Dan saat itu, Kamilus mulai merasa berdosa dan bertobat.
Bertobat dan gagal menjadi Kapusin
Di usianya ke-25, dia benar-benar bertobat dan mau memulai hidup baru. Lama kelamaan, dia tertarik untuk menjadi biarawan Kapusin. Dia diterima di Novisiat. Tapi karena sakit di kakinya kambuh lagi, dia dikeluarkan.
Dan dari situ, dia masuk rumah sakit St, Yakobus di Roma, tempat di mana orang berpenyakit seperti dia dirawat kala itu.
Sambil merawat dirinya, dia melamar jadi staf perawat di rumah sakit itu. Karena keuletannya bekerja, dia diangkat jadi wakil direktur rumah sakit itu, yang mengurusi bagian kepegawaian, perawatan pasien dan makan minum pasien.
Cintanya kepada pasien membuat dia melakukan banyak reformasi di sana. Mulai dari makanan, dan juga cara merawat pasien. Dia mau supaya pasien diberi makanan yang baik dan dirawat lebih manusiawi dengan penuh kasih sayang.
Kemudian, dia mengumpulkan beberapa relawan para dokter dan perawat yang ingin melayani pasien dengan penuh kasih, secara sukarela, tanpa memperhitungkan gaji.
Ordo Kamilian
Kompok itu kemudian bertumbuh besar. Dan menjadi awal mula lahirnya Ordo Kamilian sekarang. Karena dia bukan dari kalangan imam, maka dia terpaksa kuliah menjadi imam. Di usia 30-an tahun dan ditahbiskan usia 34 tahun.
Setelah itu barulah dia dia bisa mendaftarkan kelompoknya menjadi sebuah Ordo Religius dalam Gereja Katolik. Dan tahun 1586, dia meminta Salib Merah yang muncul di mimpi mamanya sebagai lambang ordonya.
Salib itu bukan lagi lambang hukuman, tetapi lambang kasih dan pengorbanan dalam melayani orang sakit, serta lambang Ordo Kamilian itu sendiri.
Spiritualitas Ordo
Spiritualitas Kamilus adalah melayani orang sakit, seperti seorang ibu yang merawat anak tunggalnya yang sakit. Dia tergerak oleh kisah Orang Samaria yang baik hati dan kisah pengadilan terakhir dalam Kitab Suci, sehingga dia menjadikan motonya:
“Menjadi Kristus –seperti orang samaria yang baik hati– bagi orang sakit dan menemukan Kristus dalam diri orang sakit –seperti pesan Yesus: Apa pun yg kamu lakukan untuk orang kecil-sakit, kamu lakukan untuk Aku.”
Ordo Kamilus yang dia dirikan ini memusatkan pelayanannya bagi orang sakit atau berkarya di bidang kesehatan.
Dia sendiri pun menghabiskan sisa hidupnya dalam melayani orang sakit, baik di rumah sakit, penjara, jalan-jalan, maupun di rumah pasien sendiri.
Dia meninggal tanggal 14 juli 1614. Dan saat itu, atas persetujuan Vatikan, jantungnya diambil dan disimpan. Tidak ikut dikuburkan.
Hal itu dilakukan pengikutnya. karena mereka merasa bahwa cinta yang tulus dan ikhlas kepada orang sakit yang dimiliki Kamilus itu berasal dari hatinya.
Sampai saat ini, jantung itu sudah mengeras dan disimpan di rumah induk Kamilian di Roma. Banyak orang berziarah ke sana memohon kesembuhan dan memohon keturunan, dan doanya terkabul.
Santo Pelindung Orang Sakit dan Rumah Sakit
Kemudian, dia diangkat menjadi Santo Pelindung Orang Sakit, rumah sakit, para dokter dan perawat. Pestanya setiap 14 Juli.
Sampai saat ini, para romo dan bruder Kamilian berkarya di lebih dari 40 negara, dan bermisi di bidang kesehatan atau melayani orang sakit.
Di Indonesia, Kamilian hadir tahun 2009. Dimulai di Maumere. Kemudian berkembang dengan membuka rumah formasi di Ruteng dan Kupang.
Pelayanan para frater dan romo Kamilian semuanya di bidang kesehatan.
Seminari St. Kamilus di Maumere
Saat ini, di Maumere, di Seminari St. Kamilus, ada 68 frater yang sedang kuliah filsafat dan teologi di STFK Ledalero, sambil menjalankan formasinya.
Mereka ikut aktif dalam pelayanan terhadap pasien gangguan jiwa, keluarga tak mampu, anak kurang gizi, dan kunjungan rutin dan pendampingan terhadap pasien di RSUD Maumere dan RS Katolik Kewapante, serta di rumah-rumah penduduk di sekitar seminari.
Nama Seminari St. Kamilus itu diambil dari nama pendiri, St. Kamilus de Lellis sendiri.
Kami mohon doa dan dukungannya agar misi dan pelayanan Kamilian berhasil baik di Indonesia.