PARA orangtua sangat berbahagia menyaksikan anaknya berhasil dalam studi dan diwisuda. Apalagi ketika anaknya lulus dengan predikat terbaik dan mendapat penghargaan khusus.
Guru-guru yang baik dan bijaksana amat bangga mengetahui bahwa para mantan muridnya berhasil dalam hidupnya. Mereka merasa ikut berkontribusi dalam sukses itu. Mereka tidak iri mengetahui bahwa para muridnya jauh lebih sejahtera daripada dirinya.
Itulah yang dilakukan Yohanes Pembaptis. Sejak awal kedatangannya, ia sungguh sadar bahwa tugas utamanya adalah menyiapkan jalan bagi kedatangan Tuhan.
Ia mengajak umat Israel untuk bertobat; mempersiapkan diri, menyambut Tuhan yang akan datang. Ia membimbing mereka kepada Sang Guru Kehidupan.
Sebagai sahabat mempelai pria dia berbahagia mendengar suara sang mempelai. Tatkala menyaksikan bahwa sang mempelai pria bertemu dengan mempelai wanita, bersukacitalah Yohanes Pembaptis.
Dalam Kitab Suci, relasi antara Tuhan dan umat-Nya sering digambarkan dalam hubungan kasih antara suami dan isteri (Yes 54: 4; Yer 2: 2; Hos 2: 19).
Yang terpenting dalam pesta pernikahan adalah mempelai pria. Sahabat terbaiknya ikut bersukacita.
Karena itu, Yohanes berseru tentang sahabat dan dirinya, “Dia harus makin besar dan aku harus makin kecil” (Yoh 3: 30).
Inilah semangat sejati sikap hidup orang beriman.
Dalam hidupnya Tuhan mesti semakin dimuliakan. Bukan dirinya yang ditonjolkan.
Namun, kini banyak orang menggunakan agama dan Tuhan untuk meraih keuntungan dirinya.
Misalnya, menjual Tuhan untuk popularitas diri, keuntungan ekonomi atau politik.
Mereka gagal menjadi sarana kemuliaan bagi Tuhan.
Sabtu, 8 Januari 2022