Bacaan 1: Yer 31:1 – 7
Injil: Mat 15:21 – 28
ORANG-orang Yahudi menganggap cuma bangsa merekalah yang “orang-manusia”, sedangkan non Yahudi adalah “asu” (termasuk saya).
Menurut mereka, Yahudi adalah umat pilihan Allah (anak-anak, ‘Am Segulah); sedangkan bangsa lain tidak berhak menerima berkat Allah. Bangsa-bangsa lain lebih rendah dari mereka, dan sebagainya.
Dalam bacaan hari ini, kita disuguhkan sebuah drama percakapan antara Tuhan Yesus dan seorang wanita kafir (non Yahudi) yang berasal dari Siro Fenisia. Seorang Kanaan yang oleh orang Yahudi dianggap lebih rendah martabatnya seperti “asu”.
Namun, ia bukan “asu” liar (suka makan di tempat sampah) tetapi “asu kirik” yang dipiara sehingga pantas duduk di bawah meja tuannya, menanti remah-remah roti serta bermain dengan “anak-anak” (bangsa Yahudi).
Ketangguhan iman seorang kafir itu akhirnya membuahkan hasil, ia mendapatkan apa yang diinginkannya. Wanita itu membuka percakapan dengan sebuah doa dan menyebut Yesus sebagai Tuhan dan Anak Daud, seorang kafir namun mampu mengakui keilahian Yesus.
Tetapi oleh Yesus dijawab bahwa pelayanan-Nya di dunia sebelum kematian-Nya hanyalah diperuntukan bagi orang Yahudi saja (“anak-anak”)
Wanita itu bertahan dalam permohonannya kepada Yesus. Meski wanita itu dikatakan sebagai “asu kirik”, namun ia tetap bergeming sambil memohon lebih dalam, “Tuhan, tolonglah aku…sebab anjing pun makan dari remah-remah tuannya.”
Pernyataan iman ini mengesankan Tuhan Yesus sehingga Ia pun menyembuhkan anak ibu itu.
Dalam nubuatnya, Nabi Yeremia mengumumkan kabar gembira mengenai kepulangan orang-orang sisa Israel dari pembuangan dan menekankan kasih Allah bagi Israel. “Aku mengasihi engkau dengan kasih yang kekal”.
Sebuah gema kegembiraan orang buangan yang kembali ke negeri makmur nan penuh sukacita setelah menjalani hukuman berat dari Allah akibat ketidak setiaan mereka, sebab Allah adalah kasih.
Pesan hari ini
Injil pertama-tama memang harus diwartakan kepada orang-orang Yahudi baru kemudian kepada non Yahudi. Rencana keselamatan Allah memang memberi tempat khusus bagi orang-orang Yahudi namun demikian, Tuhan juga memperhatikan iman yang tangguh dari orang-orang non Yahudi.
Setelah orang Yahudi (tuanku) kenyang, maka sebagai “asu kirik” saya berhak makan remah-remahnya. Jangan pernah menyerah dalam doa, sebab Tuhan mendengarkan doa “asu kirik” yang tangguh imannya.
“Jika kita diberi umur panjang, maka manfaatkan untuk berkarya dengan sebaik-baiknya sebab hidup harus menjadi berkat, gunakan maskermu dan tetap jaga jarak.”
Bersatu Melawan Coronavirus