Renungan Harian
Minggu, 14 Agustus 2022
Hari Raya SP. Maria Diangkat Ke Surga
Bacaan I: Why. 11: 19a; 12: 1-6a. 10ab
Bacaan II: 1Kor. 15: 20-26
Injil: Luk. 1: 39-56
“ROMO, sering kali ketika mendengarkan Injil, saya menjadi sedih dan bingung. Saya sering bertanya dalam diri saya: Saya ini orang yang beruntung, orang yang diberkati atau orang berdosa? Dalam Injil, Tuhan Yesus seringkali mengecam orang-orang yang kaya; sejauh saya menangkap orang-orang miskin lebih beruntung dan lebih mudah untuk masuk surga dibandingkan dengan orang kaya.
Saya bukan orang kaya, tetapi saya sejak lahir sudah hidup dengan kecukupan. Saya tidak pernah kekurangan mungkin sedikit berlebih malah. Saya mendapatkan fasilitas yang baik dari orangtua dan setelah selesai kuliah saya sudah disediakan usaha yang sekarang saya kembangkan.
Sejak kecil saya selalu mendengar orangtua yang mengatakan bahwa apa yang kami terima itu adalah berkat dari yang di atas.
Sejak kecil -meskipun saya mendapatkan fasilitas luar biasa- orangtua saya selalu mendidik kami untuk bekerja keras.
Menurut orangtua kami, orang yang malas orang yang dibenci oleh yang di atas sedang orang yang kerja keras orang yang disayang oleh yang di atas sehingga diberi kelimpahan rezeki.
Romo, orangtua saya juga mendidik kami untuk tidak memudahkan memberi ke orang lain. Orangtua mengajarkan kalau mau menolong orang dengan cara memberi pekerjaan bukan dengan memberi uang begitu saja.
Karena, menurut orangtua saya, kalau kami memberi uang begitu saja maka hanya akan membuat orang menjadi malas. Maka banyak orang menganggap kami ini pelit, padahal bukan seperti itu.
Itulah situasi saya. Saya selalu terganggu dengan pertanyaan itu, saya ini orang yang terberkati, beruntung atau berdosa? Sejujurnya saya merasa menjadi orang yang selalu dikecam oleh Tuhan Yesus,” seorang bapak muda bertanya.
“Bapak, kiranya Injil yang sering kali nampak mengecam orang kaya hendaknya tidak dimengerti begitu saja. Maksud saya jangan diartikan bahwa Tuhan Yesus membenci orang kaya dan orang kaya tidak dapat masuk surga.
Pertama, pada masa itu dan kiranya juga masih ada sampai sekarang ada pandangan bahwa orang yang kaya itu orang terberkati sedangkan orang yang miskin itu orang terkutuk. Tuhan mau membongkar pandangan yang semacam itu.
Injil menegaskan bahwa orang yang miskin dan orang sederhana tidak mempunyai apa untuk diandalkan maka lebih mudah mengandalkan Tuhan; sedang orang kaya seringkali mengandalkan kemampuannya sendiri.
Kedua yang lebih penting adalah ajakan untuk orang-orang kaya untuk ikut bertanggung jawab atas kehidupan saudara-saudaranya yang kurang beruntung. Orang kaya diajak menjadi tanda belas kasih Allah bagi mereka yang kurang beruntung. Bapak kiranya kecaman-kecaman yang muncul adalah untuk mengingatkan akan tanggung jawab itu,” jawab saya mencoba menjelaskan.
Sebagaimana sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan dalam Injil Lukas, kritik terhadap orang kaya berfungsi sebagai pengingat akan tanggung jawabnya.
“Ia melimpahkan segala yang baik kepada orang yang lapar, dan menyuruh orang yang kaya pergi dengan tangan hampa.”