Saya Siap

1
411 views
Ilustrasi - Penguburuan jenazah sakit Covid-19 oleh aktivis kerasulan awam dari Paroki Herkulanus Depok oleh pasutri Thomas Suhardjono dan Monika. (Dok. Thomas & Monika)

Renungan Harian Minggu, 6 Februari 2022

Minggu Biasa V

  • Bacaan I: Yes. 6: 1-2a. 3-8
  • Bacaan II: 1Kor. 15: 1-11
  • Injil: Luk. 5: 1-11

“SAYA dipilih menjadi Ketua Lingkungan, bukan karena saya hebat atau luar biasa, tetapi karena tidak ada yang mau menjadi Ketua Lingkungan lagi.

Saya mau, karena memang harus ada yang menjadi Ketua Lingkungan, kalau tidak menjadi aneh.

Saya mau menjadi Ketua Lingkungan, bukan merasa bahwa saya terpanggil untuk melayani atau ada kesadaran akan tugas pelayanan; bukan karena alasan-alasan rohani seperti itu.

Lebih tepatnya saya didorong dan diceburkan menjadi Ketua Lingkungan.

Di lingkungan saya, sebagian besar warga adalah keluarga-keluarga sederhana dan juga sepuh-sepuh. Oleh karena itu tugas sebagai Ketua Lingkungan menjadi lebih berat, karena melayani yang sepuh-sepuh.

Suatu kali ada warga kami yang meninggal. Beliau seorang janda tinggal dengan anaknya. Keluarga ini amat sederhana, kehidupan sehari-hari mengandalkan anaknya.

Saat ibu itu meninggal, saya dihubungi oleh tetangganya; saya segera menuju ke tempat ibu itu, meski seharusnya saya berangkat kerja. 

Sesampainya di tempat itu, jenazah masih terbaring di kamar belum diurus apa pun, bahkan juga belum memanggil dokter untuk memastikan tentang kematian.

Saya segera menghubungi dokter dan membantu membereskan rumah agar layak untuk menyemayamkan jenazah.

Keluarga ternyata tidak tahu dan tidak punya bayangan bagaimana mengurus jenazah.

Saya menghubungi warga lingkungan untuk membantu mengurus jenazah.

Syukur pada Allah warga lingkungan mau membantu, bahkan ada yang rela memandikan jenazah dan menyiapkan semuanya.

Saya menghubungi Amal Pemakaman Katolik untuk mendapatkan peti dan tempat pemakaman.

Singkatnya semua dapat diurus dengan baik dan jenazah dapat diantar ke peristirahatan dengan layak.

Sepulang dari makam, entah mengapa ada perasaan bahagia dalam diri saya.

Perasaan bahagia, bukan karena kebanggaan saya bisa mengurus warga yang meninggal, tetapi saya mengalami Tuhan yang begitu baik.

Saya yang tidak tahu apa-apa untuk mengurus jenazah, tetapi dimampukan; semua hal seolah-olah lancar tanpa halangan apa pun.

Di saat seperti itu saya tidak tahu kenapa dan bagaimana tetapi saya merasakan Tuhan itu begitu dekat.

Pengalaman bahagia itu membuat saya merasa kecil dan hina, karena saya boleh mengalami Tuhan yang begitu dekat.

Pengalaman pertama itu membuat saya tidak ragu lagi untuk membantu warga yang meninggal dan tidak punya keluarga lagi.

Saya percaya Tuhan pasti membantu saya. Dan selalu perasaan bahagia muncul ketika semua sudah selesai.

Ada perasaan bahwa saya menghantar saudara saya kembali kepada Allah dan Bapanya.

Di tengah kesibukan saya dalam bekerja saya dengan senang hati melayani warga, bukan karena saya hebat tetapi karena saya menemukan pengalaman bersama dengan Tuhan.

Maka ketika di paroki dibentuk pelayanan kedukaan, dan ditawarkan siapa yang mau, saya langsung mengatakan: “Saya siap.”

Pengalaman saya yang kecil dan hina tetapi “didatangi” Tuhan membuat saya selalu siap untuk dipakai,” seorang bapak syering dalam sebuah pertemuan.

Sebagaimana sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan dalam Kitab Yesaya, pengalaman kekaguman akan yang ilahi menjadi Yesaya menyediakan diri untuk menerima tugas dari Allah.

“Inilah aku, utuslah aku.”

1 COMMENT

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here