USAI Perayaan Ekaristi dilakukan penyambutan atas para pejabat Provinsi Sumut, Walikota Medan dengan tarian Melayu.
Bapak Walikota Medan Mumammad Bobby Afif Nasution dalam sambutannya mengakui, para suster SFD sudah banyak berperan serta dalam memajukan pendidikan dan bergerak di bidang kesehatan serta sosial.
Walikota Medan mengajak para suster Kongregasi SFD terus bekerjasama dengan pemerintah kota Medan; terutama dalam menangani masalah narkoba di kalangan remaja di kota Medan; lewat pendidikan di sekolah-sekolah SFD.
Kurikulum pendidikan bercorak spiritualitas SFD
Selain itu juga dilakukan launching atau penyerahan draf Kurikulum Pendidikan kepada Pimpinan Umum SFD Indonesia yang narasinya dibacakan oleh Hendykiawan.
Momen 100 tahun bagi Kongregasi SFD sebagai kesempatan untuk meneruskan dan menyegarkan kembali semangat para misionaris SFD. Guna membangun pendidikan yang lebih baik lagi di Indonesia dan ditandai dengan Penyusunan Kurikulum Pendidikan.
Semoga dengan Kurikulum Ke-SFD-an ini pendidikan di Indonesia semakin maju.
Penyerahan Kurikulum Pendidikan ke-SFD-an
Dalam kata sambutannya, Ministra Umum Kongregasi Sr. Imelda Tampubolon SFD mengatakan, perjalanan waktu selama rentang 100 tahun SFD hadir dan melayani di 11 Keuskupan di Indonesia terkadang mengalami keberhasilan dan kemajuan.
Namun, ada kalanya juga merasa gagal dan terkadang dituntut untuk berhenti dan berefleksi. Semua pengalaman itu dibingkai dalam doa dan sebuah harapan yang baik.
Kharisma tarekat “In Providentia et Humilitate Dei”
Menghadapi situasi yang demikian menuntut suatu sikap harus berani bersujud dan berlutut di kaki Dia yang telah mengutus.
In Providentia et Humilitate Dei adalah kharisma dan spiritualitas Ibu Pendiri yang tetap dihayati oleh para pendahulu.
Semangat dan kharisma ini selalu tetap hidup di dalam diri para Suster Misionaris yang tiba di Indonesia dengan satu tekad. Yakni, hidup religius harus diteruskan dengan misi karya pendidikan.
Di usia yang 100 tahun ini, tentunya SFD memiliki mimpi yang besar disertai doa dan harapan yang baik. Di tengah zaman yang selalu berubah, SFD ingin menjadi Saudari Dina sesuai dengan motto yang dihidupi dan diperjuangkan yaitu bersukacita dalam kedinaan.
Dengan hidup dalam kedinaan, berarti membiarkan Tuhan bebas berkarya dan bertindak dalam hidup dan karya pelayanan SFD setiap hari.
Nilai Karakter ke-SFD-an
Kongregasi SFD akan terus setia menyelenggarakan pendidikan formal maupun non formal yang bersifat keagamaan, sosial dan kemanusiaan.
Ada usaha terus-menerus untuk memberi pelayanan kepada mereka yang miskin dan lemah; khususnya pembinaan kaum muda yang berkesinambungan dan sesuai arah dan tujuan karya pendidikan SFD.
Karya pendidikan terus bertumbuh, berkembang, dan meluas hingga saat ini. Partisipasi para suster SFD dalam pelayanan pendidikan tak lain sebuah usaha untuk mencerdaskan anak Indonesia.
Melalui warisan rohani pendiri dan para pendahulu, Kongregasi SFD berusaha menanamkan nilai-nilai semangat, saudara, dan rendah hati di unit karya SFD.
Tiga karakter nilai ke-SFD-an di pendidikan
Sering juga dikenal dengan pendidikan karakter ke-SFD-an yaitu Semangat, Fratemitas dan Dina.
Nilai karya inilah yang diwartakan secara terus-menerus tanpa henti agar menjadi kebiasaan atau budaya yang baik.
Selanjutnya bertumbuh dan berkembang dalam diri setiap guru, pegawai, dan anak didik serta orangtua siswa.
Demikianlah sampai saat ini para suster SFD berdayung-dayung mewartakan kasih Tuhan.
37 komunitas di 11 keuskupan
Seabad Kongregasi SFD hadir di Indonesia telah menumbuhkan:
- 37 komunitas-komunitas di 11 keuskupan.
- Sekolah TK 17 unit.
- SD 11 unit.
- SMP 9 unit.
- SMA 2 unit.
- SLB 2 unit.
- Klinik 11 unit.
- Apotik 1 unit.
- Wisma lansia 2 unit.
- Asrama 12 unit.
Semoga Allah yang telah memulai dan mengerjakan segala sesuatu yang baik dari Pendiri Kongregasi SFD Muder Konstansia van der Linden dan para suster pendahulu senantiasa diberkati dan dalam lindungan Tuhan dalam karya-karya selanjutnya. (Selesai)
Ref: Situs Resmi Kongregasi SFD