Bacaan 1: Yes 49:1-6
Injil: Injil: Yoh 13:21-33. 36-38
KADANG sering terdengar sebuah kalimat, “ah jawabannya klise banget”. Jawaban yang sering diartikan sebagai sesuatu yang basa-basi.
Mungkin saja, jawabannya benar tapi karena sudah sering diucapkan malah jadi kehilangan makna. Apa yang dikatakan seolah tidak tulus, bersifat menghibur saja padahal suasananya tidak demikian.
Dalam masa pra paskah ini kita disuguhi bacaan-bacaan yang meneguhkan iman. Ajakan untuk bertobat dan dengan mudahnya selalu mengatakan, “Tuhan saya akan bertobat.”
Namun kenyataan, selalu gagal bertobat.
Dalam suasana perpisahan antara Tuhan Yesus dan para murid, ada beberapa nubuat bagi mereka.
Yudas Iskariot dinubuatkan akan mengkhianati-Nya serta Petrus yang dinubuatkan akan menyangkal-Nya sebanyak tiga kali sebelum ayam berkokok.
Namun mereka tetap tidak mampu menangkap nubuat tersebut, saat dikatakan-Nya.
Bahkan Petrus memberi jawaban ‘klise’ yang mungkin saja membuat Tuhan Yesus jengkel. Ia mengatakan rela memberikan nyawanya untuk Yesus. Padahal pada kenyataannya ia dan para murid lainnya kabur saat Tuhan Yesus menjalani kisah sengsara-Nya.
“Nyawamu akan kau berikan bagi-Ku? Sesungguhnya Aku berkata kepadamu: Sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali.”
Sebuah kalimat yang secara implisit menggambarkan kejengkelan hati-Nya saat menanggapi pernyataan Petrus yang terkesan ‘klise’.
Setiap orang telah dipilih untuk diutus sejak dalam kandungan. Setiap orang akan menjadi “sang hamba” yang akan menjalankan setiap kehendak-Nya.
Nabi Yesaya bernubuat tentang tugas pengutusan “sang hamba” yang diidentikkan dengan bangsa Israel. Bangsa Israel telah dipilih dan mendapat panggilan Allah menjadi “terang bagi bangsa-bangsa” untuk mengenal Allah.
“Tetapi Aku akan membuat engkau menjadi terang bagi bangsa-bangsa supaya keselamatan yang dari pada-Ku sampai ke ujung bumi.”
Namun pada kenyataannya tugas itu gagal dijalankan mereka, bahkan menolak Yesus sebagai Mesias.
Pesan hari ini
Jangan memberi jawaban ‘klise’ (tidak tulus) kepada Tuhan, sebab Ia tahu isi hatimu.
Setiap orang memiliki panggilan pengutusan sejak ia masih dalam kandungan. Pahami pengutusanmu.
“Melalui sebuah ketulusan, seseorang akan belajar makna dari sebuah keikhlasan dalam kehidupan. Tetaplah pakai maskermu dan jaga jarakmu.”