Sedihnya Dianggap Anak Durhaka, Penyebab Kematian Ibu

0
621 views
Ilustrasi - Saling tuding saling tuduh kesalahan orang lain. (Ist)

Jumat, 2 Juli 2021

Kej.23:1-4.19.24:1-8.62-67. Mat.9:9-13.

BANYAK orang yang cenderung menganggap dirinya lebih benar daripada orang lain.

Kita dengan cepat melemparkan kesalahan pada orang lain. Bahkan lalu berusaha menghidari orang-orang yang menurut kita kurang baik.

Ada banyak pertimbangan di balik sikap ini.

  • Takut dianggap jahat seperti orang-orang itu.
  • Takut diperlakukan secara tidak baik oleh orang-orang itu.
  • Merasa tidak pantas untuk bergaul dengan orang semacam itu.

Orang yang dianggap salah itu seperti orang yang terpapar covid 19, dihindari bahkan diisolasi.

Jangan kontak dengannya.

“Itulah yang saya alami. Bapak dan saudara-saudaraku menolakku pulang, karena kematian ibu seakan akulah penyebabnya,” kata seorang ibu menceritakan kepahitannya.

“Bahkan ketika jenazah ibu masih di rumah dan akan diantar ke makam, bapak dan saudaraku melarangku melihat jenazah ibu untuk terakhir kali. Bahkan masuk rumah pun saya tidak boleh,” tuturnya dengan sedih.

“Waktu itu, saya hanya diam di depan rumah. Duduk dengan para pelayat yang lain. Tetapi hatiku menjerit sedih,” lanjutnya dengan sedih.

“Saya memang salah. Harapan tinggi ibuku saya hancurkan. Keluarga yang saya bina hancur. Inilah yang menjadi penyebab ibuku sakit hingga meninggal. Demikian menurut bapak dan saudaraku. Ibu meninggal, karena memikirkan aku,” jelasnya.

“Bapakku adalah orang yang paling keras mengusirku dari rumah,” katanya.

Untung dan malang siapa yang tahu dalam hidup ini. Karena roda kehidupan berputar dan segalanya akan mungkin terjadi.

“Keadaan keuangan bapak dan saudaraku anjlok dalam beberapa waktu, setelah ibu meninggal. Dulu mereka yang bisa segalanya. Kini harus saya ditopang,” katanya.

“Meski demikian, di mata mereka -khususnya bapak- aku anak durhaka. Aku tetap bersalah,” kisahnya.

“Kini di usia senja, bapakku tinggal bersamaku. Meski dia tidak berubah menjadi lebih lembut. Ia selalu mengungkit soal kematian ibu. Menekankan kepadaku bahwa akulah penyebabnya,” katanya.

“Saya menerima bapak dengan senang hati. Karena ini panggilanku, bakti hidupku padanya. Meski dia tidak pernah bisa menerima diriku apa adanya. Mmski dia tetap tidak bisa memaafkan kesalahku,” tuturnya

“Bagiku yang terpenting adalah apa yang bisa aku buat baginya dengan kasih dan kelembutan. Soal reaksinya padaku itu urusan bapak dengan hidupnya sendiri. Saya mungkin memang bersalah tetapi hidup mati manusia itu di tangan Tuhan. Ibu meninggal bukan karena aku. Mungkin saja ibu meninggal karena sikap bapak yang keras,” katanya dengan mantap.

Bertahan dalam niat baik untuk memperbaiki kehidupan itu perlu perjuangan yang tidak mudah. Apalagi jika sudah ada label sebagai orang yang salah.

Tindakan sebaik dan setulus apa pun akan dipandang remeh. B ahkan dicurigai dengan berbagai kecurigaaan.

Apakah mencurigai langkah pertobatan sesorang itu bisa dibenarkan? 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here