KEBERADAAAN Seminari Menengah St. Petrus Keuskupan Sibolga sudah mulai dirintis sejak tahun 1950-an di Paroki Teluk Dalam, Nias Selatan. Yakni, dengan didirikannya sebuah asrama yang menampung anak-anak yang terpanggil untuk hidup membiara, khususnya dalam Ordo Fransiskan Kapusin (OFMCap).
Asrama Pra Seminari Don Bosco di Gunung Sitoli
Selanjutnya pada tahun 1970-an, asrama yang sama ada juga di Gunung Sitoli, Nias Utara, dengan nama Asrama Pra-Seminari Don Bosco. Asrama ini diasuh oleh para frater CMM.
Memang dari awal, tidak secara pasti dan jelas menyebutkan asrama itu sebagai lembaga seminari. Tetapi dari asrama-asrama ini ada banyak benih panggilan yang tumbuh untuk menjadi imam dan biarawan dan dari sinilah cikal bakal pendirian seminari menengah di Keuskupan Sibolga.
Baca juga:
http://www.sesawi.net/2017/12/13/seminari-menengah-st-petrus-di-aek-tolang-keuskupan-sibolga-sumut-1/
Kemudian pada tahun 1975, Pastor Donatus Boss, OFM Cap, yang kala itu menjadi Pastor Paroki St. Theresia Sibolga (sekarang Katedral), membuka Asrama Putera untuk anak-anak yang mau menjadi imam atau biarawan.
Ada enam orang penghuni perdana (2 orang SMU dan 4 Orang SMP) dan untuk sementara waktu mereka tinggal di sebuah wisma milik keuskupan.
Dua tahun kemudian, gedung yang sekarang ini telah menjadi Kantor Keuskupan Sibolga diberkati oleh Mgr. Gratianus Grimm OFMCap dan menjadi Asrama Pra-Seminari St. Fransiskus.
Jumlah siswa pra-seminari yang menghuni tempat tersebut 15 orang, termasuk enam orang siswa lama.
Br. Claudius Bannholzer OFMCap dipercayai menata pra-seminari tersebut. Pendidikan formal siswa pra-seminari ditempuh di SMA Katolik Sibolga.
Setelah 12 tahun
Setelah berjalan kurang lebih 12 tahun, disadari adanya pelbagai kesulitan untuk pengembangan lokasi pembinaan, disertai dengan semakin meningkatnya kebisingan kota, karena gedung asrama pembinaan tersebut terletak di tengah Kota Sibolga.
Dengan pertimbangan kesulitan tersebut maka Dewan Keuskupan Sibolga berusaha mencari lokasi lain yang memungkinkan bagi tempat pembinaan seminaris.
Pastor Kristian Brockhmann OFMCap dan Pastor Silvester Halawa OFMCap membeli areal tanah seluas 4 ha di daerah Aek Tolang, Pandan. Lokasi ini berjarak kurang lebih 11 km dari Kota Sibolga ke arah selatan.
Di tempat tersebut disepakati pula untuk mendirikan SMA St. Fransiskus sebagai sub-satuan dari seminari yang dicita-citakan.
Bersamaan dengan itu dibangun pula gedung (asrama) Seminari Menengah St. Petrus dan Asrama Putera St. Bonaventura di areal kompleks yang sama.
Selanjutnya pada tanggal 17 Juni 1989 dimulailah proses belajar mengajar di SMA St. Fransiskus Aek Tolang. Para siswa pra-seminari dari Sibolga pindah ke sekolah baru tersebut.
Demi mendukung pemondokan para siswi-siswi dari luar daerah, maka suster OSF Route Sibolga lalu mendirikan Asrama Puteri. Lokasinya berjarak ±1 km dari kompleks sekolah.
Jumlah siswa dan siswi angkatan pertama sebanyak 33 orang dan seminaris sejumlah 8 orang.
Bantuan dari keuskupan lain
Berhubung keterbatasan tenaga pembina, maka formatio yang khas untuk seminaris tidak begitu nampak. Itu karena mereka harus bergabung dengan siswa-siswa lain yang nota bene bukan hanya yang beragama Katolik.
Bapak Uskup Keuskupan Sibolga kemudian meminta tenaga imam praja dari Keuskupan Atambua untuk menjadi staf seminari.
Permohonan itu ditanggapi oleh Uskup Atambua dengan mengutus dua imam diosesan yaitu: Pastor Yakobus Nahak Pr (1992-1995) dan Pastor Agustinus Berek Pr (1994-1996).
Pedoman Pendidikan Bina Caraka
Pada tanggal 5 Juni 1992, Bapa Uskup Sibolga mengeluarkan Pedoman Pendidikan ‘Bina Caraka’ (No. 170/ks-Pa/92). Ini terkait dengan pendidikan dan pelatihan pada Seminari Menengah St. Petrus Aek Tolang, SMA St. Fransiskus Aek Tolang, dan Asrama Putera St. Bonaventura.
Digariskan bahwa keberadaan SMA St. Fransiskus dan Asrama Putera St. Bonaventura itu dimaksud sebagai perangkat penyangga bagi pendidikan di Seminari.
Maka arah yang dituju ialah pendidikan kader Katolik Keuskupan Sibolga.
Selanjutnya pada tanggal 20 April 1994 dikeluarkanlah Pedoman Seminari No. 35/KS-SK/94 sebagai penyempurnaan Pedoman Bina Caraka. Terutama yang diatur adalah dinamika intern dan mekanisme yang lebih luas dari formatio di seminari.
Memisahkan Seminari dari Asrama
Dalam Rapat Dewan Keuskupan Sibolga pada tanggal 23 Januari 1995 disepakati untuk memisahkan Seminari Menegah St. Petrus dari Kompleks Asrama Putera St. Bonaventura, sehingga formatio untuk para seminaris dapat lebih efektif. Lokasi yang disepakati untuk seminari tidak jauh dari Asrama Putera; hanya berseberangan jalan.
Pada tanggal 12 Juni 1996 Asrama Putera St. Bonaventura diserahkan kepada tarekat Frater CMM. Sementara, Seminari Menengah lalu ditangani oleh Pastor Gratianus Tinambunan OFM Cap.
Terjadilah bahwa para seminaris pindah ke kompleks yang baru lagi dan jumlah siswa waktu itu sebanyak 27 orang. Mereka untuk sementara menempati gedung darurat (kolam ikan yang disulap jadi ‘kolam calon imam’/ rumah pembinaan calon imam).
Pembangunan gedung seminari
Dalam rapat Dewan Keuskupan dan staf seminari pada bulan Januari 1997 disepakati rencana pembangunan gedung seminari. Br. Efrem Hondrö OFMCap diserahi tanggung jawab pembangunan tersebut dan itu dimulai pada bulan Juni 1997.
- Tepat pada tanggal 16 Desember 1998 siswa seminari mulai memasuki gedung itu.
- Pada tanggal 1 Agustus 2003 program Retorika (KPA) dibuka secara resmi oleh Mgr. Anicetus B. Sinaga OFMCap.
Siswa perdana berjumlah 6 orang, tetapi memasuki bulan ke dua tinggal 5 orang.
Kondisi sekarang ini
Inilah dafar staf imam formator (pembina), guru, dan karyawan Seminari Menengah St. Petrus Aek Tolang Keuskupan Sibolga – Sumut.
Staf tenaga formator (pembina dan pendidik)
Jumlah tenaga imam formator ada sebanyak lima personil dengan keterangan sebagai berikut:
- Pastor Agustinus Supardi Pr sebagai Rektor Seminari sejak 22 Februari 2016.
- Pastr Agustinus Hutabarat Pr sebagai Ekonom dan Wali Kelas sejak Juni 2015.
- Pastor Rosindus JM Tae Pr sebagai Praefek (Pamong) sekaligus Wali Kelas dan Kepala Sekolah sejak tahun 2008.
- Pastor Yulius Efi Pr sebagai Praefek Spiritual (Pembimbing Rohani) dan Wali Kelas sejak September 2008.
- Hendra Famaugu Pr sebagai Wali Kelas dan guru sejak Septeber 2017.
Perubahan karena mutasi
Karena mulai Oktober 2017 lalu, Pastor Rosindus JM Tae Pr ditarik kembali ke Atambua dan telah mendapat tugas baru di Keuskupan Atambua, maka mulai bulan November 2017 kami kembali mengatur pembagian tugas sebagai berikut:
- Pastor Agustinus Supardi Pr : Rektor, Wali Kelas KPA/Retorika mulai Juni 2015.
- Pastor Agustinus Hutabarat Pr: Praefek Disiplin, Wali Kelas Syntaksis mulai Juni 2015.
- Pastor Yulius Efi Pr: Praefek Spiritual, Wali Kelas Poesis mulai September 2008.
- Hendra Famaugu Pr menangani Urusan Rumah Tangga dan Wali Kelas Gramatika mulai September 2017.
Tenaga pengajar awam dan karyawan
Datanya sebagai berikut:
- Gregorius Tarjon S. Ag: Guru katekses, metode penulisan, pustakawan mulai Juli 2007.
- Mangunsong S.Pd: Guru Bahasa Inggris mulai Juli 2013.
- Sihombing S. Pd: Guru olah vokal dan koor mulai Juli 2004.
- Margaretha Purba OSF: Kepala dapur mulai September 2017.
- Yanti Lumbantobing: Karyawati dapur sejak Juli 2015.
- Endang Telaumbanua: Karyawati dapur mulai Juli 2017.
- Lydia Halawa: Karyawati dapur sejak Juli 2017.
- Painar Sitompul: Supir dan petugas kebun sejak tahun 1995.
Jumlah siswa tahun ajaran 2017-2018
- Kelas I: 17 orang.
- Kelas II: 7 orang.
- Kelas III: 19 orang.
- KPA: 11 orang.
Total ada sebanyak 54 seminaris.
Data siswa berdasarkan asal keuskupan
- 39 dari Keuskupan Sibolga: 12 di Kelas Gramatika ; 5 di Sintaksis, 11 Poesis/KPA.
- 8 dari Keuskupan Agung Medan: 4 di Kelas Gramatika, 1 di Sintaksis dan 3 di Poesis.
- 3 dari Keuskupan Padang: 1 Gramatika, 2 Sintaksis dan 3 Poesis.
- 2 dari Keuskupan Agung Jakarta: masing-masing di Kelas Gramatika dan Sintaksis.
- 1 dari Keuskupan Agung Ende di kelas Poesis.
- 1 dari Keuskupan Pangkalpinang dengan 1 di Kelas Sintaksis.
Komposisinya: 17 seminaris di Kelas Gramatika, 7 di Kelas Sintaksis dan 11 di Kelas Poesis dengan total 54 orang.
Fasilitas belajar dan kegiatan
Seminari Menengah St. Petrus Aek Tolang memiliki fasiltas fisik sebagai berikut:
- Kapel sebanyak satu unit gedung dengan daya tampung 80 orang dalam kondisi baik, namum butuh pengecatan ulang.
- Kamar mandi/WC dengan komposisi: 3 KM dan 15 WC untuk keperluan massal dalam kondisi memprihatinkan dan perlu dilakukan rehab total atau membangun ulang.
- Kelas sebanyak 4 unit dengan daya tampung 20-40 orang dengan kondisi cukup memadai namun butuh pengecatan ulang
- Kamar Tidur Siswa ada sebanyak 3unit dengan daya tampung 15-25 orang dalam kondisi cukup , namun perlu perbaikan tempat tidur.
- Ruang Rekreasi ada sebanyak 1 unit berdaya tampung 100 orang dalam kondisi cukup baik namun butuh pengecatan ulang.
- Ruang Makan ada sebanyak 1 dengan daya tampung 80 orang dalam kondisi cukup dan butuh pengecatan ulang.
- Ruang Perpustakaan hanya ada 1 dengan kondisi memprihatinkan dan isinya hanya buku-buku lama.
- Dapur ada sebanyak 2 dalam kondisi cukup baik.
Fasilitas dan sarana olahraga terdiri dari:
- Lapangan bola:1 lokasi dalam kondisi baik dan lapangan ini milik baik SMP-SMA St. Fransiskus (Yayasan).
- Lapangan volley: 1 buah dalam kondisi baik dan milik
- Tenis meja: 1 buah dalam kondisi baik dan milik seminari.
- Lapangan basket: 1buah dalam kondisi cukup dan milik SMP-SMA St. Fransiskus (yayasan).
Kebutuhan mendesak
Kebutuhan mendesak saat ini adalah membangun lapangan basket, lengkap dengan bola, lapangan bulu tangkis dalam kompleks seminari agar tidak perlu numpang ke lapangan milik SMA Fransiskus.
Sarana pengembangan seni sebagai berikut:
- Keyboard ada sebanyak 3 unit:1 baik dan 2 tidak ada adaptor.
- Guitar: 7 buah namun 5 rusak dan 2 baik.
- Orgel: 2 buah, namun hanya 1 yang baik dan lainnya kurang.
- Suling: 2 buah, 1 baik dan lainnya kurang.
Kebutuhan lain yang juga urgen
Pengadaan sound system, drumband/band, penambahan guitar, suling, dan lain-lain.
Bakat siswa dalam memainkan alat musik cukup tinggi . Namun ada tantangan yakni sulitnya mendapatkan guru yang mahir melatih musik dan keterbatasan sarana ruang musik yang tidak memadai.
Kebutuhan lain selain yang sudah disebutkan di atas:
- Kebutuhan yang sangat mendesak untuk diperhatikan adalah pembangunan ulang kamar mandi siswa, WC/toilet, dan kamar cuci/setrika siswa.
- Perbaikan/perawatan sarana: perbaikan talang air, menggantikan atap/seng yang bocor, pergantian plafon yang sudah rusak, pengecatan tembok dan penambahan lemari serta tempat/ranjang tidur bagi siswa.
- Pengadaan beberapa ruang tambahan yakni: aula, komputer, kamar siswa yang sakit dan ruang tamu siswa.
- Pengadaan komputer dan printer komputer yang baru.
Demikian beberapa gambaran keadaan terkini di Seminari St. Petrus Aek Tolang.
Ada banyak keprihatinan yang kami jumpai baik dalam mendampingi anak-anak dan juga dengan kondisi sarana prasana yang ada. Tetapi kami masih bersyukur bahwa Tuhan menyertai kami melalui banyak orang dalam mendukung proses pendampingan Seminaris.
Kami mengucapkan terimakasih banyak atas kerjasama dari berbagai pihak yang telah membantu kami dalam banyak hal bagi kemajuan perkembangan pendidikan calon imam di seminari ini. Tuhan Memberkati kita semua.
Aek Tolang, 11 Desember 2017
Romo Agustinus Supardi