
Pengantar
Marcus Tullius Cicero, orator zaman Romawi Kuno menegaskan, “Sejarah adalah guru kehidupan dan pesan dari masa silam” (Historia magistra vitae, nuntia vetustatis). Sesungguhnya, Marcus Tullius Cicero mengungkapkan tidak ada ke-kini-an tanpa ke-lampau-an. Kedua masa itu tak terpisahkan sebagai dinamika sejarah misi Gereja Katolik di Kalimantan Timur.
Sejarah mencatat dengan gemilang, para misionaris telah menorehkan karya misi Gereja Katolik. Itu selaras dengan konteks zaman yang terus bertumbuh hingga saat ini. Rangkaian peristiwa dari masa ke masa, selayak mengenang apa yang dikatakan Santo Paulus kepada jemaat di Korintus, “Yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.” (II Kor 5:17).
Begitulah kiranya sebuah keniscayaan: “Sejarah tak pernah mengenal jalan pulang, tetapi mengenal jalan masa depan.”
Antonino Ventimiglia, perintis misi dari Macao ke Borneo (1688-1693)
Pater Olderico de Pordenone dari Ordo Fransiskan tiba di Pulau Borneo pada tahun 1312. Namun, sayangnya tidak ada data akurat di mana ia dulu pernah berkarya.
Imam Ordo Theatin
Tiga ratus tahun kemudian, tanggal 2 Pebruari 1688, Pater Antonino Ventimiglia juga tiba di Borneo. Ia merupakan imam pertama dari Ordo “Rohaniwan Regulir Penyelenggaraan Ilahi” yang merintis misi Gereja Katolik di Borneo. Paus Innocentius XII kemudian menetapkan dia menjadi Vikaris Apostolik Kingdom of Borneo.
Antonino Ventimiglia lahir tahun 1642; merupakan anak dari keluarga bangsawan di Palermo, Sisilia, Italia. Ia bergabung masuk biara St. Yosef Ordo “Rohaniwan Penyelenggaraan Ilahi” di Theate, Italia.
Para misionaris Ordo ini lebih dikenal dengan sebutan imam-imam Theatin. Setelah menerima Sakramen Imamatnya dan ditahbiskan menjadi imam, Pastor Antonio Ventimiglia lalu diutus bermisi ke Madrid, Spanyol. Di sana ia memimpin Novisiat Biara Theatin St. Maria del Favore.
Pada tahun 1680, Pater Jenderal Theatin mengeluarkan surat edaran berisi tawaran bagi segenap anggota Ordo: apakah ada imam Theatin yang bersedia diutus bermisi dan menjadi seorang misionaris di wilayah Timur Jauh (Asia). Antonino Ventimiglia menjawab tawaran itu dan bersedia menerima penugasan bermisi di wilayah Asia.
Secara diam-diam, Ventimiglia kemudian menulis surat kepada Paus Innocentius XI untuk memohon restu. Setelah mendapat restu Paus, pada tanggal 13 Januari 1683 beliau berangkat meninggalkan Madrid menuju Goa, India. Kapal yang ditumpanginya berlabuh di Goa tanggal 19 September 1683.
Pergi ke Borneo (Kalimantan)
Setelah empat tahun berkarya di Goa, Antonino Ventimiglia ditunjuk menjadi misionaris di Borneo. Ia berangkat dari Goa tanggal 5 Mei 1687 dan tiba di Malaka (Malaysia) tanggal 12 Juni 1687. Kemudian tiba di Macao tanggal 13 Juli 1687.
Enam bulan lamanya Antonino harus menunggu kapal yang akan berlayar ke Borneo. Saat itu, ia sering mendengar kabar tentang tanah Borneo yang masih sangat primitif. Para misionaris yang tidak berkebangsaan Portugis dilarang berkarya di daerah jajahan Portugis.
Ketika Antonino masih berada di Macao, mendadak datang tawaran dari Kesultanan Banjarmasin dan Kerajaan Sukadana. Raja Sukadana bahkan menginginkan kehadiran para pastor di wilayahnya. Bahkan ia pun juga berjanji akan mengizinkan Antonino membangun gereja.
Antonino juga mendapat berita, Sultan Banjarmasin Saidillah bin Sultan Saidullah berniat menjalin perniagaan dengan orang Portugis. Sultan berjanji membagi tanah kepada orang Portugis untuk membangun benteng dan mengizinkan orang Portugis membawa pastor. (Berlanjut)