DUNIA pendidikan kesehatan –khususnya studi keperawatan– adalah medan pelayanan keseharian Sr. Theresina CB, seorang suster biarawati anggota Kongregasi Suster-suster Cinta Kasih Carolus Borromeus (CB).
Sejenak, Sabtu tanggal 25 November pekan lalu, suster perawat profesional yang pernah bekerja di Valet Seminari Mertoyudan ini melepaskan diri dari rutinitasnya sebagai pengajar bidang kesehatan dan keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Santo Borromeus Bandung.
Danau dan Waduk Saguling
Bersama sejumlah mahasiswanya, Sr. Theresina CB mengajak mereka pergi ke kawasan lereng di atas Danau Saguling. Danau Saguling menjadi terkenal berkat adanya Waduk Saguling yang menampung debit volume air dari Sungai Citarum –kali terbesar di Provinsi Jabar.
Menurut catatan sejarah, Waduk Saguling di Danau Saguling ini merupakan waduk buatan yang terletak di Kabupaten Bandung Barat pada ketinggian 643 m di atas permukaan laut. Waduk ini merupakan salah satu dari tiga waduk yang membendung aliran Sungai Citarum. Dua waduk lainnya adalah Waduk Jatiluhur dan Waduk Cirata.
Daerah di sekitar Waduk Saguling merupakan lahan dengan tekstur lahan perbukitan dengan banyak sumber air yang berkontribusi pada waduk. Hal tersebut membuat bentuk Waduk Saguling sangat tidak beraturan dengan banyak teluk.
Daerah waduk ini asalnya adalah berupa daerah pertanian. Peningkatan populasi petani tersebut mengakibatkan berkurangnya lahan yang dapat diolah sehingga memaksa mereka mengembangkan lahan pertanian mereka dengan melakukan pembabatan hutan. Sebagai konsekuensinya, muncul masalah banjir dan longsor di musim hujan.
Tanam pohon di lereng
Di sebuah lereng Danau Saguling inilah dan bersama sejumlah mahasiswa-mahasiswi STIKes Santo Borromeus Bandung dan 400-an partisipan lain, Suster Theresina CB merespon prakarsa manajemen Kota Parahyangan Baru (KBP) dan Komunitas Hayu Hejo (KHH) melakukan kegiatan menanam 1.000-an pohon.
Program penghijaun ini terjadi di sebuah kawasan terbuka tidak jauh dari permukiman baru yang kini dikenal dengan sebutan KBP.
Pogram tanam 1.000 pohon ini terjadi atas prakarsa manajemen KBP melalui KBP Unit Sustainability dan kemudian menggandeng STIKes Santo Borromeus Bandung dan KHH sebagai mitra kerjanya baru kemudian mengajak para partisipan lainnya.
“Tujuannya sederhana yakni ingin merawat bumi dan melestarikan lingkungan agar tetap hijau. Singkat kata, kegiatan tanam 1.000 pohon ini demi keselamatan bumi,” tutur suster biarati CB asal Klaten di Jateng menjawab Sesawi.Net awal pekan ini.
Tujuan lain adalah kegiatan tanam pohon di lereng Saguling diharapkan mampu mengikat tanah agar tidak mudah terjadi longsor, mengurangi sedimentasi di dasar danau, menyimpan debit air tanah, mengajak masyarakat dan anak sekolah mencintai tanaman dan mau menanam.
Kegiatan tanam pohon semacam ini menjadi penting, kata Sr. Theresina CB, karena lahan di lereng sudah dijadikan areal pertanian. Dampak negatifnya adalah tanah sekitarnya mudah mengalami erosi dan bisa longsor.
Sejauh pengawatan Sesawi.Net selama setahun terakhir ini, Sr. Theresina CB sudah sering kali malang melintang di berbagai kegiatan melestarikan pola hidup eco green living ini.
Rintik hujan
Hujan tak menghalangi Suster Theresina CB bersama sejumlah mahasiswa-mahasiswi STIKes Santo Borremus Bandung untuk mencapai destinasi lokasi tempat penanaman pohon. Pokoknya, kata dia, prinsip ‘maju tak gentar’ tak surut guna bisa meneruskan niat mulia ingin melestarikan bumi dan menghijaukan lingkungan dengan kegiatan tanam pohon.
“Sesampai di lokasi, para peserta kegiatan ini memperoleh seragam berbahan baku kaos dengan warna hijau sebagai lambang kesuburan bumi,” terang suster yang selalu bersemangat ini.
Jalan kaki dulu
Acara ini, kata Sr. Theresina CB, diawali dengan kegiatan berjalan kaki mulai dari STIKes Santo Borromeus Bandung. Hal ini dilakukan bersama 18 mahasiswa yang masing-masing mewakili ‘unit’ kelas Farmasi Diploma 3, Sarjana Keperawatan Reguler, dan Sarjana Keperawatan Program khusus.
“Mereka berjalan bersama pendamping Pak Eko Lanang yang sehari-hari menjadi Wakil Ketua Prodi dan dosen Perekam Informasi Kesehatan,” kata Sr. Theresina CB, dosen pengampu matakuliah KPKC (Keadilan Perdamaian dan Keutuhan Ciptaan) di STIKes Santo Borromeus Bandung ini.
Kegiatan jalan kaki itu dimulai pukul pukul 07.00 WIB dengan titik berangkat di STIKes Santo Borromeus. Para peserta berjalan kaki menuju titik lokasi yang berjarak tempuh kira-kira dua kilometer jauhnya dari titik keberangkatan.
“Satu mahasiswa mewakili kelompok untuk menerima bibit tanaman dari panitia yang akan ditanam di komunitas masing-masing. Sedangkan bibit pohon yang akan ditanam di lahan sekitar Danau Saguling sudah disiapkan di area penanaman,” tutur Sr. Theresina CB.
Komunitas Hayu Hejo (KHH)
Kegiatan tanam pohon sebanyak kurang lebih 1.000-an bibit itu diprakarsai oleh manajemen KBP dengan judul kegiatan “1000 Pohon Selamatkan Bumi”. Untuk pelaksanaan ini, KBP bekerjasama dengan KHH (Komunitas Hayu Hejo) –sebuah komunitas terdiri orang-orang yang peduli pada keutuhan ciptaan.
“Saya sendiri seorang anggota KHH,” tutur Sr. Theresina CB, sarjana Srata-1 Keperawatan dan dosen pengampu pada prodi Sarjana Keperawatan, D3 Kep, D3 Farmasi, D3 Perekam dan Informasi Kesehatan dan Program Ners.
KHH itu sendiri, kata dia, boleh dikataka masih ‘hijau’, karena keberadaannya baru berumur setahun. Namun munculnya ide dan sumbang saran ke arah terbentuknya KHH itu sudah berlangsung sejak beberapa tahun lalu.
Beberapa kegiatan KHH adalah:
- Pasar hejo pertama di Damian School
- Pasar hejo kedua di Bale Pare.
- Pasar sehat di STIKes Santo Borromeus saat berlansung dies ke-68 tanggal 24 Sept 2017.
Delapan sekolah berpartisipasi
Meski inisiatif kegiatan ini diampu bersama antara STIKes Santo Borromeus Bandung dengan KBP, namun beberapa sekolah lain berjumlah delapan ikut ambil bagian dalam kegiatan tanam pohon untuk program melestarikan lingkungan tetap ijo royo-royo ini.
Ke delapan sekolah yang berpartisipasi itu adalah Al-Irsyad Satya SMPN 1 Saguling, SMPN 2 Saguling, SMPN 3 Saguling, SMPN 1 Padalarang, SMPN 3 Padalarang, SMP Krida Utama, dan pemrakara kegiatan STIKes Santo Borromeus Bandung.
Selain sekolah-sekolah di atas, ikut berpartisipas pula sejumlah lembaga pemerintahan lokal seperti kecamatan, kelurahan desa, Kodim, Pusdikav, Koramil, Polsek, Pengurus Paguyuban Tatar di KBPa, Bank, RSCK (Rumah Sakit Cahya Kawaluyan), ABAI, BSB, Sundial, dll.
“Total peserta yang ikut terlibat dalam program ini ada sebanyak 310-an orang dengan panitia berjumlah 93 orang,” kata Sr. Theresina CB mengutip omongan Ibu Hera mewakili manajemen KBP Unit Sustainability. “Semua pemangku kepentingan di situ juga diundang datang untuk mau terlibat dalam program merawat bumi ini. Mereka adalah unsur-unsur elemen masyarakat setempat” tandas suster yang èthes (cekatan) ini.
Mewakili KBP, Koordinator Acara Bu Hera berharap acara merawat bumi dengan kegiatan tanam pohon demi pelestarian lingkungan agar tetap hijau ini nantinya akan mendatangkan manfaat besar bagi lingkungan sekitarnya. “Kalau kegiatan bersama ini dilalukan secara bersama-sama, maka akan punya dampak besar,” tuturnya Bu Hera kepada Sr. Theresina CB.
Menurut rencana, maka pada pekan pertama bulan Desember 2017 ini, Pangdam Siliwangi juga akan melakukan aksi tanam pohon sebanyak 30 ribu di areal tanam pohon yang sama.
Kegiatan eco green di Seminari Mertoyudan
Ada pengalaman menarik dan menantang yang pernah dirasakan Sr. Theresina CB ketika mengampu tugas sebagai perawat di Valet Seminari Mertoyudan kurun waktu tahun 2007-2009 lalu.
Sekali waktu , ia sempat ‘dikeroyok’ oleh Romo Rektor dan segenap imam formator seminaris, ketika kepada mereka Suster Theresina CB menggulirkan ide pembuatan pupuk organik berbahan dasar dedaunan rontokan pohon.
“Sebelum membuat area untuk pembuatan pupuk organik itu, saya sempat ‘dikeroyok’ para Romo Pamong dan Rektor Seminari saking cemas kalau projek pembuatan pupuk organik itu akan mendatangkan bau tak sedap,” tuturnya.
Dalam tempo sebulan kemudian dan dibantu sejumlah satpam seminari, program pembuatan pupuk organik itu berhasil: jadi tanpa ‘menghasilkan’ bau tak sedap sebagaimana dicemaskan oleh staf formator seminari.
“Bahkan Romo Rektor Seminari Mertoyudan sampai berkenan mendatangi saya di Valet untuk sekedar mengucapkan ‘proficiat –selamat’ karena tak ada satu pun lalat ada di kobangan pembuatan pupuk organik tersebut,” tutur Sr. Theresina CB.
Selain pupuk organik, Suster Theresina CB juga membuat projek rumah paranet dan penghijauan lainnya di Seminari Mertoyudan.
Acara tanam pohon di lereng Danau Saguling itu merupakan salah satu contoh kegiatan SR. Theresina CB yang mencerminkan komitmennya mau merawat bumi bersemangatkan Laudato Si ini. Dan kegiatan ini menjadi terwujud berkat prakarsa manajemen KBP. (Berlanjut)