Sekelumit Kiamat Kecil

0
331 views
Ilustrasi: Pada Hari Penghakiman tanggungan Sodom lebih ringan by Vatican News.

Puncta 11.11.22
PW. St. Martinus dari Tours, Uskup
Lukas 17: 26-37

PADA saat memperingati tsunami Aceh yang lalu, Teungku Abdurrani Adian, Ketua Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Kabupaten Aceh Barat, menegaskan musibah gempa bumi dan gelombang tsunami yang melanda Aceh pada 26 Desember 2004 lalu itu untuk menguji kesabaran dan keimanan masyarakat di provinsi itu.

“Kalau saya bisa mengumpamakan, musibah tsunami Aceh adalah cuplikan hari kiamat (hari akhir dunia). Tapi musibah ini bukanlah hari kiamat, melainkan untuk menguji kesabaran kita semua,” katanya.

Waktu itu semua orang tidak menyadari akan datangnya bencana yang sangat dasyat. Mereka melakukan aktivitas rutin seperti biasa.

Gempa yang terjadi dianggap hanya gempa biasa yang tidak berdampak apa-apa. Namun mereka baru tersadar ketika orang-orang berteriak, “Air laut meluap. Air laut meluap.”

Seorang pria yang tinggal di Desa Lam Lumpu berkata, “Pada saat itu keluarga saya sedang berdiri di depan rumah, saya berusaha bertanya ke semua orang yang sedang berlari. “Ada apa kok orang-orang berlarian?”

Tidak ada satu pun yang menjawabnya, mereka terus berusaha lari menjauh. Sesaat kemudian saya melihat gelombang air berwarna hitam pekat setinggi pohon kelapa, datang ke arah rumah saya.”

Yesus membandingkan saat kedatangan Anak Manusia dengan peristiwa air bah zaman Nuh. Semua orang tidak menyadarinya. Mereka makan dan minum, kawin dan dikawinkan. Semua menjalankan urusan seperti biasa.

Namun hanya Nuh yang menyiapkan diri dengan sebuah bahtera. Ketika air bah datang dengan tiba-tiba, Nuh beserta keluarganya selamat.

Begitu pula zaman Lot, semua orang makan dan minum, membeli dan menjual, menanam dan membangun. Tidak ada yang berpikir akan datang hujan api dan belerang. Lot selamat karena ia mendengarkan perintah Tuhan untuk keluar meninggalkan kota.

Semua orang tidak tahu kapan akhir zaman akan datang. Hanya orang-orang yang peka mendengarkan perintah Tuhan, mereka akan selamat.

Nuh menyiapkan diri membuat bahtera. Lot lari meninggalkan kota Sodom karena perintah Tuhan.

Kepekaan pada sabda Tuhan dan jeli melihat tanda-tanda zaman itu penting agar hati terasah untuk mengantisipasi apa yang akan terjadi.

Hati yang peka dan intuisi yang jeli hanya bisa terasah jika kita membangun kedekatan dengan Tuhan.
Membangun relasi berarti memberi waktu kita untuk bercengkerama dengan Tuhan.

Doa pribadi menjadikan kita punya relasi mesra dengan Allah. Begitulah Nuh punya hati dan telinga yang tajam untuk mendengarkan kehendak Allah.

Apakah kita sering menyisihkan waktu khusus untuk berjumpa dengan Tuhan dalam doa dan keheningan?

Atau kita terlalu sibuk dengan dunia kita sendiri sampai tidak ada “me time” dengan Tuhan?

Waktu rasanya seperti berkejaran,
Tiada sisa masuk dalam keheningan.
Bukalah hati untuk sabda Tuhan,
Kita akan peka terhadap segala kejadian.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here