“SEKARANG kita coba untuk mengerti tentang arti dosa berdasarkan pengalaman hidup kita. Menurut saya, untuk berdosa itu tidak mudah karena ada syaratnya. Pertama, selain melanggar Perintah Allah, tindakan itu merugikan diri sendiri dan/atau orang lain. Kedua, tahu bahwa yang dilakukan itu dosa dan tetap mau melakukannya. Ketiga, dilakukan dalam keadaan sadar dan tanpa paksaan. Semua dosa itu bertolak belakang dengan cinta kasih,” begitu penjelasan saya.
“Tapi kan bapak tadi bilang bahwa kenikmatan itu baik…ini kan juga nikmat?,” sergah para murid yang kemudian menjadi ribut lagi dengan komentar dan ketawanya.
“Oke…kita jangan hanya berpikir sesaat saja, tetapi mencoba melihat secara lebih luas. Apakah ada unsur yang merugikan dalam tindakan itu? Apakah setelah melakukan itu kamu dapat dengan nyaman melanjutkan belajar tanpa terganggu? Kalau tidak terganggu, jangan-jangan suara hati kamu sudah perlu direparasi. Kalau terganggu berarti pelajaran yang seharusnya bisa dikuasai menjadi terbengkalai…berarti masa depan juga bisa suram. Jadi…rugi kan?”
“Iya juga ya Pak.”
“Sebetulnya tentang dosa atau tidak itu yang menentukan bukan Tuhan, melainkan diri sendiri. Karena itu menjadi pilihan kamu sendiri. Begitu juga untuk masuk surga atau neraka, yang menentukan bukan Tuhan tetapi ya kamu sendiri juga. Itu pilihan kamu sendiri secara bebas. Tuhan tidak akan menghalangi. Tuhan hanya memberi bekal kepada kita untuk bisa kembali kepada-Nya, yaitu dengan mengikuti suara hati yang baik dan benar,” tambah saya.
Anak-anak puas mendengar jawaban saya, sekaligus kebat-kebit karena kalau melakukan sesuatu sekarang harus dengan lebih banyak pertimbangan. (Selesai)