TUHAN selalu memberi kesempatan kepada orang berdosa untuk kembali ke jalan yang benar. Karena itu, yang dibutuhkan adalah manusia mau terus-menerus membuka hati bagi rahmat Tuhan.
Dalam suatu sidang pengadilan penembakan oleh teroris, salah seorang korban memberikan kesaksiannya. Korban itu kini hanya memiliki satu mata dan satu tangan.
Sementara kakinya terancam cacat. Dalam kondisi seperti itu, ia berjuang untuk tetap hidup. Ia tidak mau menyerah kalah.
“Walaupun dalam kondisi setengah lumpuh karena penembakan itu, saya memilih untuk terus hidup. Ini juga demi teman-teman saya yang menjadi korban.
Mengapa demikian? Karena saya masih memiliki keluarga, sahabat, iman, harapan dan kasih. Itulah yang salah pilih,” kata korban itu.
Sang teroris terkejut mendengar kesaksian korban itu. Setelah itu, ia tertunduk. Airmatanya mulai jatuh satu-satu. Mungkin itulah tanda penyesalannya.
“Sedangkan dia? Dia hanya sendirian dan hidup penuh kegelapan,” kata korban itu lagi.
Penembak itu pun terdiam membeku.
Pengampunan atau maaf yang kita berikan kepada orang-orang yang melakukan kesalahan ternyata berarti sangat besar.
Mengapa? Karena hal ini menyadarkan orang akan kesalahan yang telah dilakukannya. Orang pun menyesal dan berbalik melakukan kebaikan bagi sesamanya.
Kisah di atas memberi kita inspirasi untuk tidak menghujat mereka yang melakukan kesalahan. Korban terorisme itu menunjukkan hidupnya yang pantang menyerah. Ia tentu memiliki iman yang sangat kuat, sehingga ia berani menerima diri apa adanya. Ia tidak putus asa, meski ia kehilangan sejumlah bagian penting dari tubuhnya.
Pertobatan selalu terbuka bagi siapa saja yang telah melakukan kesalahan dan dosa. Yang penting adalah orang mau terbuka hatinya untuk menerima rahmat pengampunan dari Tuhan. Orang mesti yakin bahwa Tuhan tidak ingin membiarkan orang berdosa mati binasa. Tuhan selalu peduli terhadap hidup manusia. Tuhan selalu ingin menyelamatkan manusia.
Mari kita terus-menerus membuka hati bagi kebaikan Tuhan. Tetap semangat, sahabat-sahabat. Tuhan memberkati.
