Bacaan 1: Yeh 18:25 – 28
Bacaan 2: Flp 2:1 – 11
Injil: Mat 21:28 – 32
PADA tahun 1931, seorang tokoh pro kemerdekaan India yaitu Mahatma Gandhi, diundang berbicara di Parlemen Inggris. Selama dua jam ia berbicara dengan sangat fasih dan penuh gairah tanpa sebuah catatan sehingga mendapat applaus dari audiens.
Saat selesai pidato, seorang wartawan Inggris bertanya kepada salah satu asistennya. Bagaimana Gandhi mampu berbuat seperti itu (pidato tanpa teks dengan sangat fasih).
Asisten tersebut tersenyum dan mengatakan, “Anda tidak mengerti Gandhi. Anda lihat, apa yang dia pikirkan adalah apa yang dia rasakan. Apa yang dia rasakan adalah apa yang dia katakan. Apa yang dia katakan adalah apa yang dia lakukan. Apa yang Gandhi rasakan, apa yang dia pikirkan, apa yang dia katakan, dan apa yang dia lakukan sama saja. Dia tidak butuh catatan.”
Injil hari ini memberikan sindiran bagi para imam kepala dan tua-tua Yahudi yang mestinya sebagai ahli agama paham akan sabda Tuhan namun tidak melaksanakannya.
Sebaliknya, injil memuji mereka yang dianggap tidak tahu sabda Tuhan (pendosa) namun mampu berbuat sesuai dengan kehendak-Nya.
“…Siapakah di antara kedua orang itu yang melakukan kehendak ayahnya?” tanya Yesus kepada para imam-imam kepala serta tua-tua tentang dua contoh pribadi dalam perumpamaan-Nya.
Ketika diperintah ayahnya, yang satu mengatakan “baik bapa” namun tidak melaksanakannya. Sedangkan yang lainnya mengatakan tidak mau namun akhirnya mau melaksanakannya.
Dalam pepatah Bahasa Jawa kita mengenal, “nggih… nggih…. mboten kepanggih”.
Dalam suratnya kepada jemaat Filipi, Rasul Paulus menasihati agar mereka sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, dan satu tujuan dengan tidak mencari kepentingan sendiri.
Sebagai orang Kristen, hendaklah meneladani Yesus Kristus yang mau mengambil peran sebagai hamba meninggalkan kesetaraan-Nya sebagai Allah.
Ia merendahkan diri hingga wafat-Nya di kayu salib menebus dosa manusia dalam kemuliaan Allah. Dan segala makhluk di langit, diatas dan dibawah bumi mengakui-Nya sebagai Tuhan.
Yehezkiel dalam nubuatannya mengingatkan agar bangsa Israel mau bertobat dan mau melaksanakan kehendak-Nya agar selamat.
Sebab pertobatan orang fasik lebih dikenan Tuhan dibandingkan orang yang merasa benar namun berbuat cela.
Pesan hari ini
Selaraskan pikiran, ucapan, perbuatan dan rendah hati dalam berprilaku serta tidak mementingkan diri sendiri. Bagaimanapun orang yang menyadari kesalahannya dan mau bertobat lebih dikenan Tuhan.
“Jika kamu ingin menyelamatkan jiwamu, lupakan kenyamananmu dan laksanakan kehendak-Nya. Tetaplah pakai maskermu dan jaga jarakmu.”