BAPERAN-BAcaan PERmenungan hariAN.
Rabu, 12 Januari 2022.
Tema: Akulah pengutusan.
Bacaan
- 1Sam. 3: 1-10, 19-20.
- Mrk. 1: 29-39.
“MO, mohon dukungan doanya. Saya bernazar melatih diri untuk tekun berdoa dan memberi lima nasi bungkus setiap hari.”
“Ada permintaan khusus atau ungkapan kegembiraan apa?”
“Selain melatih diri dengan lebih tekun dan disiplin, kami mempersembahkan syukur atas kasih Tuhan bagi keluarga kami. Anak kami sudah lulus semua dari perguruan tinggi. Dan bekerja. Empat sudah berkeluarga.
Kami berencana setelah anak yang terkecil berkeluarga, tahun depan, kami akan lebih banyak berdoa dan aktif dalam persekutuan dan pelayanan.
Tanggungjawab kami sebagai orangtua sudah selesai. Saya tidak akan merepotkan diri dengan momong cucu. Ada orangtuanya.
Kini kesempatan kami berjalan berdua lagi bersama-sama, menikmati kebersamaan dan lebih aktif dalam pelayanan.”
“Apa kiranya wujud nazarnya?”
“Seluruh hidup kami adalah berkat kemurahan Tuhan lewat Bunda Maria. Kami meminta Bunda Maria menghantar doa kami, ketika ingin mempunyai buah hati. Dan Tuhan mengabulkannya.
Juga soal kelulusan dan mencari kerja bagi anak-anak kami. Semua itu tidak lepas dari Novena tiga kali Salam Maria.
Maka fokus doa kami adalah syukur atas kasih Tuhan melalui Bunda Maria.”
“Kenapa tidak langsung pada Tuhan?”
“Kami ingat Yesus, ‘Itu ibumu.’ Kami memahaminya ibulah yang melindungi, membimbing dan memberikan kehidupan anak-anaknya, tempat berkeluh kesah. Tentu ada peran ayah. Dan kuasa kasih Tuhan sendiri.
Kami percaya bahwa doa juga dapat lewat orang-orang dekat-Nya Tuhan, yakni para rasul, para Kudus dan terutama Bunda maria sendiri.
Itulah yang kami banggakan di dalam Gereja. Banyak cara dan jalan berdoa. Banyak pribadi-pribadi yang berkenan pada Allah Bapa sebagai saluran rahmat Tuhan juga.”
“Wah hebat pengetahuan imannya,” pujiku.
“Ngalah. Kami lebih mengalami peran Bunda maria dalam keluarga. Tidak pernah luput berdoa Rosario setiap hari.”
“Soal nazar apa yang terpikir?”
“Tahun ini kami lebih fokus pada Keluarga Kudus. Kami ingin memperbaharui pernikahan. Satu pandang. Belajar lebih kuat seperti Bunda.”
“Kenapa lebih konsen pada pribadi Maria?”
“Dari pengalaman keluarga. Bunda Maria berani hidup di luar nalar. Ia hanya mengandalkan kepercayaan dan penyerahan pada kasih Allah. Dia disanggupkan menjalani. Seberat apa pun dia menerima dengan sukacita.
Tidak pernah menyesal, mengeluh dalam menjalankan pesan Malaikat. Bahkan ketika melihat yesus hancur, Maria tetap percaya Allah tetap berkarya.
Sosok Maria mengajari kami bagaimana menjalani hidup. Kelihatan lemah tetapi dia pribadi yang kuat. Terkesan sederhana, tapi tindakannya menakjubkan.
Kendati hanya ibu rumahtangga biasa, tetapi seluruh rahmat Allah tinggal di dalam dirinya.
Seluruh gambarnya menunjukkan ia seorang pendoa penuh kasih. Kelembutan tatapannya penuh arti. Sikap tangannya penuh penyembahan.
Bagi kami, itu semua memberi kekuatan.
- Justru mereka dinilai lemah mendapat perhatian mutlak dari Allah. Mereka yang sederhana dan percaya mempunyai kekuatan menghadapi ujian kehidupan.
- Justru mereka yang berani belajar berserah dianugerahi ketangguhan dan perlindungan luar biasa.
- Justru mereka yang berani berjalan dalam iman tak pernah goyah.
- Justru mereka yang menghidupi imannya melangkah pasti. Bunda tetap berjaga dan bersyukur.
“Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi keluar, Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana.” ay 35.
Tuhan, utuslah aku di dalam dan di tengah-tengah keluargaku sendiri. Amin.