Semacam Peregrinasi Perutusan

0
1,028 views

HARI ini, tanggal tiga pukul tiga sore
di bulan november dua ribu lima belas
dari girli kebon dalem ke girlan ungaran
dari kota ke kabupaten semarang
kutempuh perjalanan perutusan baru
sengaja dengan cara berjalan kaki saja

sejak januari 2004 hingga oktober 2015
sebelas tahun sudah kudiutus
berkarya melayani Tuhan dan umat
di kota semarang
sejak kudatang pulang dari seberang
setelah menjadi misionaris domestik
di pematangsiantar

sejak januari 2004 hingga oktober 2015
kudiutus dari girli ke girli
mulai dari pinggir kalisari randusari Katedral
lalu girli banjirkanal tanah mas
hingga girli kebon dalem

kini saatnya meninggalkan girli menuju girlan
yakni pinggir jalan di ungaran
paroki Kristus Raja
tempat dua puluh tiga tahun silam
aku pernah menjalani tahun orientasi pastoral

jalan besar ungaran
menjadi saksi saat itu
ketika kumasih mahasiswa
disebut frater calon imam diosesan
untuk Keuskupan Agung Semarang
menjalani tahun orientasi pastoral
sebagai frater toper pertama
di paroki Kristus Raja

maka sore ini
bila kuberjalan kaki
semacam peregrinasi perutusan
itu adalah kegembiraan dan kebahagiaan
dan ucapan syukurku
bahwa dua puluh tiga tahun lalu
adalah Umat Paroki Kristus Raja
di ungaran pernah mendidik dan membentukku
dalam perjalanan menuju Imamat
anugerah Terindah dalam hidupku
dan kini kudatang untuk melayani Mereka
sebagai imam-Nya
dengan penuh syukur gembira dan bahagia
atas jasa-jasa Mereka
dalam mendidik dan membentukku
menjadi imam-Nya kini dan selamanya

ya kini kudatang untuk melayani Mereka
bukan untuk dilayani
seperti Dia yang datang bukan untuk dilayani
melainkan untuk melayani
bahkan menyerahkan nyawa-Nya
sebagai tebusan bagi kita semua

itulah pemaknaanku dalam perjalanan ini
semacam peregrinasi perutusan
menuju tempat yang istimewa
untuk berterima kasih pada Mereka
dan bersyukur kepada-Nya
atas rahmat imamat anugerah Terindah-Nya

kutelusuri jalan-jalan dari girli kebon dalem
menuju kampung kali
lalu ke arah pasar peterongan
(pasar penuh kenangan kala itu
ketika kami rutin berbelanja
kebutuhan dapur harian
saatku di tahun orientasi rohani Sanjaya
di jalan jangli dua semarang)
dari situ lalu naik terus
mendaki tanjakan tanah putih
di samping Vihara Suci Buddha Sangha Theravada
(pernah di situ suatu saat kualunkan nada
dalam lengking saksofon
di hadapan Bhikku Sri Pannavaro Mahatera
bersama para Bhikku lainnya
sebuah lagu buatanku Datanglah pada-Ku
ketika saat itu peresmian atas renovasi Vihara Suci itu)

terus, terus kutapaki tepian jalan
dan di situ kenangan membuncah
saatku berolah rohani intensif
di tahun orientasi rohani jangli
setahun bersama Romo H. Natasusila Pr
serta Romo Ig. Djonowasono Pr
setahun penggojolokan dan pengolahan rohani
kala itu dengan penuh kenangan yang memantabkan
langkah-langkah menuju Imamat Suci

dan kemudian menyusuri karangpanas
menuju tanjakan gombel
tanjakan kedua setelah tanah putih
sebelum nanti menempuh tanjakan ketiga
yang landai memanjang di watu gong
untuk kemudian tiba di ungaran
di pastoran dan paroki Ungaran
untuk melayani Yesus Kristus Raja
yang menjadi nama gereja dan paroki ungaran

itulah sebabnya kupilih jalur-jalur itu
dalam semacam peregrinasi perutusan ini
karena makna dan kenangan rohani
yang meneguhkan dan memantabkan
dalam jalan-jalan menuju Imamat Suci
untuk melayani
dengan gembira dan bahagia
bahkan penuh syukur

tiga tanjakan tanah putih gombel watu gong
adalah simbol tiga tanjakan
yakni via purgativa iluminativa unitiva
yang menjadi teologi mistik kristiani
menuju kesatuan kasih-mesra dengan Tuhan
ada jalan pemurnian pencerahan dan persatuan
tak lain hanya dan hanya dengan Dia
Sang Raja Semesta Alam
yang menjadi jalan Kerahiman Ilahi

terima kasih kota semarang
yang sebelas tahun sudah menorehkan warna
dan kisah kehidupan dalam panggilan Imamatku

terima kasih Mas Hendi dan semua rekan
yang mewujudkan persaudaraan sejati di kota semarang
baik secara ekumenis maupun interreligius

terima kasih girli kalisari banjirkanal dan kebon dalem
yang menaburkan aromamu dalam hidup Imamatku
ya aroma segala aroma
yang memberikan gairah pelayanan dan penyerahan
bahkan penyembahan dan sujud terus-menerus
yang kian membawaku pada kesatuan dengan Dia
dalam suka dan duka

ungaran di kaki gunungnya
maka kudatang mengenakan caping nggunung
lambang perjuangan petani
tetapi juga pengolahan rohani
menuju kesatuan dengan Dia
dalam kesuburan tanah kehidupan
agar berbuah damai-sejahtera
dalam persaudaraan sejati
dengan siapa saja
di mana saja
kapan saja!

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here