Senin, 20 Juli 2020
(Mi 6:1-4, 6-8 dan Mat 12:38-42
Tuhan begitu kecewa dengan Israel yang tak tahu bersyukur atas anugerah yang telah dilimpahkan-Nya. Umat berpaling dari Tuhan, mereka hidup tidak sesuai dengan perintah Allah. “Umat-Ku, apakah yang telah Kulakukan terhadapmu? Dengan apakah engkau Kususahkan?” (Mi 6:3).
Tuhan tidak menuntut persembahan dan kurban bakaran. “Yang dituntut Allah dari kita tak lain dan tak bukan adalah berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allah” (Mi 6:8).
Ada kecenderungan manusia untuk melihat yang formal, resmi sebagai tanda bukti. Padahal tanda bukti resmi bisa saja hanya lahiriah semata. Pada zaman Yesus, orang Farisi meminta tanda dari Yesus. Dan kepada mereka hanya diberikan tanda Nabi Yunus.
Yunus mengubah diri dan mewartakan pertobatan kepada orang Niniwe dijadikan tanda bukti. Yesus lebih dari pada nabi Yunus, karena Yesus sendiri memberi pengampunan atas dosa-dosa kita. Yesus lebih daripada Salomo, karena Yesus adalah Sabda Kebijaksanaan Allah yang menjadi manusia dan tinggal di antara kita.
Orang yang dengan terbuka serta sederhana menerima pewartaan Yesus dan menjalin hubungan pribadi dengan-Nya akan menemukan kepenuhan hidup yang telah dijanjikan oleh-Nya.
Kadang kita juga menuntut tanda dari Tuhan. Hari ini kita disadarkan untuk semakin percaya kepada Yesus. Apa yang kita alami dan nikmati saat ini, adalah bukti kasih Allah kepada kita.
Yang terpenting adalah kita melakukan tindakan kasih, keadilan dan belas kasih, dan Tuhan akan melimpahkan berkat kepada kita. Amen.