Semangat Berkobar Kelompok Marriage Encounter (ME) Distrik VII Ende

0
207 views
Penulis bertemu dengan para aktivis Mariage Encounter (ME) Ende, Flores, NTT, September 2023. (Romo Ferry SW)

ATAS dorongan pasutri Christ dan Lely selaku Koordinator Nasional Marriage Encounter (ME) Indonesia, saya kemudian menghubungi pasutri Deny Lada dan Lucia Werry (Delu). Mereka ini termasuk aktivis dan tim ME Ende. Bertanya kepada mereka: apakah mungkin saat berada di Ende dalam perjalanan menuju ke Mataloko, saya bisa berjumpa para pasutri ME Ende.

September 2023 lalu, saya  dalam perjalanan mau mengikuti Munas XIV UNIO Indonesia di Mataloko, Kabupaten Ngada. Sebelum kesana, saya mesti mendarat dulu di Ende. Maka perlu mampir di Ende dua hari, sebelum akhirnya harus berangkat menuju Mataloko.

Akhirnya terjadilah pertemuan dengan para pasutri ME Ende. Terjadi pada hari Sabtu sore tanggal 23 September 2023. Berlangsung di rumah pasutri senior ME yaitu Benediktus Bati-Mariana Alfonsa Severantes (Bene Sever).

15 pasutri ME Ende

Dalam temu informal ini telah hadir 15 pasangan suami isteri yaitu:

  • pasutri Alfonsius Moses Dhae-Yustina Uba Tada;
  • pasutri Jeremias Satu-Marietha Maeminah (Jere Mar);
  • pasutri Yakobus Pati-Benvinda Fernandez;
  • pasutri Blasius Fonge-Paulina Pede;
  • pasutri Markus-Olin;
  • pasutri Lody-Sophia;
  • pasutri Mathias-Tuty;
  • pasutri Charles-Aryes;
  • pasutri Yardi-Tasiana;
  • pasutri Joni-Epi;
  • pasutri Stef-Deta;
  • pasutri Paul-Yasinta;
  • pasutri Ande-Gin sebagai Koordinator ME Distrik VII Ende.

Seperti biasa -sesudah doa pembukaan- pertemuan Komunitas Marriage Encounter dimulai dengan saling memuji serta menjawab BPS (Bagaimana Perasaan Saya?)

Para aktivis Kelompok Marriage Encounter (ME) Distrik VII Ende. (Romo Ferry SW)

Mengalami perasaan sukacita

Pada umumnya berkumpul bersama dan syering antar pasutri dialami sebagai hal yang membawa sukacita. Mereka rindu untuk berkumpul bersama dan syering yang dapat meneguhkan dan membawa sukacita bagi relasi mereka sebagai suami-isteri.

Padahal sebagian besar pasutri ME juga aktif dalam berbagai kegiatan di paroki, keuskupan, dan masyarakat. Beberapa pasutri terpaksa datang sendirian saja tanpa pasangannya. Karena ada pasangan yang sakit, sedang ke dokter, sedang tugas luar kota, atau ada tugas lain yang tidak bisa ditinggalkan.

Cukup banyak aktivis ME juga aktif menjadi seksi keluarga. Mereka baru saja menghadiri temu pastoral keluarga (paskel) tingkat keuskupan yang cukup melelahkan.

Pasutri Alfonsius dan Yustina, misalnya, berasal dari Kevikepan Mbay di Nagekeo. Malam itu, mereka masih harus naik motor pulang ke rumah. Sesudah menghadiri temu paskel keuskupan, mereka memilih mengikuti kegiatan ME malam itu dan baru pulang lewat jam 2100 malam dengan naik motor. Butuh waktu 1,5 jam untuk sampai ke rumah mereka.

Luar biasanya mereka. Saat pulang ke Mbay membawa perasaan sukacita.

Giliran saya buka suara

Sesudah saling memuji dan syering perasaan, saya juga memperkenalkan diri. Saya lahir 62 tahun yang lalu dan sudah menjadi imam selama 33 tahun.

  • Tahun 1992, saya sudah mengikuti kegiatan Weekend Marriage Encounter di Distrik VI Bandung.
  • Tahun 2000 saya sudah mulai menjadi tim imam yang aktif memberikan weekend. Saya juga pernah dua kali menjadi imam Kordis ME Bandung sekitar 15 tahun lalu. Saat Yere Mar menjadi Kordis ME Ende.
Gelar syering iman dan pengalaman bersama para aktivis Gerakan Marriage Encounter (ME) Distrik VIII Ende. (Romo Ferry SW)

Siapa manusia pertama ciptaan Tuhan?

Malam itu, saya memutuskan syering bagaimana saya menghayati pengertian mengenai hubungan laki-laki dengan perempuan serta hubungan suami-isteri menurut Kitab Suci. Jadinya pertemuan ME Ende malam itu menjadi semacam acara enrichment mengenai tema yang penting dan menjadi nilai-nilai dasar kehidupan suami isteri yang kokoh.

Saya mencoba mengajak para pasutri bertanya siapa yang diciptakan lebih dahulu menurut Kitab Suci: apakah laki-laki atau Perempuan? Lalu juga pertanyaan siapa pertama kali yang jatuh ke dalam dosa.

Pada umumnya umat tidak tahu bahwa ada dua kisah penciptaan di dalam Kitab Kejadian.

Dalam Kej 1:1-2:4a yang disusun sekitar tahun 450 SM oleh tradisi para imam, laki-laki dan perempuan sekaligus diciptakan bersama-sama. Menurut citra Allah. Hanya dengan sabda Allah (Kej 1:28).

Kej 2:4b-3:13 adalah kisah penciptaan yang disusun tahun 850 SM oleh tradisi Yahwista yang memanggil nama Allah sebagai Yahwe. Dalam tradisi Yahwista digunakan berbagai simbol. Kisah Adam dan Hawa bukan kisah tentang dua orang manusia pertama dengan nama Adam dan Hawa.

Ilustrasi – Kisah Penciptaan (Answer of the Genesis)

Kisah Adam dan Hawa adalah kisah semua laki-laki dan Perempuan. Bukan di awal dunia (in the beginning of the world), melainkan kisah semua laki-laki dan perempuan sejak awal mula dunia (since the beginning of the world).

Kisah Adam dan Hawa adalah kisah kita semua sebagai umat manusia.

Memang kisah penciptaan dalam Kej 2:4a-3:13 adalah kisah yang paling paling populer dan diingat semua umat manusia. Karena sering diceritakan dalam drama Kitab Suci untuk anak-anak di Sekolah Minggu.

  • Sudah biasa kita yakin bahwa manusia laki-laki pertama diciptakan dari debu tanah, sedangkan manusia pertama perempuan diciptakan dari tulang rusuk laki-laki.
  • Sudah biasa kita yakin bahwa perempuan yang jatuh pertama kali ke dalam dosa, karena digoda iblis dalam rupa ular. Lalu Hawa harus membujuk-bujuk Adam agar ikut makan buah terlarang.

Padahal dalam Kej 3:6 ditulis bahwa “ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikan juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminya pun memakannya”.

Artinya, Adam tidak harus dibujuk Hawa untuk makan buah terlarang karena Adam dan Hawa dibujuk bersama-sama oleh iblis dalam rupa ular.

Artinya manusia laki-laki dan perempuan sebenarnya dibujuk ular bersama-sama dan jatuh ke dalam dosa juga bersama-sama.

Jangan lagi mengatakan bahwa perempuanlah yang jatuh ke dalam dosa pertama-tama; lalu membujuk laki-laki untuk juga jatuh ke dalam dosa.

Ilustrasi: Kisah penciptaan manusia Adam dan Hawa sebagaimana tergambarkan di dinding Gereja St. Gemma Galgani Keuskupan Ketapang, Kalbar. (Mathias Hariyadi)

Diciptakan bersama-sama

Pemahaman yang benar tentang teks Kej 1:1-2:41 dan Kej 2:4a-3:13 seharusnya dipakai untuk menjelaskan bahwa laki-laki dan perempuan diciptakan bersama-sama.

Lalu bahwa kisah manusia berasal dari debu tanah mengingatkan bahwa kita semua akan kembali menjadi debu tanah.

Kisah perempuan yang diciptakan dari tulang rusuk laki-laki mengingatkan kita bahwa laki-laki dan perempuan itu harus saling melengkapi.

  • Perempuan tidak diciptakan dari tulang kepala agar tidak di atas laki-laki.
  • Perempuan juga tidak diciptakan dari tulang kaki agar diinjak-injak oleh laki-laki.
  • Perempuan diciptakan dari tulang rusuk agar menjadi penolong sepadan yang disayangi dan dicintai.

Siapa lebih superior

Lalu juga ada pertanyaan siapa lebih tinggi kedudukannya: apakah suami atau isteri?

Kemungkinan pertama suami lebih tinggi kedudukannya daripada isteri. Ini sesuai Surat Santo Paulus kepada Umat di Efesus 5:22 yang berbunyi, “Hai isteri, tunduklah kepada suamimu sama seperti kepada Tuhan.”

Kemungkinan kedua adalah isteri lebih tinggi kedudukannya. Karena ada isteri yang lebih dominan dan mengatur keluarga. Sedangkan suami sebagai kepala keluarga hanya gelar kehormatan.

Kemungkinan ketiga suami sederajat dengan isteri.

Kemungkinan keempat lihat kasus demi kasus yang berbeda bagi pasutri tergantung tipe kepribadian dan kondisi mereka sebagai pasangan suami isteri.

Yang benar adalah kemungkinan kelima mengikuti Filipi 2:3-4 yang berbunyi: “Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.”

Dengan semangat seperti Yesus yang mengosongkan diri dan merendahkan diri untuk keselamatan manusia, maka suami harus mengosongkan diri. Juga menganggap isteri dan kepentingan isteri lebih utama dari dirinya sendiri.

Sedangkan isteri juga harus mengosongkan diri dan menganggap suami dan kepentingan suami lebih utama daripada dirinya sendiri.

Ilustrasi: Uskup Keuskupan Bogor Mgr. Paskalis Bruno Syukur OFM meneguhkan perkawinan calon pasutri di Gereja Katedral Beatae Maria Virginis Bogor, Sabtu 1 Oktober 2022. (Mathias Hariyadi)

Bukan kontrak, tapi perjanjian

Topik lain yang juga menjadi bahan syering adalah pengertian bahwa perkawinan bukan suatu kontrak melainkan perjanjian.

Dalam perkawinan sebagai kontrak, maka yang berlaku adalah prinsip keadilan di mana suami dengan isteri kedudukannya sejajar. Juga bahwa janji perkawinan adalah sesuatu yang dijanjikan kepada pasangannya.

Dalam pemahaman perkawinan sebagai kontrak, bila salah satu pasangan ingkar janji dan tidak setia, maka pasangan lainnya menjadi bebas dari kewajibannya.

Perkawinan sesungguhnya adalah suatu perjanjian atau “marriage as a covenant” dengan pengertian bahwa masing-masing pasangan sebenarnya pertama-tama berjanji kepada Allah untuk:

  • setia kepada pasangannya;
  • dalam suka dan duka;
  • di waktu sehat maupun sakit;
  • dalam untung dan malang.

Janji perkawinan sebenarnya berlaku sepihak yaitu janji salah satu pihak kepada Tuhan untuk setia dan mencintai pasangannya sampai mati.

Melanggar janji perkawinan pertama-tama melanggar janji kepada Tuhan dan baru kemudian kepada pasangan.

Beberapa pasutri ME yang hadir malam itu mengusulkan agar penjelasan tentang hubungan laki-laki dan perempuan serta suami isteri menurut Kitab Suci harus dijadikan bahan refleksi. Untuk semua pasutri lainnya agar perkawinan mendapatkan dasar biblis yang benar dan kuat.

Ilustrasi – Buang cincin perkawinan karena ingin bercerai. (Ist)

Anulasi perkawinan

Malam itu juga, muncul kisah bahwa makin banyak pasangan mengajukan anulasi atau pembatalan perkawinan. Khususnya perkawinan usia muda, karena mengira bahwa proses anulasi sekarang akan lebih mudah dan lebih cepat.

Padahal anulasi hanya akan diberikan sebagai jalan untuk mensahkan perkawinan kedua yang berjalan baik sesuai nilai-nilai Kristiani tentang perkawinan. Sedangkan perkawinan pertama mengandung cacat atau ketidaklayakan secara hukum sehingga cukup alasan untuk anulasi.

Para pasutri berharap bahwa gerakan Marriage Encounter bisa membantu memberikan pemahaman yang benar mengenai relasi suami isteri. Juga bisa ikut menekan angka pengajuan anulasi yang beberapa tahun belakangan ini semakin meningkat.

Sulitnya berhenti merokok

Malam itu, salah satu syering yang juga menarik adalah soal kebiasaan merokok yang sulit dihentikan. Juga  menjadi salah satu bidang dialog yang sulit dikomunikasikan. Para isteri dari suami perokok mengalami kesulitan dalam menyampaikan harapan agar suaminya berhenti merokok.

Para suami yang merokok sebenarnya sadar bahwa merokok itu tidak baik untuk kesehatan. Tapi belum sanggup atau masih gagal dalam usaha untuk berhenti merokok.

  • Indonesia memproduksi 360 milyar batang rokok dalam setahun.
  • Orang Indonesia membeli rokok atau membakar uang senilai 400 trilyun setiap tahunnya.
  • BPJS bisa bangkrut karena penyakit karena rokok yang bisa mencapai 600 trilyun.

Rupanya pemerintah belum berani membatasi rokok, karena mendapat pajak rokok atau cukai senilai 200 trilyun setiap tahunnya. Akibatnya, kesehatan masyarakat dikorbankan.

Ilustrasi: Merokok. (Romo Suhud SX)

Tidak adil bila keluarga miskin menghabiskan 25-30 % penghasilan mereka untuk rokok. Padahal di kemudian hari, biaya menanggung penyakit karena rokok tidak mungkin dibayar keluarga miskin.

Malam itu pertemuan berlangsung hangat dengan kudapan makanan khas Ende. Berupa pisang yang dikeringkan; dilengkapi sambal dan ikan teri serta kudapan tradisional lainnya. Malam itu juga makan malam yang disediakan berasal dari sumbangan para pasutri dan merupakan makanan lokal yang lebih banyak sayurannya.

Malam itu diakhiri dengan doa dan sukacita karena komunitas ME Ende semakin bersemangat dan tidak lagi takut menghadapi berbagai kesulitan.

Makan bersama dengan para aktivis Gerakan Marriage Encounter (ME) Distrik VII Ende dengan menu kuliner dan kudapan lokal. (Romo Ferry SW)
Kesempatan untuk syering iman dan jalannya kehidupan antar sesama anggota Marriage Encounter (ME) Distrik VII Ende. (Romo Ferry SW)

Harapan ke depan

Romo Kordis ME Ende adalah Romo Herman Sina SVD. Namun, ia sudah meninggal dunia tahun 2021. Kini, ME Ende tidak memiliki imam tim lainnya.

Sekarang sudah ada Romo Jeff Woi Bule, imam diosesan Keuskupan Agung Ende yang sudah menjadi tim yang memberikan Weekend ME. Namun masih membutuhkan restu dan izin dari Uskup Keuskupan Agung Ende.

ME Ende berharap bisa mengikuti Denas ME di Yogyakarta tanggal 26-29 Oktober secara lengkap yaitu ada pasutri dan imam. ME Ende juga berharap suatu saat bisa menjadi tuan rumah Denas ME. Karena selama usia ME Ende selama 45 tahun, Ende belum pernah menjadi tuan rumah Denas ME. Itu karena merasa tidak yakin dapat mengumpulkan cukup dana untuk menjadi tuan rumah Denas ME.

Padahal seharusnya Komunitas ME di mana pun percaya dan yakin Tuhan akan melengkapi, mencukupkan, bahkan menyediakan dana dan bantuan lebih banyak daripada yang dibutuhkan.

Acara malam itu ditutup dengan doa untuk mohon agar komunitas ME Ende semakin berkembang dengan lebih banyak peserta pasutri dan tim pasutri dan imam.

ME Ende sudah ada di jalan yang benar untuk menyebarluaskan nilai-nilai ME. Dilakukan lewat kerjasama dan dukungan paroki. Para pastor paroki mendukung pembiayaan para peserta untuk mengikuti Weekend ME.

Semakin kuat dukungan paroki, maka semakin banyak pasutri akan terbantu untuk menghayati nilai-nilai perkawinan sejati.

Untuk itu, para pasutri ME yang sudah ada harus tetap terlibat dalam kegiatan paroki dan keuskupan khususnya dalam pastoral keluarga.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here