Kutipan hari ini: “Barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya.”
Kita dipanggil menjadi murid Yesus supaya tetap dalam kekudusan dan tidak menuntut upah. Hal ini semakin menegaskan kembali, menjadi murid Yesus, menjadi aktifis Gereja, menjadi pelayan, menjadi pemimpin, dsb – bagaimana kita harus menjalani itu (menjaga kekudusan dan tidak menuntut upah).
Dalam Bacaan Pertama, Santo Petrus mengajar bahwa sebagai orang Katolik, kita harus bersyukur karena telah ditebus dan diangkat oleh Allah melalui darah Yesus. Kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat (1 Pet 1:18-19).
Oleh hidup Yesus, kita menjadi manusia yang bermartabat kembali. Bermartabat, mulia dan kudus, karena melalui darah Yesus kita ditebus dan diampuni.
Panggilan kekudusan ini bukan karena kita suci, tetapi lebih kepada bagaimana Allah menebus kita dengan darah Putera-Nya.
Kita mengasihi orang lain bukan karena kita hebat dan mampu, tetapi karena Allah pertama-tama yang telah mengasihi kita. Maka hal inilah yang seharusnya mendorong kita mengasihi orang lain.
Yesus hari ini memberikan pengajaran yang sangat indah bahwa jabatan, kemuliaan, jasa, penghargaan – semua itu akan lenyap. Tetapi Sabda Tuhan tak akan lenyap. “Semua yang hidup adalah seperti rumput dan segala kemuliaannya seperti bunga rumput, rumput menjadi kering, dan bunga gugur, tetapi firman Tuhan tetap untuk selama-lamanya.” (1 Pet 1:24-25)
Jangan aji mumpung
Yesus mengatakan supaya kita mempunyai semangat seorang hamba yang melayani. Dan janganlah hendaknya kita menggunakan prinsip Aji Mumpung.
Mumpung saya menjadi pemimpin, saya yang berkuasa, orang lain harus tunduk. Mumpung saya menjadi Ketua Lingkungan. Mumpung saya Ketua Panitia, dan mumpung-mumpung yang lainnya… Yesus mengajarkan “barang siapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya.” (Markus 10:44).
Kesadaran diri sebagai orang yang berdosa, yang lemah dan yang rapuh yang telah dihapus oleh darah Kristus, maka hal ini hendaknya mendorong kita untuk menjalankan tugas pelayanan dengan sepenuh hati, gembira, sungguh-sungguh dan ikhlas. Maka sebagai murid Yesus, mari kita semakin mencintai Sabda Tuhan dan mengasihi sesama termasuk pelayanan-pelayanan yang diberikan kepada kita dan berjalan bersama menuju kekudusan.
PS: Homili ini disampaikan Romo Yoseph Aris Triyanto MSF di Gereja Santo Paulus Paroki Kleco, Solo.