Puncta 29 Maret 2025
Sabtu Prapaskah III
Lukas 18: 9-14
BAGONG marah kepada Prabu Baladewa karena Semar, bapaknya dihina oleh Baladewa dengan sebutan, “Wong kere sekeng gedibal pitulikur. Wong elek nyolok mripat, mung batur, ora duwe drajat pangkat luhur.”
Kalimat itu adalah kalimat penghinaan terhadap rakyat jelata dan orang kecil yang tidak punya pangkat atau kedudukan terhormat. Baladewa seorang raja merasa berkuasa dan merendahkan Semar, abdi para ksatria.
Oleh Bagong dijelaskan siapa itu Semar. Walaupun rakyat jelata dan seorang hamba tetapi Semar adalah Dewa Ismaya yang menjadi penasehat para ksatria yang jujur dan baik hidupnya. Jangan pernah menghina dan merendahkan orang kecil dan miskin.
Pelajaran berharga dari penghinaan kepada penjual es teh. Walaupun tokoh terkenal dan terhormat tetapi kalau perilakunya tidak etis, menghina dan merendahkan, masyarakat umum akan mengadilinya.
Kepada beberapa orang yang menganggap dirinya benar dan memandang rendah semua orang lain, Yesus mengatakan perumpamaan ini: “Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; yang seorang adalah Farisi dan yang lain pemungut cukai.”
Yesus menggambarkan bagaimana sikap orang Farisi dan pemungut cukai dalam berdoa kepada Tuhan. Orang Farisi itu menyombongkan dirinya. Yang disebut selalu aku, aku, aku. Ia membandingkan dirinya dengan orang lain.
Sebaliknya pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: “Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini.”
Yesus menegaskan, “Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.”
Nilai moral yang kita petik adalah jangan suka menyombongkan diri. Di hadapan Tuhan kita semuanya sama.
Banyak orang pergi mudik lebaran,
Jangan lupa bawa bekal perjalanan.
Yang sombong akan direndahkan,
Yang hina dina akan ditinggikan.
Wonogiri, belajarlah rendah hati
Rm. A. Joko Purwanto, Pr