Seminari Menengah St. Laurentius Ketapang: Nemo Dat Quod Non Habet tak Berlaku (3)

0
3,907 views
Kapel seminari menengah di Keuskupan Ketapang

MASIH ingatkah peribahasa Latin yang berbunyi demikian: nemo dat quod non habet. Artinya tak seorang pun mampu memberikan hal yang tak dia miliki. Namun pepatah ini tidak berlaku untuk beberapa kasus motivasi panggilan ingin menjadi imam di Seminari Menengah St. Laurentius Keuskupan Ketapang.

Dalam beberapa kasus penerimaan calon siswa seminari, begitu kisah Romo Simon, ada beberapa calon seminaris yang ketika melamar masuk seminari belum bisa berdoa dengan benar. “Bahkan untuk membuat tanda salib pun, beberapa di antara mereka belum mampu melakukannya dengan tepat dan benar. Masih terlihat keraguan besar di antara mereka ketika pertama kali di seminari dan membuat tanda salib,” terang sang romo yang berlatarbelakang tukang insinyur teknik industri ini.

Toh mereka ini akhirnya diterima masuk sebagai seminaris di Seminari Menengah milik Keuskupan Ketapang di Kalbar ini. Proses ‘pemurnian motivasi’ memang akhirnya menjadi tugas besar yang harus dijalankan para anggota staf seminari berjumlah tiga pastor plus satu frater ‘sumbangan’ Keuskupan Agung Semarang (KAS) yang tengah menjalani tahun orientasi pastoral ini.

Tidak pernah berjumpa pastor

Ketika ditanyai romo mengapa ingin jadi pastor, padahal membuat tanda salib saja tidak mampu melakukannya dengan benar.

Jawaban mereka sungguh mencengangkan sekaligus membuat orang yang mendengar omongan apa adanya itu menahan nafas: Ternyata ….oh ternyata….

Ambil saja contoh sebuah wilayah di kawasan hulu (pedalaman). Untuk mencapai kawasan udik terpencil ini, orang harus rela naik sepeda motor kurun waktu 6-7 jam dengan kondisi jalan yang tidak selamanya bagus dan nyaman menerima kunjungan roda sepeda motor. Lalu disambung lagi dengan perjalanan naik speed boad untuk bisa menjangkau lagi kawasan yang ‘lebih dalam’ lagi masuk pedalaman. Plus bisa jadi nambah 1-3 jam jalan kaki.

Baca juga:   Seminari Menengah St. Laurentius Ketapang: Kepinding Ada di mana-mana (2)

Hal semacam ini banyak terjadi di banyak stasi atau paroki di seluruh Kalimantan, tak terkecuali Keuskupan Ketapang yang luasnya mencapai kisaran 600 km rentang panjang lurus dari utara menuju selatan dan 250 km rentang garis lurus dari barat menuju timur. “Bisa jadi hampir seluas Provinsi Jateng plus Jabar,” kata Uskup Keuskupan Ketapang Mgr. Pius Riana Prabdi sedikit berandai-andai.

Kondisi udik yang jauh terjangkau inilah yang membuat banyak umat katolik di kawasan hulu tidak sering bertemu dengan pastor atau pelayanan firman Tuhan. Sudah barang tentu pula, pendalaman dan pembinaan iman anak-anak juga menjadi sangat terbatas.

Jadi sangat masuk akal ketika mendengar omongan apa adanya dari seorang seminaris calon imam seperti ini: “Saya ingin jadi pastor karena ingin mengajari umat berdoa secara benar.”

Karenanya pepatah nemo dat quod non habet di sini tidak berlaku sama sekali.

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here