Seminari dikenal sebagai sekolah para calon imam. Menilik dari akar katanya, seminari berasal dari kata dalam bahasa Latin “seminare” yang berarti menyemai. Seminarium berarti tempat persemaian. Nah, menilik dari akar katanya agaknya sah-sah saja jika saya menyebut sebuah akademi sepakbola macam La Masia sebagai “Seminari”, apalagi kalau kita lihat filosofi La Masia yang akan diuraikan di bawah.
La Masia merupakan rumah para pemain muda Barcelona, dengan kisaran umur sekitar 10 hingga 18 tahun. Mereka memainkan beberapa cabang olah raga, yakni sepak bola, basket, futsal, hoki dan sepatu roda. Yang terkenal tentunya sepak bola. Banyak alumni La Masia menjadi bintang sepak bola terkenal saat ini, seperti Lionel Messi, Andres Iniesta, Xavi Hernandez, Gerard Pique, Pedro Rodriguez, Cesc Fabregas, dsb. Pelatih hebat FC Barcelona saat ini, Joseph “Pep” Guardiola juga alumni akademi ini.
Rumah batu La Masia, yang dibangun pada tahun 1702, sudah resmi ditutup pada tanggal 13 Juni 2011. Namun pendidikan tetap dilanjutkan di tempat yang lebih luas. FC Barcelona menyediakan lokasi baru pengembangan akademi La Masia di wilayah Saint Joan Despi, yang diberi nama “Ciutat Esportiva Joan Gamper”
Kualitas Pribadi, bukan Pemain Hebat
“Memang baik mencetak pemain berkualitas, tapi jauh lebih penting mencetak pemain dengan pribadi yang bagus” demikian Ruben Bonastre, wakil direktur akademi La Masia menjelaskan pada majalah Bola (Edisi Premium, April 2011), “Di La Masia, kami memastikan para pemain diberi pelajaran tentang hidup.”
Menurut Bonastre, La Masia memang mencari dan mendidik orang muda dengan bakat sepakbola yangbaik. Namun yang terpilih adalah yang kualitas pribadinya juga bagus. Dia memberikan contoh,”Di masa lalu banyak sekali pemain yang memiliki talenta sepak bola jauh lebih bagus dari Messi, jauh lebih cepat dari Pedro, dan jauh lebih lengkap dari Xavi, akan tetapi mereka tak terpilih masuk tim senior karena pribadi mereka tidak sejalan dengan filosofi Barca. Mereka itu adalah siswa yang gemar tidur larut malam, yang suka bepergian ke disko atau kelab malam, gemar berpacaran, serta siswa yang tidak bisa menghargai dan menghormati orang lain.”
Pemain sepakbola terkenal berlimpah dengan kekayaan. Banyak cerita tentang selebritis sepak bola yang dengan kekayaannya memiliki gaya hidup yang aneh-aneh. Namun agaknya hal ini tidak berlaku bagi para alumni La Masia. Apakah anda pernah mendengar perilaku hidup aneh dari mereka? Yang acapkali kita dengar adalah bagaimana kualitas pribadi mereka tetap muncul di tengah berlimpahnya materi. Baru-baru ini, misalnya, ketika Lionel Messi dipuji setelah menjadi “runner up” pencetak gol FC. Barcelona sepanjang masa mengalahkan Ladislao Kubala (1950 – 1961), dan sangat berpotensi untuk melampau capaian Cesar Rodriguez (1942 – 1955) di akhir musim kompetisi ini, ia toh tetap low profile. “Rekor Cesar bukanlah tujuan saya. Semakin banyak goal yang saya sarangkan, semakin baik, bukan untuk memecahkan rekor tetapi untuk memenangkan gelar bagi tim. Hal ini akan menjadi sejarah untuk setiap orang, bukan capaian individual,” demikian ia sampaikan di situs resmi klub.
Jika sebuah akademi sepak bola menekankan pada kualitas pribadi dan pelajaran tentang hidup, bukankah kita bisa saja menyebut mereka sebagai tempat pembibitan tentang kehidupan, sebuah “Seminarium”?
Photo credit: www.fcbarcelona.com