Seminaris Santo Paulus Palembang Latihan Jadi Pemimpin

0
481 views

“WAH, ternyata kita dibohongi Romo (guru/pembimbing Seminari Menengah St Paulus Palembang, red). Katanya mau disuruh kerja di pabrik tempe atau pabrik tahu, ternyata malah ke rumah retret ini,” kata seorang Seminaris (siswa seminari) sambil tertawa, begitu regu mereka tiba di Wismalat Podomoro, Banyuasin, Palembang, Selasa (11/9/2018) sore.

Para Seminaris itu sebelumnya, Minggu (8/9/2018) hingga Selasa (11/9/2018), berkemah di Kebun Kelapa Sawit Gandus, Banyuasin sebagai bagian dari latihan dasar kepemimpinan (LDK). Sesudah itu, mereka mengikuti pelatihan Leadership, Sense of Belonging, dan Program Kerja (Proker) di Wismalat Podomoro hingga Kamis (13/9/2018).

Hanya dibekali perlengkapan berkemah dan sejumlah bahan makanan pokok untuk dimasak sendiri, mereka hidup di tengah-tengah kebun kelapa sawit. Fasilitas makin terbatas ketika penggunaan air di lokasi berkemah dibatasi, sehingga mereka harus benar-benar berhemat air.

“Berkemah dua hari dua malam dengan situasi yang serba terbatas memang dikondisikan sebagai pembelajaran survival untuk para Bidel atau pengurus OSIS baru yang beranggotakan 42 orang ini,” kata Petrus Sugiarto SCJ, Rektor Seminari Menengah St Paulus Palembang.

Pabrik Tempe

Menurut Staf Seminari Palembang Petrus Haryanto SCJ, setelah ‘digojlok’ selama dua hari berkemah di Kebun Kelapa Sawit Gandus, ke-42 Seminaris ini diminta untuk berjalan kaki sepanjang 9 Km menuju lokasi pabrik tempe dan pabrik tahu.

“Mereka kita katakan akan bekerja di pabrik tempe dan pabrik tahu. Untuk itu ikuti arah dan petunjuk yang diberikan di setiap pos yang harus dilewati sepanjang perjalanan 9 Km tersebut,” tuturnya.

“Intinya, mereka tidak tahu di mana letak pabrik tahu tempe tersebut. Dan ternyata, arah dan petunjuk yang diberikan dan harus dikuti itu menuju ke Wismalat Podomoro ini. Maka, tak heran jika mereka merasa dipermainkan oleh kami,” imbuh Romo Hary seraya tersenyum.

RD Yohanes Ongko Handoko menambahkan, acara pelatihan seperti ini memang dilakukan setiap tahun bagi pengurus kebidelan atau OSIS Seminari Menengah St Paulus Palembang. Namun, setiap tahun program pelatihannya berbeda.

“Tahun lalu, para Seminaris ini diminta untuk keluar Seminari berdua-dua untuk bekerja apa saja guna mendapatkan rupiah. Uang yang dihasilkan selama seharian itu lalu digunakan untuk membeli makan malamnya,” urai staf Seminari Palembang ini.

Misi PGU

Lebih lanjut Romo Sugiarto menjelaskan, selama berkemah di kebun kelapa sawit dengan segala keterbatasannya para Seminaris belajar survival dan hidup mandiri sebagai pribadi dan tim yang solid. Mereka didampingi staf pengajar dan mahasiswa Universtitas Katolik Musi Charitas, Palembang.

“Selama berkemah, dalam kerangka LDK mereka diberikan pembelajaran soal Public Speaking dan Community Building,” urainya.

Begitu tiba di Wismalat Podmoro, para Seminaris mengikuti pelatihan Leadership, Sense of Belonging, dan penyusunan Program Kerja (Proker) yang diberikan oleh tim dari Paguyuban Gembala Utama (PGU), yaitu Intony Yuswanto, Yohanes Wasisa, dan Ery Bondan.

“Pada bagian ini anggota kepengurusan OSIS yang baru ini diajak untuk memahami dan mempraktekkan konsep Leadership, Sense of Belonging, dan Proker melalui berbagai macam permainan dan latihan yang diberikan tim PGU,” papar Romo Sugiarto.

PGU merupakan perkumpulan para mantan atau eks-Seminaris dari seluruh Indonesia.

Ketua PGU Bakti Setiawan mengatakan, “Keterlibatan PGU dalam LDK para Seminaris St Paulus Palembang merupakan perwujudan dari salah satu misi PGU untuk ikut dalam pengembangan pendidikan imam di bawah pengawasan dan arahan dari Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) dalam hal ini Komisi Seminari.”

“Hal ini, didasari semangat ‘give forward’ para anggota PGU yang notabene pernah mengalami dan atau mendapatkan pendidikan terbaik di Seminari,” imbuhnya.

Tema Utama

Sementara itu, Staf Pengajar Universitas Katolik Musi Charitas, Anselmus Inharjanto SCJ yang akrab disapa Romo Een, menguraikan, Sense of Belonging atau rasa memiliki menjadi tema utama dalam LDK para Seminaris kali ini.

Sense of Belonging atau Rumangsa Handarbeni menjadi fokus karena ini yang masih dirasa kurang dimiliki oleh para Seminaris. Apalagi bila dikaitkan dengan leardership atau kepemimpinan yang tentunya tidak lepas dari sikap Handarbeni ini.

“Sebab, dengan rasa memiliki yang terus tumbuh di dalam diri, para Seminaris diharapkan melakukan semua tugasnya sebagai pengurus OSIS atau Kebidelan bukan hanya sekadar karena ditunjuk, melainkan lebih karena cinta dan rasa memiliki, sehingga hasilnya pun akan optimal,” tutur Romo Een, yang juga bertugas sebagai staf Seminari St Paulus Palembang ini.

Tak Sekadar Mental

Andreas Agung Yubilee, Bidel Umum (Bidum) Seminari Palembang yang baru terpilih dalam kepengurusan OSIS yang baru menuturkan, kegiatan ini sangat berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya.

“Tahun lalu itu, menurut Saya, lebih fokus ke soal pelatihan dan peningkatan mental saja. Tapi kalau sekarang lebih dari itu. Selain mental, fisik dan survival atau bertahan hidup di alam juga dilatih dan jadi tantangan tersendiri,” tuturnya.

“Nah, ketika kita belajar Leadership, Sense of Belonging, dan Proker di Wismalat, itu benar-benar mengena dengan apa yang sudah kita alami saat berkemah selama dua hari sebelumnya. Apalagi kita juga berlatih bagaimana membuat Proker kepengurusan OSIS atau Bidel,” imbuhnya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here