INJIL hari ini (Matius 5:43-48) termasuk salah satu perikop yang amat penting dan mendasar bagi hidup Kristiani. Di sana, Yesus menggarisbawahi panggilan hidup setiap orang, yakni menjadi sempurna (Matius 5:48).
Apa yang Yesus maksudkan dengan sempurna? Apakah sempurna dalam segala-galanya? Kita dapat menjawab secara tepat dan akurat bila lebih dulu membaca konteks ajaran itu.
Kemarin, Yesus mengajar kita supaya orang tidak membalas kejahatan dengan kejahatan (Matius 5:38-42).
Hari ini, Yesus mengajarkan tentang kasih kepada sesama. Ajaran ini penting, karena nilainya sama dengan mengasihi Tuhan (Matius 22:39).
Dia memberikan arti baru yang lebih mendalam dan luas atas hukum kasih itu. “Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu” (Matius 5:44).
Dalam Perjanjian Lama, perintah kasih itu hanya berlaku bagi sesama bangsa Yahudi. Ajaran-Nya yang baru tentang kasih mencakup semua orang, termasuk para musuh.
Yesus memberikan teladan nyata dalam hal itu. Ketika bergantung di kayu salib, Dia berdoa bagi mereka yang menyalibkan-Nya. “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat” (Lukas 23:24).
Lebih dari itu, Yesus memberikan semangat baru dalam ajaran kasih itu. Orang mesti mengasihi seperti Allah Bapa mengasihi semua manusia. Ajaran kasih-Nya tidak mengenal diskrimanasi antara orang baik dan orang jahat. “Berdoalah bagi mereka yang menganiaya kalian” (Matius 5:44).
Mengapa Yesus mengatakan hal itu? Alasannya, karena Allah Bapa di surga juga bertindak demikian. Dia berbuat baik kepada orang jahat dan orang baik; orang benar dan orang tidak benar (Matius 5:45).
Yang tidak kalah mengejutkan, Yesus menegaskan bahwa mengasihi orang yang mengasihi kita itu tidak ada upahnya. Mereka yang hanya melakukan hal itu adalah orang-!orang yang tidak mengenal Allah. Mengapa demikian? Bacalah lagi Matius 5:45.
Jadi, perintah untuk menjadi sempurna itu maksudnya terutama sempurna dalam kasih Tuhan.
Selasa, 18 Juni 2024
HWDSF