BAPERAN – BAcaan PERmenungan hariAN.
Selasa, 27 Juli 2021.
Tema: Happy ending.
Bacaan
- Kel 33: 7-11, 34: 5b-9, 28.
- Mat. 13: 36-43.
PERJUANGAN itu mengasyikkan. Perjuangan menjadikan hidup lebih bermakna. Ia dipacu mengejar sesuatu yang berarti dan penting dalam hidupnya. Apa pun motivasinya.
Perjuangan dan pembaharuan itulah dinamika perkembangan manusia.
Perjuangan tanpa lelah. Ketabahan dan ketangguhan sanggup memberikan kekuatan menghadapi setiap tantangan.
Dalam perjuangan itu selalu tumbuh hal-hal baru yang mengarah kepada sesuatu yang berharga. Sekaligus terbuka untuk memurnikan apa yang tidak baik, dan apa yang bernilai.
Demikian pun perjuangan iman.
Dunia menawarkan kepada kita hal-hal yang bertentangan dengan iman: hiburan, kesenangan, kenikmatan semu. Dunia tidak ingin kita menderita.
Abaikan situasi yang menyakitkan. Obral sukacita palsu. Sembunyikan dan poles hal-hal duka. Keyakinan pun dikaburkan. Salib tidak akan pernah ada.
Penantian panjang
Sepasang suami isteri datang ke gereja lebih awal dan pulang paling akhir.
“Saya amati kalian kok lebih tekun dalam doa?” kepoku.
“Iya Romo. Kami baru setengah tahun di sini. Pindahan kerja dari Jawa Tengah. Kami sudah tujuh tahun berkeluarga. Tuhan belum mempercayakan kepada kami si buah hati.
“Kenapa mengatakan Tuhan belum mempercayakan?”
“Iya Romo. Kami sadar bahwa anugerah Tuhan itu harus berada dalam situasi, kondisi yang baik, terutama iman kami. Kadang masih goyah. Kami masih mendebatkan hal-hal yang kecil; tak penting. Malah mengaburkan keindahan hidup berkeluarga.
Masih meragukan atau bertanya-tanya pada Tuhan. Dalam doa lebih banyak memohon. Semakin meminta, semakin kami lelah. Tuhan terasa tidak mendekat.
Suatu kali, kami berdoa dalam satu ziarah. Kami ingat sabda suci. Intinya kira-kira,”Berbahagialah orang yang percaya. Aku akan memberi keturunan kepadamu.”
Kami berdiskusi bersama. Apakah ini rancangan Tuhan. Kami pun berbagai pengalaman iman kepada teman.
Kami percaya, karena kami berharap.
Masuk ke tahun perkawinan yang ke-8, pasangan saya merasa ada sesuatu dalam tubuhnya. Rupanya sudah ‘terlambat’ dua pekan.
Hati pun bergembira dan kami semakin banyak berdoa dan merawat kesehatan.
Kata dokter hamil anggur. Kami kecewa. Tidak bisa menerima kenyataan.
Maka sepanjang tahun ini berkomitmen untuk lebih mendekatkan diri pada Tuhan.
Kami percaya doa adalah jawaban dari semua. Ketekunan berdoa dan berserah menjadi tantangan.
Kami belajar setia. Kami percaya hanya lewat doalah kami mengenal lebih baik dan masuk dalam hadirat-Nya; tumbuh berkembang; bersatu dengan Tuhan.
Kami percaya, kami boleh menceritakan bahkan berkeluh kesah kepada-Nya apa yang terjadi pada kami, apa yang kami harapkan, terlebih kami percaya dalam pelukan kasih-Nya.
Pada waktu yang tepat, Ia bertindak. Kami percaya soal buah hati adalah masalah kecil karena dia sendiri telah memberikan hidup-Nya bagi kami.
Penting bagi kami mengusahakan kebahagiaan dan saling menyempurnakan.
“Itu saja Romo apa yang kami jalani di tahun ke-8 perkawinan kami.”
“Kami tidak mengharapkan lebih daripada ingin menjadi pasangan yang bahagia; memberikan yang terbaik bagi Gereja dan dalam pelayanan kami
Tak terduga. Apalagi mengira. Tuhan itu baik. Pada akhir tahun ke-8 perkawinan kami, Tuhan benar memberi buah hati. Lahirlah seorang putera.
Sungguh kami sangat bersyukur. Sepakat dengan suami, kami mempersembahkan anak ini kepada Tuhan.
Terserah Tuhan mau menjadi apa nantinya. Berkeluarga atau menjadi imam.
Allah menambahkan kebahagian kami. Ia menganugerahkan tiga orang. Kami pun tidak kekurangan materi untuk menghidupi mereka.
Tuhan yang mengaruniakan buah hati, Tuhan pula yang memberi mereka makan. Memang harus bekerja keras. Tetapi semua dalam genggaman-Nya.
Kami selalu menyertakan anak-anak ke gereja. Kami bahagia dan bersyukur.
“Tuhan itu, Allah penyayang dan pengasih, panjang sabar, berlimpah kasih setia.” ay 6.
Yesus berkata, “Pada waktu itulah orang-orang benar akan bercahaya seperti matahari.”, ay 43.
Tuhan, beranikan kami semakin belajar percaya dan berani berserah kepada-Mu dalam iman. Amin.