Puncta 23.10.21
Sabtu Biasa XXIX
Lukas 13: 1-9
SALAH satu kejelekan manusia adalah merasa diri paling benar. Karena itu ia seolah berhak menyalahkan orang lain. Apalagi kalau orang lain itu mengalami celaka atau musibah, orang cenderung menyalahkan dia.
Atau sikap yang lain adalah “nyokurke”, menyalahkan sekaligus mengharapkan yang terburuk semoga terjadi.
Ini salah satu sifat jelek manusia.
Ada semacam ketidak-sukaan disaingi. Orang tidak suka temannya berhasil atau sukses.
“Sokur kamu jatuh. Sokur kamu gagal. Salahmu sendiri gak mau mengikuti perkataanku.”
Demikian komentar orang yang melihat temannya celaka.
Ia tidak berusaha menolong, tetapi malah menyalahkan dan senang di atas penderitaan orang lain.
Peristiwa itu bukan dijadikan bahan introspeksi diri tetapi malah bersikap sombong merasa benar sendiri.
Yesus mengajak orang untuk bertobat, refleksi diri, jika melihat ada orang lain menderita.
Menanggapi sikap sombong beberapa orang yang datang melaporkan orang-orang Galilea yang dibunuh Pilatus, Yesus berkata;
“Sangkamu orang-orang Galilea ini lebih besar dosanya daripada semua orang Galilea yang lain, karena mereka mengalami nasib itu? Tidak. Kata-Ku kepadamu. Tetapi jikalau kalian tidak bertobat, kalian semua pun akan binasa dengan cara demikian.”
Sikap tobat itu penting agar kita tidak mudah menyalahkan orang lain. Sikap tobat mengajak kita melihat pada diri sendiri yang juga rapuh.
Kalau kita mau bertobat dengan sungguh, Allah juga akan mengampuni dan memberi kesempatan kita untuk bertumbuh.
Seperti perumpamaan seorang yang mencari buah pohon ara namun tidak menemukannya, Ia menyuruh pekerja menebang pohon yang tidak berguna itu.
Namun pekerja itu menggambarkan sikap Allah yang memberi kesempatan.
“Tuan, biarkanlah pohon ini tumbuh selama setahun ini lagi. Aku akan mencangkul tanah sekelilingnya dan memberi pupuk kepadanya. Mungkin tahun depan akan berbuah. Jika tidak, tebanglah.”
Allah yang mahamurah itu tidak menebang dan mematikan. Ia memberi kesempatan dan pengampunan untuk berkembang.
Sikap Allah berbeda dengan sikap manusia. manusia seringkali bersikap sombong dan merasa diri suci, lalu berhak menghukum orang lain.
Yesus mengajak kita untuk bertobat dan memperbaharui diri. Allah justru memberi kesempatan untuk hidup, bukan mematikan.
Marilah kita memperbaiki diri dan menggunakan kesempatan yang diberikan Allah untuk bertumbuh dalam iman dan cinta kasih.
Buah mangga pastoran baunya harum,
Banyak kelelawar datang saling berebutan.
Allah itu mengasihi bukan menghukum,
Ia memberi kesempatan hidup bukan mematikan.
Cawas, pengampunan Tuhan…