BERKORBAN demi hidup orang lain mesti selalu menjadi semangat hidup orang beriman. Untuk itu, orang beriman mesti senantiasa menyediakan diri untuk berkorban bagi sesama.
Pria asal Tiongkok bernama Xiao Bei terlahir dari keluarga miskin. Ia terpaksa tidak menyelesaikan pendidikannya dan langsung mencari kerja di kota. Karena ijazahnya rendah, Bei hanya bisa bekerja sebagai kurir.
Bei dikenal sebagai orang yang rajin dan bekerja dengan tekun. Namun, belum lama bekerja sebagai kurir, Bei terpaksa kehilangan pekerjaannya hanya karena menyelamatkan seorang anak kecil.
Dia dipecat karena telah menghilangkan kendaraan dan barang-barang yang akan dikirimnya. Kisah itu terjadi saat Bei sebenarnya sedang libur kerja. Namun saat itu, ia terpaksa bekerja mengantar barang, karena menggantikan rekan kerjanya yang punya urusan keluarga.
Saat mengantar barang, Bei melihat seorang anak tersangkut di teralis balkon. Jika tidak segera diselamatkan, besar kemungkinan bocah itu akan jatuh. Banyak orang melihat peristiwa itu, tetapi tidak ada yang berani naik untuk menyelamatkan si anak.
Ada yang hanya menelepon petugas pemadam kebakaran, namun mungkin sudah terlambat saat menunggu tibanya tim penyelamat.
Bei segera masuk ke gedung apartemen. Ia berusaha menjangkau tubuh anak tersebut. Tanpa pengaman apa pun, ia memberanikan diri melakukan aksi penyelamatan nekad yang berlangsung dramatis itu. Ia menyelamatkan anak itu, namun ia sendiri kehilangan pekerjaannya sebagai kurir.
Jiwa besar
Perbuatan baik tidak selamanya mendatangkan kebahagiaan bagi diri sendiri. Orang yang dibantu menemukan bahagia dalam hidup setelah mendapatkan pertolongan. Inilah suatu korban yang mesti dilakukan oleh orang yang berbuat baik. Meski ada risiko yang dihadapi, orang mesti berani berkorban demi keselamatan sesama.
Kisah di atas memberi kita inspirasi untuk berani berkorban, ketika kebutuhan yang sangat mendesak mesti kita lakukan. Xiao Bei mengutamakan keselamatan jiwa anak yang terancam di tralis balkon.
Kalau tidak dibantu, anak itu akan kehilangan nyawanya. Apa yang ia lakukan justru memberikan kehidupan bagi anak itu. Ia tidak peduli bahwa ia akan menerima konsekuensi pemecatan.
Tentu saja tidak mudah memutuskan untuk membantu orang lain dengan situasi akan kehilangan sesuatu yang telah dimiliki. Namun itulah suatu resiko yang mesti dihadapi.
Orang yang melakukan hal ini tentu memiliki suatu jiwa besar. Ia mengabaikan keselamatan dirinya sendiri demi keselamatan orang lain. Inilah keutamaan orang beriman yang mesti senantiasa dihidupi dalam perjalanan hidupnya.
Mari kita terus-menerus menyediakan diri bagi keselamatan sesama. Dengan demikian, hidup ini menjadi kesempatan untuk membahagiakan diri dan sesama. Tuhan memberkati.