Senin 30 Desember 2024 – Melihat Penggenapan Janji Allah

0
37 views

1Yoh. 2:12-17.
Mzm. 96:7-8a,8b-9,10.
Luk. 2:36-40

HIDUP sering kali dipenuhi dengan harapan, impian, dan rencana yang kita susun dengan hati-hati.

Kita berusaha keras untuk mewujudkannya, berharap semuanya berjalan sesuai keinginan kita. Namun, tidak jarang, di tengah perjalanan, kita dihadapkan pada kenyataan bahwa rencana yang telah kita buat sepertinya tidak selalu sejalan dengan kehendak Allah.

Ketika kita mencoba menyelaraskan rencana kita dengan kehendak-Nya, sering kali kita menemukan keindahan yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya.

Allah, Sang Pencipta kehidupan, mengetahui apa yang terbaik bagi kita jauh melampaui kemampuan kita untuk memahaminya. Dalam hikmat-Nya, Dia mengatur segalanya dengan sempurna, meskipun terkadang jalan itu terasa berat, berliku, atau penuh dengan airmata.

Ketika rencana kita dan rencana Allah akhirnya menyatu, itulah saat kita mengalami kedamaian sejati. Kita menyadari bahwa segala sesuatu memiliki waktunya, bahwa setiap hal yang terjadi membawa pelajaran dan berkah tersendiri.

Allah tidak pernah salah dalam menyusun skenario kehidupan kita, meskipun terkadang kita perlu waktu untuk memahaminya.

Inilah yang terjadi dengan Nabi Hana, seorang perempuan yang membaktikan hidupnya untuk menantikan datangnya Sang Mesias.

Setelah kehilangan suaminya, Hana tidak membiarkan dirinya larut dalam kesedihan atau keputusasaan. Sebaliknya, ia mengabdikan sisa hidupnya untuk tinggal di Bait Allah, beribadah siang dan malam dengan berpuasa dan berdoa.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Hana tidak pernah meninggalkan Bait Allah dan siang malam beribadah dengan berpuasa dan berdoa.

Dan pada ketika itu juga datanglah ia ke situ dan mengucap syukur kepada Allah dan berbicara tentang Anak itu kepada semua orang yang menantikan kelepasan untuk Yerusalem.”

Hidup Nabi Hana dipenuhi dengan ketekunan dan pengabdian kepada Allah. Selama bertahun-tahun, ia tetap setia dalam pelayanannya tanpa mengeluh atau menyerah.

Ibadahnya yang konsisten mencerminkan keyakinannya yang teguh akan janji-janji Allah. Ketekunan Hana menunjukkan kepada kita bahwa pengabdian kepada Allah bukanlah sesuatu yang instan, melainkan sebuah proses panjang yang memerlukan kesabaran dan iman.

Selain itu, kehidupan Hana juga mengajarkan bahwa usia atau keadaan hidup tidak pernah menjadi halangan untuk melayani Allah.

Dalam keterbatasannya sebagai seorang janda tua, ia tetap memberikan yang terbaik untuk Allah melalui ibadah dan doa. Ini mengingatkan kita bahwa pengabdian tidak diukur dari apa yang kita miliki, tetapi dari hati yang tulus dan taat kepada kehendak Allah.

Nabi Hana, melihat penggenapan janji Allah tentang Mesias. Dalam peristiwa itu, Hana tidak hanya bersyukur kepada Allah, tetapi juga menjadi saksi yang membagikan kabar baik kepada semua orang yang menantikan kelepasan Israel.

Nabi Hana memberikan kesaksian kepada kita betapa pentingnya ketekunan dalam iman. Kita bisa belajar dari Nabi Hana bahwa pengabdian yang tulus kepada Allah membutuhkan waktu, kesabaran, dan kepercayaan.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku percaya bahwa Allah selalu merancang yang terbaik untukku?

Senin, 30 Desber 2024

1Yoh. 2:12-17.
Mzm. 96:7-8a,8b-9,10.
Luk. 2:36-40

Melihat penggenapan Janji Allah

HIDUP sering kali dipenuhi dengan harapan, impian, dan rencana yang kita susun dengan hati-hati.

Kita berusaha keras untuk mewujudkannya, berharap semuanya berjalan sesuai keinginan kita. Namun, tidak jarang, di tengah perjalanan, kita dihadapkan pada kenyataan bahwa rencana yang telah kita buat sepertinya tidak selalu sejalan dengan kehendak Allah.

Ketika kita mencoba menyelaraskan rencana kita dengan kehendak-Nya, sering kali kita menemukan keindahan yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya.

Allah, Sang Pencipta kehidupan, mengetahui apa yang terbaik bagi kita jauh melampaui kemampuan kita untuk memahaminya. Dalam hikmat-Nya, Dia mengatur segalanya dengan sempurna, meskipun terkadang jalan itu terasa berat, berliku, atau penuh dengan air mata.

Ketika rencana kita dan rencana Allah akhirnya menyatu, itulah saat kita mengalami kedamaian sejati. Kita menyadari bahwa segala sesuatu memiliki waktunya, bahwa setiap hal yang terjadi membawa pelajaran dan berkah tersendiri.

Allah tidak pernah salah dalam menyusun skenario kehidupan kita, meskipun terkadang kita perlu waktu untuk memahaminya.

Inilah yang terjadi dengan Nabi Hana, seorang perempuan yang membaktikan hidupnya untuk menantikan datangnya Sang Mesias.

Setelah kehilangan suaminya, Hana tidak membiarkan dirinya larut dalam kesedihan atau keputusasaan. Sebaliknya, ia mengabdikan sisa hidupnya untuk tinggal di Bait Allah, beribadah siang dan malam dengan berpuasa dan berdoa.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Hana tidak pernah meninggalkan Bait Allah dan siang malam beribadah dengan berpuasa dan berdoa.

Dan pada ketika itu juga datanglah ia ke situ dan mengucap syukur kepada Allah dan berbicara tentang Anak itu kepada semua orang yang menantikan kelepasan untuk Yerusalem.”

Hidup nabi Hana dipenuhi dengan ketekunan dan pengabdian kepada Allah. Selama bertahun-tahun, ia tetap setia dalam pelayanannya tanpa mengeluh atau menyerah.

Ibadahnya yang konsisten mencerminkan keyakinannya yang teguh akan janji-janji Allah. Ketekunan Hana menunjukkan kepada kita bahwa pengabdian kepada Allah bukanlah sesuatu yang instan, melainkan sebuah proses panjang yang memerlukan kesabaran dan iman.

Selain itu, kehidupan Hana juga mengajarkan bahwa usia atau keadaan hidup tidak pernah menjadi halangan untuk melayani Allah.

Dalam keterbatasannya sebagai seorang janda tua, ia tetap memberikan yang terbaik untuk Allah melalui ibadah dan doa. Ini mengingatkan kita bahwa pengabdian tidak diukur dari apa yang kita miliki, tetapi dari hati yang tulus dan taat kepada kehendak Allah.

Nabi Hana, melihat penggenapan janji Allah tentang Mesias. Dalam peristiwa itu, Hana tidak hanya bersyukur kepada Allah, tetapi juga menjadi saksi yang membagikan kabar baik kepada semua orang yang menantikan kelepasan Israel.

Nabi Hana memberikan kesaksian kepada kita betapa pentingnya ketekunan dalam iman. Kita bisa belajar dari Nabi Hana bahwa pengabdian yang tulus kepada Allah membutuhkan waktu, kesabaran, dan kepercayaan.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku percaya bahwa Allah selalu merancang yang terbaik untukku?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here