Renungan Harian
Rabu, 1 September 2021.
Bacaan I: Kol. 1: 1-8.
Injil: Luk. 4: 38-44.
SETIAP senja, ketika matahari mulai tenggelam, kakek tua yang biasa saya panggil Mbah Kakung itu selalu masuk ke kamar belakang yang biasa beliau sebut senthong.
Hal yang menarik adalah Mbah Kakung amat disiplin dengan waktu; meskipun pada saat itu sedang ada tamu, sedang ngobrol, beliau akan meminta izin untuk masuk ke senthong.
Biasanya beliau di senthong kurang lebih 30 menit. Mbah Kakung ternyata tidak hanya waktu senja masuk ke senthong.
Setiap tengah malam, ia bangun dari tidur dan masuk ke senthong.
Suatu kali, karena penasaran dengan senthong, saya diam-diam masuk ke senthong ketika Mbah Kakung sedang ke sawah.
Awalnya, saya membayangkan senthong itu tempat yang penuh dengan barang-barang mistis, atau senjata-senjata, ternyata tidak.
Senthong yang berukuran kurang lebih 3 x 3 hanyalah ruang kosong, dengan selembar tikar di lantai.
Melihat senthong seperti itu membuat saya semakin penasaran dengan apa yang dilakukan Mbah Kakung.
Rasa penasaran yang luar biasa menjadikan saya berani untuk bertanya kepada Mbah Kakung tentang apa yang sebenarnya beliau lakukan di senthong.
Mbah kakung menjawab:
“Mbah Kakung hanya diam, menikmati keheningan. Dengan diam, mbah kakung mengistirahatkan pikiran dan hati. Dengan mengistirahatkan pikiran dan hati, hidup menjadi lebih segar dan tenang, tidak terbawa oleh nafsu. Hidup menjadi tidak mudah tersesat pun seandainya mulai melenceng bisa kembali ke jalan yang benar. Hidup selalu mengarah pada “sangkan paraning dumadi” (asal dan tujuan ciptaan).”
Sebagaimana sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan dalam Injil Lukas, Yesus pergi ke tempat yang sunyi kiranya untuk selalu berkomunikasi dengan Allah Bapa-Nya dan menegaskan pengutusan-Nya.
“Ketika hari siang Yesus berangkat ke suatu tempat yang sunyi”.
Bagaimana dengan aku?
Adakah aku menyediakan waktu untuk menegaskan arah hidupku?