Seperti yang Kau Inginkan

0
530 views
Ilustrasi - Mengalami doa tak berguna. (Ist)

Kamis, 02 03 2023

T.Est. 4:10a,10c-12,17-19.

Mzm. 138:1-2a,2bc-3,7c-8.

Mat. 7:7-12.

HIDUP ini indah karena banyak peristiwa jenaka yang dengan halus menyusup dalam penziarahan hidup kita.

Tuhan punya banyak cara untuk membuat kita lebih bahagia. Dia ingin kita bertumbuh dalam kedewasaan iman bersama orang-orang yang hadir dalam kehidupan kita.

Walau kadang cara Tuhan belum tentu kita suka. Namun cara Tuhan itu yang menjamin hidup kita benar dan bermakna bagi kehidupan ini.

Tuhan mendidik kita bahkan dalam doa. Bukankah seringkali ada deretan doa yang belum terjawab, bahkan kemudian datang masalah yang bertubi-tubi.

Mulai dengan pasangan yang selalu curiga, orang tua yang marah-marah, anak yang kurang peduli, kerjaan yang menumpuk, patner yang menghianati, teman yang nyinyir dan menghujat.

Ribuan pengalaman luka itu kadang membuat kita sedih, kecewa, putus asa, sakit hati.

Hingga membuat kita tidak mudah percaya pada sesama bahkan juga kepada Tuhan.

Dalam situasi seperti itu mestinya kita tidak menyalahkan Tuhan.

Karena mungkin saja Tuhan sedang mendidik kita bukannya membiarkan dan meninggalkan kita.

Bukanya Tuhan tidak adil, tapi mungkin hati dan iman kita yang terlalu kecil hingga mudah diliputi keraguan.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar,

“Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.”

Setiap orang pasti ingin menjadi pribadi yang menyenangkan dan mudah diterima orang-orang sekitarnya. Sayangnya, tidak semua orang bisa melakukan itu.

Kita ingin menerima umpan dan balasan yang baik dari orang lain. Tetapi tidak semua orang mau memberikan umpan dan balasan yang sama kepada kita.

Seorang sahabat bercerita, ada satu temannya, yang membuat persahabatan menjadi kurang nyaman.

“Dia orangnya baik, ramah supel hingga kehadirannya membuat suasana lebih hidup,” ujarnya

“Dia aktif dalam Berkegiatan namun sayang keaktifan dia tidak didukung dengan kerelaan dia dalam berbagi,” lanjutnya.

“Dia selalu punya ide dan sering kali mengajak makan ke luar, tetapi dia tidak pernah mau membayar,” urainya.

“Dia selalu punya cara untuk ngeles dan dengan halus membuat orang lain membayarnya,” ujarnya.

“Maka seringkali dia menjadi bahan candaan, dan dipandang dengan sebelah mata oleh teman-teman,’ sambungnya.

Banyak ketidaknyamanan terjadi karena dipicu kepentingan sepihak tanpa mementingkan perasaan orang lain.

Yesus tahu sifat manusia berdosa yang cenderung hanya memikirkan diri sendiri dan” mengabaikan perasaan orang lain.

Sering kita hanya mau orang lain menjaga perasaan kita, tetapi kita tidak menjaga perasaan orang lain.

Kita hanya ingin menikmati kebaikan orang lain tetapi kita sendiri sulit berbuat baik kepada orang lain.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku menghargai orang lain seperti aku juga ingin dihargai?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here