SANTO Ignatius de Loyola itu pada awal hidupnya sungguh tidak suci-suci amat. Suka membayangkan yang “indah-indah”.
Juga punya ambisi besar untuk mencari kemegahan duniawi dan segala bentuk kehormatan. Suka dipuji dan tentu saja juga suka mencari pujian dan dambaan akan kehormatan.
Namun di sebuah titik perjalanan hidupnya, Ignatius de Loyola lalu bertobat. Balik arah orientasi hidupnya. Metanoia total.
Ia sadar diri. “Saya adalah seorang pendosa yang diutus.”
Begitulah kira-kira arah kiblat hidupnya sejak mengalami pertobatan diri.
Pendosa yang diutus
Itulah jalan hidup Ignatius de Loyola berikutnya. Usai bertobat total dan kini menjalani kesehariannya di “jalan Tuhan”.
Ia menjadi sangat bersemangat untuk ikut berkiprah bisa “menyelamatkan banyak jiwa”.
Pertanyaannya, mengapa dia bisa bertobat secara total alias metanoia?
Pertobatannya terjadi, ketika dia didera sakit. Ignatius adalah seorang tentara yang bersikeras mau mempertahankan habis-habiskan Benteng Pamplona.
Dalam pertempuran itu, kakinya patah karena terkena reruntuhan tembok karena tembakan meriam pasukan musuh.
Ia lalu dirawat di RS.
Saat sakit itulah, mimpi-mimpi indahnya kembali bergeliat di batok kepalanya. Ia lalu mengalami kesepian dan kesendiriaan.
Ia minta buku bacaan ringan. Novel atau apalah yang bisa menghiburnya.
Namun, tak ada novel atau buka roman di RS. Yang ada justru hanya buku Kitab Suci dan Vita Christi et Vita Sanctorum.
Sebuah buku “suci” berkisah tentang orang-orang Kudus dan hidup Yesus. Singkat kata, sebuah buku tentang Napak Tilas Pada Dalem Sang Kristus dan kisah-kisah hidup para santo-santa.
Di sinilah panggilan Tuhan mulai “berbicara”. Mengusik hatinya dan memberi wawasan hidup baru.
Kata orang modern, menjalani hidup yang lebih purposeful. Gitu. Atau, urip iku kudu urup. Hidup itu harus punya daya nyala yang bisa “menerangi” sesama.
Karena itu, Ignatius pun lalu berobat. Mau mendirikan ordo religius para imam.
Usai selesai studi di Universitas Sorbonne di Paris, bersama kawan-kawannya ia datang ke Roma. Minta izin kepada Paus. Mau mendirikan Societas Iesu atau La Compagnie de Jésus. Alias Serikat Jesus atau Jesuit.
Hebat juga Ignatius de Loyola ini.
Mula-mula semangat hidupnya hanya berisi emosi jiwa yang keranjingan akan hedonisme. Seorang pemuja kenikmatan sejati. Lalu sekali waktu mau bertobat total dan kemudian ingin bisa menyelamatkan jiwa-jiwa.
Sarananya adalah dengan menjadi seorang imam. Jadi, menjadi pastor bukan tujuan. Hanya sarana saja.
Semua itu demi kemuliaan Allah yang lebih besar. Alias AMDG (Ad Maiorem Dei gloriam).