Teman berbagi
Waktu itu cuaca cerah dengan suhu sekitar 12 derajat Celsius di sebuah lapangan pacuan kuda di Sydney.
Di antara banyak peziarah yang lalu lalang, saya berhadapan dengan seorang pemuda berambut gondrong. Ia berkisah tentang perjuangannya untuk menjadi seorang Kristiani sejati. Jatuh bangunnya dalam membangun martabat anak-anak Allah dibeberkannya.
Setelah merasa lega, ia kemudian berkata, “Romo bisakah saya meminta Sakramen Tobat?” Dengan segera saya mengiyakan.
Di lain waktu, saya pernah terlibat dalam pembicaraan serius di sebuah kapel di Palembang. Obrolan panjang itu menjadi seru karena hanya diterangi oleh lampu remang-remang. Teman muda itu berbicara tentang kekuatan gaib yang ia miliki.
Ia mengatakan hal itu pemberian kakeknya. Sampai-sampai ia beberkan pula tentang kelakuannya dengan daya kegelapan itu. Di penghujung obrolan itu kami saling berjabat tangan. Lalu ia mengatakan ini, “Saya capek dengan kesombongan saya. Saya lelah dengan arogansi diri ini.”
Lalu kami berdoa bersama di hadapan sakramen mahakudus.
Dua kisah nyata di atas menegaskan betapa pentingnya teman atau sahabat bagi orang muda. Mereka membuka kotak rahasia mereka dan mempercayakan isi kotak itu kepada orang yang dapat dipercaya. Dengan demikian mereka merasa terlepas bebas dari penderitaan mereka.
Seri Pastoral OMK: Ahli Bangunan, Menyiapkan Pondasi OMK (7)
Dari pengalaman tersebut, saya semakin diyakinkan bahwa orang muda membutuhkan rekan berbicara yang mampu menyelami dunia mereka di mana pergulatan, kegembiraan, tantangan dan kekawatiran berkecamuk di dalamnya.
Begitulah kenyataannya sampai sekarang, masih banyak rekan muda yang ketika saya berkunjung ke daerahnya, mencari waktu untuk ngobrol dan berbagi kisah.
Friendship Model
Dalam dunia pendampingan orang muda dikenal istilah friendship model. Pendekatan dalam pendampingan orang muda ini bertujuan untuk membangun, memelihara dan memperdalam relationship atau hubungan.
Dalam model ini, relasi atau pertemanan memiliki nilai yang tinggi. Di dalamnya termaktub kepercayaan dan rasa aman.
Model ini sangat cocok diberikan kepada mereka yang menghadapi krisis persahabatan, masuk tahap pubertas, dan mendalami intimasi.
Sebagai misal, untuk lingkungan yang terlalu individualis dimana orang-orang cenderung kurang percaya kepada temannya, model ini bisa diterapkan. Model ini bisa juga dipakai untuk remaja-remaja yang terbiasa memiliki grup.
Lebih dari itu, model ini dapat juga dipakai untuk rekan-rekan yang sudah masuk dalam dunia kerja. Mereka terkadang membutuhkan orang yang terbuka terhadap aneka pemikiran dan butuh jawaban atas beragam pertanyaan hidup. Juga model ini sangat mungkin diterapkan kepada mereka yang mulai mencari pasangan hidup.
Para pendamping tak perlu kawatir bahwa pendekatan ini seolah-olah berbasis pada level perkembangan psikologis saja. Justru model ini berangkat dari Yesus yang adalah teman sejati. Yesus mengatakan bahwa kita adalah sahabat-sahabatnya.
Semasa hidupnya, Tuhan Yesus bertindak sebagai rekan dalam perjalanan para murid, orang berdosa dan tersingkir.
Anjuran untuk pendamping
Pendamping dapat menempatkan diri sebagai teladan dalam membangun persahabatan. Ia dapat bertindak sebagai teman sejati yang mendorong, hadir dalam pergulatan, tetapi juga pendengar yang setia.
Pendamping diharapkan mengenal dunia psikis orang yang didampingi, bahasa yang popular di antara mereka, dan isu-isu yang mereka geluti seperti soal ujian, film, trend lagu dan sejenisnya. Lewat model ini, pendamping dapat berbagi pengalaman dan memberikan refleksi pengalaman yang serupa dengan orang yang didampinginya.
Friendship model membuka pada aneka bentuk kegiatan yang tujuan utamanya adalah relationship.
Kegiatan yang diberikan terutama sifatnya menemani dan memberi keteladanan. Sebagai misal adalah kegiatan olah raga; sesi pemahaman seputar pacaran, teman sejati, pandai bergaul; ice breaking atau dinamika kelompok; konseling; correctio fraterna dan sebagainya.