Puncta 25.06.24
Selasa Biasa XII
Matius 7: 15-20
PEPATAH ini mau mengingatkan agar kita berhati-hati, karena ada orang yang bermuka manis. Tetapi sebetulnya berniat jahat. Kelihatannya berlaku baik, tetapi di dalamnya ada rencana jahat yang sedang dipikirkan.
Dalam pewayangan ada tokoh yang bisa menggambarkan perangai ini ada di dalam diri Patih Sengkuni. Sejak semula ia punya rencana Kerajaan Astina harus berada di genggaman para Kurawa, keponakannya. Dengan licik, dia merebut kedudukan Patih Astina dari Gandamana.
Setelah menjadi Patih, Sengkuni berniat melenyapkan Pandawa, karena merekalah pewaris tahta Astina yang sah. Jika mereka masih ada, Kurawa tidak akan menguasai Astina. Maka diundanglah mereka berpesta pora di Bale Sigala-gala.
Sedang mereka makan minum, Sengkuni menyuruh prajurit membakar Bale Sigala-gala sampai ludes habis. Patih Sengkuni merasa lega Pandawa musnah. Kerajaan Astina bisa dikuasai oleh Kurawa.
Sengkuni berpura pura menjamu para Pandawa, tetapi niat sebenarnya, dia ingin melenyapkan mereka. Ada niat jahat di balik undangan pesta. Niat licik dan keji dibungkus dengan senyum manis dan perilaku pura-pura.
Yesus mengingatkan kepada orang banyak, “Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas. Dari buahnyalah kalian akan mengenal mereka.”
Dari buahnyalah kita bisa menilai pohonnya. Dari buah yang baik akan kelihatan pohon yang baik. Pohon yang baik pasti akan menghasilkan buah yang baik. Yesus menasehatkan agar orang tidak tertipu oleh penampilan dan mulut manis nabi palsu.
Nabi-nabi palsu sering mengatasnamakan Tuhan demi kepentingan sendiri. Ia membawa nama Tuhan demi memperkaya dan mengejar status pribadi. Ia nampak seperti domba yang manis tetapi siap menerkam dengan kejam.
Ia menggunakan ayat-ayat suci untuk mengelabui umat dan selalu membawa nama Tuhan demi mengejar kemakmuran dan popularitas pribadi.
Ia tidak sungguh-sungguh mewartakan Allah, tetapi hanya mewartakan dirinya sendiri. Ia lebih suka menghamba pada kekuasaan daripada kebenaran dan keadilan.
“Jadi, dari buahnyalah kalian akan mengenal mereka,” kata Yesus. Kita bisa menilai sendiri mana nabi palsu dan nabi yang sungguh-sungguh membela nama Tuhan.
Kalau yang dikejar hanya kekayaan dan harta duniawi, kita bisa bertanya benarkah orang ini dipanggil sebagai nabi?
Apa buah-buah dari pelayanan seorang pewarta atau nabi? Hanya untuk diri sendiri ataukah demi kemuliaan Allah yang semakin besar?
Kalau pagi sarapannya roti,
Kalau malam cukup makan ubi.
Banyak orang mengaku jadi nabi,
Tapi minta fasilitas berkelas tinggi.
Cawas, waspadalah dan berhati-hatilah
Rm. A. Joko Purwanto, Pr