TERHADAP seruan Paus Fransiskus yang menghendaki agar segera dihapuskan sistem hukum yang melegalkan hukuman mati, politisi katolik Ibnu Prakoso dari Provinsi Banten menyatakan pendapatnya sebagai berikut. Menurut politisi kelahiran Solo, Jateng, hukuman mati masih sangat relevan dipraktikkan.
“Termasuk di Indonesia,” kata politisi katolik yang pernah berani mencalonkan diri sebagai Wakil Walikota Tangerang Selatan ini. (Baca juga: Semangat Pengampunan di Balik Seruan Paus Hapuskan Hukuman Mati (2)
Menurut dia, praktik melegalkan hukuman mati sangat pantas masih dipertahankan untuk memerangi bisnis haram narkoba yang dimainkan oleh anggota mafia sindikat internasional yang bermain di Indonesia. “Soal ini, tidak ada kompromi,” jawabnya merespon pertanyaan Sesawi.Net.
Tentu saja, kata dia, harus tetap melihat derajad kesalahan yang bersangkutan. Kalau terhadap bandar narkoba, ya jelas hukuman mati harus dijalankan. Tetapi kalau cuma kurir atau pihak yang diperdaya, maka bisa dipertimbangkan lagi.
Harus ‘keras’ terhadap bandar narkoba
Menurut Ibnu Prakoso yang suka memakai peci untuk menambah identitas semangat nasionalismenya, para bandar narkoba itu ibarat gerombolan pembunuh yang diam-diam mengintai korbannya untuk kemudian dijerat dan diperdaya melalui mekanisme ketagihan. Caranya pun licik: diberi umpan, begitu sudah nyaplok dan mengkonsumsi, maka sistem tubuhlah yang akan menjerat korban untuk mencari sumber ‘nikmat bayangan’ itu.
Ia mengaku tak habis pikir kenapa hukuman ringan selalu saja terjadi pada bandar-bandar narkoba. Ia juga mengaku heran bagaimana mungkin para bandar narkoba itu masih bisa melakukan bisnis haramnya di balik jeruji besi. Jawabnya, ya begitulah adanya: mereka masih mampu mengendalikan bisnisnya sekalipun di balik bui.
Ibnu Prakoso pun menambahi, terhadap para pelaku kriminal lain, sangatlah mungkin bila hukuman mati bisa dipertimbangkan kembali. Karena itu, ia menyetujui gagasan Sri Paus yang menyerukan jangan ada praktik hukuman mati. Setidaknya selama kurun waktu Tahun Kerahiman Ilahi atau kalau memungkinkan, malah selamanya. “Tapi, kalau terhadap bandar-bandar narkoba, jawaban saya: jangan pernah ada kompromi.”
Kredit foto: Ilustrasi (Courtesy of Okezone)