Sesama Penggarap Jangan Bersaing

0
186 views
Persaingan by Insperity

Minggu 8 Oktober 2023.

  • Yes. 5:1-7.
  • Mzm. 80:9,12,13-14,15-16,19-20.
  • Flp. 4:6-9.
  • Mat. 21:33-43

ADA orang mengatakan bahwa hidup merupakan sebuah perlombaan.

Terasa sekali aroma persaingan dalam kenyataan hidup sehari-hari, apalagi dengan semakin pesatnya kemajuan teknologi membuat orang mudah melihat kehidupan orang lain.

Lewat medsos kita digoda dan bahkan dipaksa untuk melihat penampilan, prestasi, sampai kebahagiaan orang lain.

Hal itulah yang tak jarang membuat kita membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain.

Terlebih lagi jika orang itu adalah orang dekat yang menurut kita secara start nyaris sama. Misalnya, teman semasa sekolah, tetangga, bahkan saudara.

Alih-alih mendukung atau ikut bangga, perasaan tersaingi tak jarang justru kuat terasa.

Hingga terbersit pikiran, kok dia bisa begitu, sih? Kok aku gini-gini aja. Lalu berlomba menandingi apa yang dia punya. Sesama dilihat sebagai saingan dalam mengejar prestise.

Ketika sesama dianggap sebagai saingan, maka yang ada adalah menang atau kalah. Ada atau tiada.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian,

“Tetapi ketika penggarap-penggarap itu melihat anaknya itu, mereka berkata seorang kepada yang lain: Ia adalah ahli waris, mari kita bunuh dia, supaya warisannya menjadi milik kita.

Mereka menangkapnya dan melemparkannya ke luar kebun anggur itu, lalu membunuhnya.”

Perumpamaan ini adalah sebuah kritikan Yesus terhadap para pendengar, orang-orang Yahudi yang merasa diri sebagai bangsa pilihan dan merasa berhak untuk memperoleh keselamatan dari Allah secara otomatis.

Mereka merasa menjadi bangsa yang unggul dan punya hak istemewa akan keselamatan namun perbuatan-perbuatannya justru jauh dari harapan sang pemilik kebun anggur itu sendiri.

Padahal mereka mestinya bersyukur karena sang pemilik kebun anggur itu mempercayakan kepada mereka kebun anggurnya untuk digarap.

Kita pun adalah penggarap-penggarap baru di kebun anggur-Nya Tuhan.

Penggarap yang dikasih oleh Allah sendiri. Kepada kita pun dituntut yang sama, yakni harus menjadi penggarap-penggarap kebun anggur yang bertanggung jawab dan yang tau diri.

Kita mesti menjadi penggarap yang tau bersyukur atas kepercayaan yang Tuhan berikan kepada kita, atas hasil kerja yang telah kita raih, atas hidup yang kita jalani, atas anugerah yang kita terima dari Allah secara cuma-cuma.

Sesama penggarap bukan saingan namun saudara se Bapa yang menerima belas kasih serta kemurahan Tuhan.

Perlombaan yang benar bukan soal siapa yang menang namun siapa yang bisa bekerja dengan baik serta setia pada kehendak Bapa.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku melihat sesama sebagai saudara seperjuangan atau sebagai saingan yang harus saya kalahkan?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here