Setiap Pukul 19.00, Paus Fransiskus Telepon Romo Paroki Gaza

0
59 views
Paus Fransiskus dan anak-anak di acara Hari Anak Sedunia yang berlangsung di Roma Mei 2024. (Cathnews)

DALAM dua hari silam, Sabtu-Minggu 25-26 Mei 2024, telah diselenggarakan World Children’s Day (WCD) di Roma, Italia. Tuan rumah Hari Anak Sedunia ini adalah Paus Fransiskus.

Paus meminta Dicasteri (Departemen) Bidang Pendidikan dan Kebudayaan Vatikan menyelenggarakan WCD tersebut. Tentu Vatikan kemudian bekerjasama dengan pelbagai pihak dalam menyelenggaraan WCD ini.

Hari Anak Sedunia di Roma ini adalah perayaan yang pertama kali pernah diadakan. Yang sudah sering dilakukan Vatikan adalah World Youth Day (WYD), Hari Orang Muda Sedunia.

Hari-hari ini, Roma menjadi padat dan macet. Puluhan atau bahkan ratusan ribu peserta WCD datang memadati Roma – la Citta Eterna’, Kota Abadi. Hotel-hotel penuh. Tentu saja juga lalu mahal.

Selain anak-anak dan undangan, pelbagai media seluruh dunia juga datang pada gelaran besar yang diselenggarakan oleh Vatikan itu.

Norah O’Donnell, jurnalis senior CBS, juga datang pada acara WCD ini. Norah adalah anchor acara dengan rating tertinggi CBS Evening News dan 60 Minutes. Dia wanita Katolik Amerika keturunan Irlandia.

Dua hari lalu, Norah berhasil mewawancarai Paus Fransiskus di Santa Marta, tempat tinggal Paus yang sederhana di Vatikan. Norah sangat bangga bisa mendapatkan wawancara eksklusif yang panjang dengan Paus Fransisikus.

Dia bilang, selama ini tidak pernah ada media TV Amerika mana pun yang pernah mendapat kesempatan wawancara eksklusif dengan Paus Fransiskus.

Anak-anak Palestina di Jalur Gaza dan Ukraina

Dalam wawancara dengan Norah O’Donnel dari CBS itu, Paus mengaku bahwa yang memicu beliau untuk mengadakan Hari Anak Sedunia adalah keadaan anak-anak di jalur Gaza dan Ukraina.

“Saya tak pernah lelah dan tak akan pernah lelah untuk setiap saat berseru agar hentikanlah perang, hentikanlah pertikaian. Dalam perang, tidak pernah ada yang menang. Perang selalu merenggut banyak korban, terutama anak-anak. Saya tak akan pernah berhenti berseru: hentikan. Hentikan perang”, ujar Paus Fransiskus.

“Anak-anak yang menjadi korban perang bukan hanya anak-anak Palestina di Gaza, tetapi juga di Ukraina. Kapan itu anak-anak yang mengungsi dari perang Ukraina datang ke saya. Beberapa dari mereka tidak bisa tersenyum.

Bayangkan, anak kok tidak lagi bisa tersenyum. Pasti karena mereka sangat sangat menderita,” kata Paus dengan bibir bergetar dan tatap sedih menahan duka dalam wawancara dengan Norah.

Tanpa diketahui banyak orang, Paus Fransiskus memang memantau dengan sangat intensif keadaan di jalur Gaza. Setiap sore pukul 19 malam waktu Roma, Paus menelpon Romo Gabriel Romanelli.

Romo Romanelli adalah pastor Paroki Gereja Keluarga Kudus, satu-satunya Gereja Katolik yang ada dan pernah ada di Jalur Gaza. Setiap malam, Paus Fransiskus ingin mendengar dari Romo Romanelli sendiri bagaimana keadaaan para korban perang yang mengungsi di Paroki dan komplek sekolah Paroki Keluarga Kudus.

Dengan detil, Paus selalu bertanya apa ada cukup makanan, obat-obatan dan pendampingan bagi anak-anak korban perang di Jalur Gaza itu. Paus selalu wanti-wanti berpesan kepada Romo Romanelli untuk mengurus anak-anak korban perang itu sebaik-baiknya.

Gereja Paroki Keluarga Kudus yang dilayani Romo Romanelli itu ada di Gaza Utara, di daerah Zeitoun. Gereja itu hanya beberapa ratus meter dari Gereja Otodoks Yunani, tempat relikwi Santo Porfirio disimpan.

Bagi umat Katolik dan Ortodox Yunani di Gaza, Santo Porfirio adalah pelindung utama mereka. Dalam kepahitan karena perang, orang-orang Katolik dan Kristen di Jalur Gaza selalu datang, mengadu, berkeluh kesah dan berdoa pada Santo Porfirio.

Orang suci pelindung umat Katolik Gaza ini pada tahun 400 memang pernah menjadi uskup dan gembala umat yang baik di wilayah Gaza.

Warga Gaza Kristiani

Dari sekitar 2.,3 juta penduduk Gaza, hanya ada sekitar 1.000 orang Kristen. Mereka berasal dari tiga Gereja: Ortodoks Yunani (terbanyak), Katolik, dan Gereja Baptis Gaza.

“Kebanyakan umat Katolik di sini masih bersaudara. Ayah, ibu, kakak, adik, paman, tante, keponakan. Kami saling mengenal dengan baik. Semenjak perang di Gaza mulai berkecamuk sejak tahun 2023 yang lalu, kami sudah menampung 700-an anak-anak. Sebagian cukup besar dari mereka menjadi cacat dan mengalami luka berat gara-gara perang.

Sekolah Keluarga Kudus kami saat ini menampung sekitar 25.00 pengungsi. Kalau perang masih lama berlangsung, saya khawatir kami tak lagi bisa menampung pengungsi”, ujar Romo Romanelli.

Kepada Fides dan kantor berita Ansa dari Italia, Romo Romanelli juga mengisahkan tragisnya penderitaan karena perang di Gaza.

“Perang ini benar-benar jalan salib kami. Jalan salib yang sangat memilukan, dan kami berdoa agar jalan salib ini segera berakhir. Rasanya kami sudah tak sanggup lagi menanggungnya”, kata Romo Paroki Keluarga Kudus ini.

“Yang luka-luka dan meninggal sudah tak terhitung lagi. Ketika saya mengunjungi umat Katolik paroki kami yang tinggal di selatan, keadaan sungguh menyedihkan. Waktu pergi ke sana, saya mendapat info yang luka sekitar 70 ribuan. Yang meninggal sudah 29 ribu orang. 12 ribu di antaranya anak-anak. Saya ikut mengubur para saudara korban perang itu, agar kalau sudah tak ada perang lagi, kita tahu ke mana kita berdoa dan mendatangi makamnya,” kata Romo Romanelli.

Mendapat perhatian yang begitu besar dari Paus, tentu anak-anak Palestina yang sekarang mengungsi di Gereja Katolik Keluarga Kudus itu juga diundang ke acara Hari Anak Sedunia tanggal 24-25 Mei 2024 ini. Tentu karena keadaan, anak-anak di Gaza itu tidak bisa datang ke Roma. Izin terbang harus diminta ke Pemerintah Israel. Hal yang sangat mustahil sekarang ini.

Bersama Romo Gabriel Romanelli, gembala umat Katolik di Gaza yang tangguh ini, anak-anak itu hanya mengirimkan pesan video kepada Paus.

Pada video ucapan terimakasih atas undangan datang ke WCD itu, anak-anak Palestina di Gaza itu mengatakan: “Grazie Papa Francesco per essere sempre con noi.” Terimakasih Paus Fransiskus yang selalu hadir untuk kami.

Ucapan di spanduk sederhana yang tulus itu, mengundang haru para pemirsanya.

Romo Romanelli, yang sedang menerima kunjungan Patriarch Latin Kardinal Pierbattista Pizzaballa menambahkan: “Abbiamo voluto in qualche modo anche noi essere partecipi di questo incontro inviando un saluto al Santo Padre e a tutti i bambini che saranno presenti.” (Tentu saja kami sebenarnya ingin sekali hadir pada pertemuan WDC. Salam hangat kami untuk Bapa Suci dan untuk semua anak-anak yang akan hadir”.

Syukurlah, atas usaha beberapa fihak yang bergabung dalam Oasi, sebuah organisasi untuk perdamaian dunia, ada beberapa anak Palestina yang bisa hadir di WCD Roma. Anak-anak Palestina yang akan datang di WCD ini tinggal di Bethlehem dan Jerusalem. Mereka tidak tinggal dan berasal dari jalur Gaza. Delegasi kecil anak-anak Palestina yang akan datang ke WCD ini antara lain empat anak dari Sekolah Helen Keller di Beit Hanina. Mereka adalah Ibrahim, Alaa, Talin, dan Celin.

Belarasa dari Indonesia

Dari Indonesia, ada juga beberapa anak yang diundang ke acara WCD di Roma. Mereka didampingi 5P, sebuah lembaga yang didirikan oleh Dicasteri untuk Pendidikan dan Kebudayaan Vatikan.

5P didirikan untuk menjalankan amanat utama Paus Fransiskus dalam penggembalaannya yaitu berbelarasa. Paus Fransiskus mengajak pelbagai fihak terutama kalangan pengusaha dan profesional untuk mendukung aneka kegiatan kepausan yaitu berbelarasa secara kongkrit.

Secara khusus 5P mendukung pelbagai kegiatan dalam menciptakan perdamaian dan kesejahteraan dunia. 5P bekerjasama dengan pelbagai fihak dalam mendampingi mereka yang belum damai dan belum sejahtera.

Delegasi Indonesia mewakili 5P hadir di acara Hari Anak Sedunia di Roma, Mei 2024. (Grace via Kunarwoko)

5P (Peace, Prosperity, People, Planet, Partnership) adalah lembaga internasional yang berafiliasi dengan Vatikan. Di tingkat internasional, 5P di bawah naungan 5P Global Movement.

5P Indonesia didirikan dua tahun lalu oleh Bapak Arsjad Rasjid, kini Ketua Kadin. Arsjad adalah Presdir Indika Energy dan co-chair ASEAN Business Advisory Council.

Pak Arsjad, sesudah sebuah pertemuan di Davos, diajak oleh Father Marcin Schmidt untuk bertemu Paus Fransiskus. Paus minta Pak Arsjad mendukung kegiatan belarasa Paus melalui 5P.

Father Marcin, selain bekerja pada Dicasteri Pendidikan dan Budaya Vatikan, juga Sekjen 5P Global Movement, Ketua Caritas Polandia, Co- Founder 5P Eropa, dll. Beliau juga selalu menjadi utusan Vatikan pada pertemuan-pertemuan internasional tentang pemanasan global termasuk meeting pada World Water Forum di Bali yang baru saja berlangsung.

Tim 5P Indonesia dan Yayasan 5P Indonesia mendapat undangan khusus dari 5P Global Movement dan Dicasteri Pendidikan dan Budaya Vatikan untuk hadir pada WCD ini. Nampak hadir selain Pak Arsjad sebagai founder dan Ketua 5P Indonesia, juga tim 5P Indonesia yaitu : Pak Riva, Pak Regi, Pak William, Pak Mitra dan bendahara 5P Grace Juliana.

Ketua KADIN Indonesia Arsjad Rasjiid memimpin delegasi Indonesia mewakli lembaga bernama 5P hadir di acara Hari Anak Sedunia di Roma. Mei 2024. (Kunarwoko)

Bapak Kardinal Ignatius Suharyo mengutus sekretaris KAJ Romo Adi Prasodjo pada acara WCD ini. Kemarin, 24 Mei 2024 siang hari, Pak Arsjad dan Romo Adi menjadi narasumber pada “5P Symposium” yang diadakan di LUMSA University Roma.

Banyak anak-anak pengungsi korban Perang Ukraina datang pada acara simposium di Universitas LUMSA tersebut. Selain dari Indonesia, tiga narasumber utama pada simposium 5P Kids itu adalah para profesor dari Polandia seperti Marek Michalak, Adam Solak, Sylvia Tubielewich-Olejnik dan Father Marcin sendiri.

Nampak sekali melalui Father Marcin, Vatikan ingin menghadirkan bukti nyata pendampingan anak-anak korban Perang Ukraina. Di perbatasan Polandia dan Ukraina, 5P Eropa bekerjasama dengan Caritas Polandia, para dokter dan para relawan dari Ordine di Malta, Komunitas San Egidio dan lainnya dalam mendirikan rumah sakit dan tempat rehabilitasi korban perang.

Di sela-sela symposium 5P Kids di LUMSA itu, Grace Juliana mengirim foto-foto anak-anak Ukraina yang memakai kaki palsu; yang wajahnya habis terbakar. Sangat mengenaskan.

Kiranya benar dan tepat sekali, kita harus terus mendukung Paus Fransiskus untuk berbelarasa secara kongkrit bagi anak-anak. Mereka adalah masa depan bangsa, Gereja dan dunia ini. Ribuan -bahkan ratusan ribu anak-anak- sekarang ini menjadi korban perang.

Kita tak bisa berpangku tangan.

Semoga kasih, perhatian dan pendampingan kita semua bagi anak-anak yang malang ini tak cuma berhenti pada sebuah peringatan World Children’s Day.

Salut untuk 5P Indonesia yang tidak hanya mendukung belarasa Paus Fransiskus bagi anak-anak korban perang ini, tak cuma dengan ide kosong dan tak berhenti pada kata-kata.

Kelapa Gading, 25 Mei 2024, pukul 17.00 WIB
A. Kunarwoko

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here