HAMPIR semua orang Kristen kenal baik kisah tentang Lazarus dan orang kaya (Lukas 16:19-31). Kisah ini kaya akan pesan-pesan moral dan iman. Salah satunya ialah sikap tidak peduli orang kaya itu kepada si miskin yang berbaring di depan rumahnya. Sikap itu secara moral keliru dan mendatangkan konsekuensi berat, yakni hukuman abadi.
Ketika orang menghubungkannya dengan bacaan pertama (Yeremia 17:5-10) yang muncul adalah pesan iman. Apa intinya? Tentang percaya kepada Tuhan.
“Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatan sendiri, dan yang hatinya menjauh dari Tuhan.” (Yeremia 17:5). Dia tidak mengalami hari baik (Yeremia 17:6).
Sebaliknya, orang yang mengandalkan Tuhan dan berharap kepada-Nya diberkati (Yeremia 17:7). Dia bagaikan pohon yang ditanam di tepi air; daunnya tetap hijau dan tidak pernah berhenti menghasilkan buah (Yeremia 17:8).
Orang yang terkutuk muncul dalam pribadi si kaya yang merasa nyaman dan aman dengan kekayaan dan makanan mewahnya sampai dia tidak berbagi dengan sesamanya yang miskin. Hidupnya yang berlimpah ternyata kering tidak berbuah, baik untuk diri sendiri dan saudara-saudaranya (Lukas 16:26-29). Harta kekayaannya tidak dapat berbuat apa-apa saat dia sangat menderita.
Orang yang mengandalkan Tuhan itu adalah Lazarus (Eleazar) berarti Tuhan telah menolong. Lazarus mengandalkan Tuhan, karena sesamanya yang kaya tidak mau menolongnya. Dia mengalami hidup bahagia abadi, karena menggantungkan diri pada Tuhan (Lukas 16:25).
Sabda Tuhan ini tidak melarang orang untuk menjadi kaya dan tidak mengajak orang untuk anti terhadap orang kaya. Bukankah kekayaan itu anugerah Tuhan juga? Sabda ini mengingatkan orang agar mengandalkan Tuhan dalam hidupnya.
Zaman modern dan digital yang makin canggih ini menghasilkan pemikiran, ilmu pengetahuan, dan teknologi yang amat bisa diandalkan. Namun, orang mesti hati-hati dan bijaksana menggunakannya. Jangan sampai orang mengandalkannya sedemikian rupa sampai melupakan Tuhan.
Kamis, 29 Februari 2024
Albherwanta O.Carm