ANDA tahu sekolah SMA van Lith? Kalau Anda tahu sekolah ini, maka Anda pasti pernah mendengar tentang Kota Muntilan.
Bagi karya misi Katolik di Indonesia, Muntilan merupakan tempat bersejarah. Di kota inilah, benih-benih misi katolik pertama ditanam. Pater van Lith SJ, yang namanya dipakai oleh sekolah Katolik di Muntilan ini adalah imam yang merintis benih-benih iman katolik di Muntilan dan juga di Sendangsono.
Di depan SMA van Lith terdapat kompleks Pemakaman Katolik atau yang dikenal dengan Kerkop. Di pemakaman ini, terdapat kuburan para misionaris yang berkarya di Keuskupan Agung Semarang.
Baca juga: SIGNIS Indonesia: Rm Sandjaja Pr dan Fr. Bouwens SJ, ‘Martir’ dari Tanah Jawa (2)
Ziarah rohani ke Makam Romo Sandjaja
Pagi itu, suasana makam agak sepi. Beberapa orang melangkahkan kaki ke makam-makam yang terletak di dalam tembok-tembok.
“Di sana makam Romo Sandjaja,” kata Mas Wisnu, staf Komisi Komunikasi Sosial Keuskupan Agung Semarang. Lantas kami melangkahkan kaki menuju makam itu. Sebelumnya, saya sempat mengabadikan beberapa foto makam uskup.
“Sejak dulu, memang sering ke sini kalau dari Sendangsono pasti mampir sini untuk nyekar (tabur bunga),” kata Johana Nastiti, salah seorang peziarah.
Perempuan asal Magelang ini mengatakan, ziarah ke makam Romo Sandjaja sudah tradisi turun-temurun. “Kalau menurut saya, pengalaman orangtua saja. Dulu, sering ke makam sini (makam Romo Sandjaja), tiap Jumat pertama sembilan kali. Pengalaman orangtua saya itu, mempunyai keinginan apa, kok bisa terwujud melalui (doa) Romo Sandjaja,” kata Johana yang pergi bersama dengan seorang saudaranya ini.
“Kadang-kadang ke sini. Ini kan pas ujian praktik. Kalau selo (senggang) ya ke sini. Kalau berdoa di sini, orang-orang sini berkepercayaan memohon doa Romo Sandjaja, karena ia dikenal sebagai sosok martir di sini,” kata Antonius Yoshi T.
Yoshi kagum akan Romo Sandjaja, yang berani mewakili rekan-rekan imamnya untuk pergi menemui orang-orang yang akhirnya merenggut nyawanya dan seorang frater lainnya.
“Seperti secara tidak langsung, dia (Romo Sandjaja) sudah menjalani teladan yang Yesus berikan. Dia telah berani mengambil keputusan, di mana dia harus berani berkorban untuk memberikan nyawanya untuk orang lain,” tutur pelajar SMA van Lith ini.
Usai berziarah ke makam Romo Sandjaja, kami menuju ke Museum Misi Muntilan. Di tempat ini, kami bertemu dengan Mas Yuli dan Aloysius Sugito. Di tempat ini kami ditunjukkan benda-benda peninggalan Romo Sandjaja.
“Kamus Bahasa Belanda dan slepèn, tempat rokok itu lho,” kata Aloysius Sugito.
Aloysius Sugito menceritakan, ada seseorang yang mengidap menyakit kanker getah bening datang ke museum ini.
“Orang itu lewat mimpinya, disuruh datang ke sini. Terus lewat supennya milik Romo Sanjaya itu, kemudian untuk berdoa. Saya nggak tahu sampai sekarang orang ini nggak ada kabar. Ataukah sudah sembuh atau belum, tidak ada kabar,” kata karyawan Museum Misi Muntilan ini.
Selesai bercerita, kami diajak menuju ke lantai dua museum. Kami diantar masuk ke ruangan nomor 13. Di ruangan itu, terdapat beberapa benda milik Romo Sandjaja, seperti pakaian sobek, kamus Bahasa Belanda dan slepèn.
Menurut cerita beberapa orang, banyak mukjizat yang mereka alami setelah berziarah ke makam Romo Sandjaja. Bagi orang Katolik di Keuskupan Agung Semarang, Romo Sandjaja merupakan seorang martir asal Jawa. Ia dibunuh bersama seorang frater Jesuit bernama Fr. Bouwens SJ.
Penasaran? Anda bisa datang ziarah ke Muntilan dan mohon doa Romo Sandjaja.