Sabtu 6 Juli 2024.
Am. 9:11-15;
Mzm. 85:9,11-12,13-14;
Mat. 9:14-17
PANGGILAN Tuhan sering menuntut hidup berdasarkan nilai baru. Nilai baru itu akan membawa kita pada sikap dan pilihan hidup yang benar-benar baru.
Tawaran nilai baru meski terasa tidak mudah untuk diterima namun memberi kita pilihan yang baik yakni menjadi orang yang sama sekali baru meskipun harus memulai dari awal lagi, atau menghidupkan kembali masa lalu kita dengan cara baru.
Tujuan hidup dengan cara baru tidak lain supaya kita lebih baik. Maka pilihan untuk menerima dengan terbuka nilai baru itu akan membantu kita berubah menjadi lebih baik.
“Saya merasa bersyukur di tengah segala kesibukan ini masih boleh melayani di Gereja,” kata seorang ibu.
“Saya memberikan diri untuk mengajar anak-anak katolik yang sekolah di negeri.
Saya merasa terpanggil untuk mengabdikan hidup saya dalam melayani anak-anak yang tidak mendapat pengajaran agama di sekolahnya,” kata seorang ibu.
Dorongan ini saya rasakan ketika melihat beberpa anak yang sekolah di negeri mengalami kesulitan mendapat pengajaran pelajaran agama.
Saya merasakan dorongan kuat untuk membantu mereka, meskipun sebelumnya saya tidak pernah terlibat dalam kegiatan pengajaran.
Saya mulai dengan bertanya pada Pastor Paroki, kemudian saya dibantu oleh team pewartaan paroki hingga kemudian bisa mengorganisir kegiatan belajar, dan membentuk jaringan dengan sekolah dan keluarga-keluarga yang anaknya sekolah di negeri.
Panggilan ini tidak hanya memberikan makna baru dalam hidupku tetapi juga mengubah cara saya melihat dunia dan tujuan hidup saya secara keseluruhan,” syering ibu itu.
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Tidak seorangpun menambalkan secarik kain yang belum susut pada baju yang tua, karena jika demikian kain penambal itu akan mencabik baju itu, lalu makin besarlah koyaknya.”
Perumpamaan ini mengajarkan tentang sifat Injil yang baru. Injil membawa kehidupan baru dan kebebasan dalam Kristus, bukan hanya keterikatan pada hukum dan tradisi yang kaku.
Ini merupakan panggilan untuk memahami bahwa ketika kita mengikuti Kristus, kita dipanggil untuk hidup dalam kebebasan yang sejati, bukan sekadar mengikuti peraturan-peraturan keagamaan tanpa makna yang dalam.
Kain yang sudah tua dan kantong anggur yang telah lama akan mudah sobek. Orang yang terus mempertahankan tradisi menantikan janji Allah, tetapi gagal melihat Kristus sebagai penggenapan dari janji itu, akan seperti kain lama atau kantong anggur yang sudah lapuk.
Dia tidak sanggup menahan kain yang baru atau anggur yang baru, dan karena itu baik kain lama, maupun kantong anggur yang lama, beserta dengan kain yang baru dan anggur yang baru akan terbuang.
Tuhan Yesus menyatakan bahwa pemahaman tradisional yang kaku akan gagal melihat dinamika pekerjaan Tuhan dan membuat pernyataan Tuhan menjadi konflik dengan pemahaman tradisi.
Pemahaman tradisional harus selalu diterapkan di dalam konteks pimpinan saat ini dari Roh Kudus. Apa yang Tuhan sedang nyatakan, itulah yang harus diakomodasi oleh pemahaman tradisional kita.
Jika apa yang Tuhan sedang kerjakan berkonflik dengan tradisi, maka tradisi kita adalah kain usang atau tempat anggur yang lapuk.
Bagaimana dengan diriku?
Apakah aku terbuka atas kehendak Allah yang menuntut sikap baru dalam hidupku?