Sikapi Perkembangan Zaman, Persekolahan Suster Pontianak Ditantang untuk Senantiasa Berubah dan Berinovasi

0
566 views
Kedua narasumber dan semua peserta.

SEBANYAK 63 tenaga pendidik dan staf  –termasuk para suster SFIC– Persekolahan Suster Pontianak tingkatan  SD dan SMP pada hari Kamis tanggal 23 November 2017 kemarin berkumpul di Wisma Immaculata. Mereka hadir  guna mengikuti seminar pendidikan dalam rangka memperingati Hari Guru.

Seminar ini mengusung tema “Persekolahan Suster Menyikapi Perubahan  Zaman”.

Tujuan diadakannya seminar ini adalah agar para guru, staf dan karyawan mengetahui tugas, fungsi dan tanggung jawab serta job desc masing-masing agar sekolah Suster menjadi semakin eksis dan dinamis dalam mengikuti perkembangan zaman dari segala aspek.

Adapun nara sumber berkompeten  yang diundang oleh Tim Humas dan Publikasi Persekolahan Suster adalah Pastor Dr. William Chang OFMCap dan Dr. Sesilia Seli, MPd.

Sebagai tenaga pendidik (guru),  seminar ini merupakan momen yang sangat penting untuk menimba isnpirasi dan pengetahuan dari kedua  narasumber melalui sharing pengalaman dan materi  perbincangan mereka.

Penanggungjawab seminar Sr. Yoanitha SFIC menyampaikan harapan agar seminar ini berbuah berlimpang dan punya efek pada semua pemangku kepentingan. “Harapan saya dengan adanya seminar ini, kita sebagai guru mampu menempatkan diri dalam menyikapi perubahan dan perkembangan zaman yang semakin pesat. Kita juga diharapkan mampu menjadi guru yang profesional, guru yang punya komitmen dan bertanggungjawab,” ungkap suster yang saat ini menjadi Kepala Sekolah SD Suster Pontianak.

Tantangan ke depan

Pastor Dr. William Chang OFMCap  menyampaikan dua  langkah awal yang perlu diperhatikan oleh organisasi/instansi maupun para guru untuk menuju ‘budaya mutu’.  Di antaranya adalah sebagai berikut:

  1. Pintar cerdas membawa ‘tanda-tanda zaman’. Inilah kebutuhan zaman ketika orang harus pintar-pintar menyikapi perkembangan globalisasi (melek teknologi, informasi). Pada konteks inilah, semua orang harus punya net-working, jalinan kerjasama yang baik, mampu menyerap apa yang biasa disebut ‘iklim’  transparansi komunikasi. Semua ini berguna dalam konteks merebut peluang dalam dunia persaingan yang makin kencang.
  2. Tenaga pendidik perlu memiliki kecerdasan majemuk (watak, budi, hati). Tenaga pendidik juga perlu memiliki pemahaman akan interdisipliner dan multidisipliner. Permasalahan yang dihadapi di dunia pendidikan saat ini bersifat multi sektoral dan memiliki kaitan satu dengan yang lain. Masalah yang komplek tersebut tidak bisa dipecahkan hanya dengan menggunakan satu metode atau teknik disiplin saja.

Menuju ‘Budaya mutu”

Inilah yang disebut ‘budaya mutu’.  Itu mencakup beberapa hal berikut ini:

  • Maintaining a leadership emphasis on quality.
  • Ensuring message credibility.
  • Encouraging peer involvement.
  • Increasing employee ownership and empowerment.

Untuk bisa meningkatkan mutu pendidikan, demikian Pastor William Chang OFMCap, beberapa hal yang perlu dimiliki  tenaga pendidik (guru). Yakni:

  • Rasa memiliki.
  • Kerjasama.
  • Kejar kualitas demi kepentingan dan kemajuan dunia pendidikan (anak didik, orangtua dan masyarakat).

Semuanya itu bisa dilakukan dengan menjaga mutu pendidik, mutu pelayanan administratif, mutu kerjasama, dan yang paling penting adalah menempatkan kehadiran Yesus sebagai sang Guru utama  dalam pelayanan.

Vikjen Keuskupan Agung Pontianak Pastor William Chang OFMCap dan Dr. Seli MPd sebagai narasumber seminar.

Demikian Pastor  William mengajak para partisipan seminar melihat kebutuhan ini  dari kacamata iman Katolik.

Dr. Sesilia Seli, M.Pd. membenarkan bahwa dalam dunia pendidikan perlu adanya perubahan yang bertujuan agar institusi tidak menjadi statis, melainkan dinamis dalam menghadapi perkembangan zaman dan kemajuan teknologi. Jika tidak melalukan perubahan maka bisa dipastikan usia suatu organisasi, institusi tidak akan bertahan lama.

Demikian dosen Fakultas Bahasa Indonesia FKIP Universitas Tanjung Pura Pontianak  yang di tahun 1981-1993 juga pernah menjadi tenaga pendidik di Persekolah Suster Pontianak. “Kita perlu membuat jangkauan desain perubahan yaitu dengan membuat terobosan jangka pendek, jangka menengah dan panjang dan perlu dievaluasi secara periodik. Kita harus mampu berkolaborasi dan berkomunikasi antar sesama,” ungkapnya.

Tantangan globalisasi itu sudah menyentuh sendi-sendi kehidupan bermasyarakat dewasa ini di antaranya adalah pendidikan. Untuk menyikapi tantangan itu,  tentu harus senantiasa dilakukan perubahan.

Para suster SFIC ikut menjadi bagian sebagai peserta seminar dan penyerahan tanda apresiasi.

Perubahan itu menuntut penyesuaian dalam segala aspek.  Dia ntaranya adalah standarisasi dalam pelayanan berupa regulasi (UU, MO,MP,SOP), meningkatkan kualitas SDM (sistem penghargaan memberikan reward and punhisment kepada tenaga pendidik sesuai standar yang ditetapkan).

Perlu juga promosi, membangun etos kerja, melakukan survei kepuasan pelanggan dan alokasi pembiayaan operasional sekolah.

Peran Komite Sekolah di sini juga sangat menentukan maju mundurnya sekolah.

Disisi lain, globalisasi memiliki dampak positif di dunia pendidikan karena menantang peluang bisa membentuk manusia profesional di bidang pendidikan. Globalisasi juga mampu membawa dunia pendidikan Indonesia bersaing dengan negara-negara lain MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN).

Demikian Sesilia Seli yang pada 2016 lalu menyelesaikan gelar doktornya di Malay Study, University of Malaya, Kuala Lumpur.

Seminar ini diisi dengan selinga tanya jawab dan kemudian ditutup dengan himne guru. Usai seminar, acara berlanjut dengan ramah tamah di refter Wisma Immaculata yang berlokasi tidak jauh dari Katedral St. Yosep Pontianak.

Kredit foto: Sr. Maria Seba SFIC

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here