Selasa, 20 April 2021
Bacaan I: Kis 8:1b – 8
Injil Yohanes 6:35-40
“SAYA tidak mau lagi bercerita tentang situasi hidupku kepada siapa pun,” kata seorang ibu kepada kakaknya.
“Iya, memang tidak semestinya. Semua kisah hidup kita menjadi komsumsi publik,” kata kakak si ibu.
“Saya benar-benar kapok, karena apa yang saya dengar jadi sangat berbeda dengan apa yang saya hadapi,” kata ibu itu.
“Ini pelajaran yang sangat berharga. Untuk lebih hati-hati mengungkapkan perasaan baik lewat media sosial maupun berhadapan langsung dengan orang lain,” jawab kakak ibu itu menasihati.
“Memang ada masalah antara saya dan suami saya. Namun tidak sedahsyat cerita yang beredar,” kata ibu itu.
“Jika ada masalah lebih baik dibicarakan dengan suami, bukan dengan orang lain,” kata kakaknya.
“Suamiku semakin susah untuk diajak omong, apalagi mencari solusi. Tidak ada semangat, hanya diam tidak melakukan apa pun,” kata ibu itu.
“Kamu pasti sudah mengenal sifat dan karakter suamimu. Ambil waktu yang tepat untuk bicara berdua,” kata kakaknya.
“Semua menjadi lebih berat dan semakin sulit. Namun saya akan tetap berjuang, saya selalu percaya bahwa Tuhan punya rencana dan kehendak. Melalui berbagai kesulitan yang kami hadapi ” kata ibu itu.
“Syukurlah, jika engkau bisa melihat kehendak Tuhan di balik semua kesulitan yang menerpa rumah tanggamu,” kata kakaknya.
Melihat rencana dan kehendak Tuhan di balik badai yang menerpa bahtera rumahtangga sering kali tidak mudah.
Kesulitan terbesar sering kali dijumpai dari orang-orang terdekat. Yang terlalu mudah mengobral cerita. Bahkan menjual cerita tentang kesulitan yang kita hadapi dengan versinya sendiri.
Salah satu cara untuk menghadapi semua itu adalah berusaha hening dan tenang. Ketika ada badai menerpa bahtera rumah tangga; hingga mampu melihat mutiara kehendak Tuhan bagi keluarga kita.
Bagaimana kita membongkar kebekuan komunikasi yang ada dalam rumah tangga atau komunitas kita?
