PADA kesempatan seminar itu juga dilakukan paparan materi mengenai survei yang sudah dilakukan Komisi Kepemudaan KWI terhadap OMK sebagai respondennya. Dari rentang usia 13-35 tahun inilah, tim survei, tim Kicau Sinode, dan pengurus Komisi Kepemudaan KWI menganalisis dan menyimpulkan seluruh jawaban yang ada.
Dilakukan juga Forum Group Discussion (FGD) per regio untuk mengkonfirmasi kepada pendamping dan mengumpulkan data lagi dengan lebih mendalam.
Hasilnya antara lain demikian:
- Orang muda yang masih memandang baik atas keberadaan Gereja Katolik.
- Orang muda ingin agar Gereja Katolik bisa berjalan bersama dengan mereka.
- Keluarga menjadi komunitas pertama dan utama untuk membimbing mereka.
- Dunia digital juga dirasa penting dalam kegiatan orang muda dan pastoral Gereja.
- Acara temu orang muda masih diperlukan dengan kegiatan yang berkelanjutan dan dibutuhkan pembimbing rohani bagi mereka melalui kegiatan pengembangan minat dan bakat.
Kesetiaan dan niat naik
Beberapa peserta mengajukan pertanyaan kepada pembicara. Salah satunya adalah Bernadet yang menjadi pembimbing orang muda di parokinya.
Ia bertanya, bagaimana caranya mengajak orang muda Katolik untuk ikut serta dalam kegiatan pengembangan orang muda serta mengajak mereka untuk melèk politik.
Hal ini pun dijawab oleh peserta sinode yaitu Anastasia Indrawan yang menceritakan pengalamannya ketika menjadi Ketua OMK di Stasi Fransiskus Asisi Mal Taman Anggrek.
Menuju Sinode Orang Muda di Vatikan: Toleransi Antarumat Beragama (2)
Stacy, panggilannya, mengatakan bahwa ia memulainya dengan tujuh orang anggota saja dan kini sudah menyentuh angka seratusan anggota. “Untuk mengajak orang muda diperlukan kesetiaan dan niat baik,” ujar Stacy.
Walaupun nantinya ada yang keluar dan masuk kembali, hal tersebut adalah dinamika yang ada dan menjadi sebuah pengalaman. Perlu merangkul semua orang muda dan setiap prosesnya akan menghasilkan buah yang baik.
Mgr. Pius juga menambahi, untuk mengajak orang muda diperlukan metode yang tepat. “Cara pendamping mengajak orang muda adalah berjalan bersama dengan mereka sendiri,” ujar beliau.
Tidak hanya itu, Dr. Yohana juga menambahkan bahwa orang muda adalah agen perubahan maka perlu didampingi dengan intens dan memerlukan pendekatan yang positif.
“Bila pendamping menganggap orang muda adalah orang yang optimis dan memiliki visi ke depan, maka metodenya akan sangat persuasif. Namun bila pendekatannya sudah negatif, maka metodenya akan cenderung represif,” ujar Dr. Yohana.
Gereja mendengarkan
Mari kita doakan dan mendukung Sinode Orang Muda 2018 “Orang Muda, Iman, dan Diskresi“.
Panggilan agara dapat berjalan dengan lancar dan menghasilkan sebuah terobosan baru dalam Gereja yang nantinya akan diimplementasikan dalam Gereja itu sendiri.
Semoga Tuhan melindungi Monsinyur dan Stacy dalam setiap kegiatan yang akan berlangsung di Vatikan pada 3-28 Oktober nanti.