Sabtu, 26 Juni 2021
Kej.18:1-15
Mat. 8:5-17
HIDUP ini tidak sekedar hitam putih dengan menapaki jalan yang lurus. Namun penuh warna dan kadang harus melewati jalan berliku.
“Pada waktu itu saya berpikir bahwa saya segalanya. Maka tidak ada yang perlu saya cemaskan, apalagi saya takutkan,” kata seorang bapak mengawali syeringnya.
“Saya tidak tergantung pada siapa pun. Saya bebas dan bisa berbuat semau saya,” tuturnya.
“Apa pun saya lakukan untuk memenuhi hasrat dan keinginanku,” kisahnya.
“Namun saya akhirnya harus takluk pada hukum kehidupan. Karena di atas langit masih ada langit. Saya ditangkap polisi, karena kasus obat terlarang. Harus menjalani hidup di penjara 10 tahun lamanya,” kenangnya.
“Saat itu barulah saya sadar bahwa saya hanyalah manusia lemah. Ketika melihat ibu saya menangis. Ketika anak dan isteriku menjerit histeris tak rela aku digelandang polisi ke mobilnya,” kisahnya dengan sendu.
“Itulah saat yang paling menyedihkan dan selalu tergiang, saya telah menghancurkan kepercayaan mereka,” katanya.
“Lima tahun kemudian saya mempunyai sipir yang beragama Katolik. Dari dialah saya belajar agama Katolik hingga menerima Sakramen Baptis. Sebelum keluar dari lembaga itu,” tuturnya.
“Sipir itu punya pribadi yang sederhana dan jujur. Kata-katanya membantuku mampu melihat kemungkinan hidup baru setelah keluar dari lembaga,” katanya.
“Sejak berjumpa dengan sipir itu, saya semakin menyadari bahwa saya perlu Tuhan. Saya perlu pegangan hidup baru untuk menghadapi aneka tantangan, godaan bahkan ancaman dalam hidup ini,” tuturnya.
“Ketika saya dibaptis, banyak orang yang mencibir saya. Khususnya teman-teman. Bahkan mereka mengucilkan saya, namun saya tetap pada keputusanku, mengikuti Yesus,” lanjutnya.
“Saya tidak menyangka bahwa melalui lembaga inilah saya mentas menjadi manusia, menjadi orang yang punya tujuan dan harapan dalam hidup ini,” tuturnya.
Tuhan membuat semuanya jadi baik.
Meski untuk sampai pada tahap itu jalan terjal dan berliku harus dilalui.
Cara Tuhan membuka hati kita kadang melalui kejatuhan yang tak pernah terkira sebelumnya.
Dan cara Tuhan membimbing kita pun melalui perjumpaan dengan orang-orang yang tak terduga sebelumnya namun seakan secara khusus diutus untuk membantu kita.
Apakah saya menemukan dalam liku-liku hidup ini kehendak Tuhan yang ingin dinyatakan pada kita?