SMA Katolik Surya Atambua Meretas Program CELL-KBKK (4)

0
1,071 views

HARI-hari menjelang Natal tahun 2000 silam. Sebanyak 10 orang anggota KBKK (Kelompok Bakti Kasih Kemanusiaan) datang mengunjungi  Keuskupan Atambua di Kabupaten Belu, Timor Barat. Dengan judul misi Pelayanan Firman dan Medik, tim kecil KBKK ini beranggotakan dr. Irene Setiadi, dr Lukas Jusuf, Enny Nusanti, Evy Surjani, Yap Fu Lan, Theresia Wibisono, Petrus Jacky, Maulana, dan Romo Terry Ponomban.

Mereka datang mengunjungi Atambua dengan maksud ingin melakukan pelayanan firman dan medik. Alih-alih pergi ke Roma mengikuti Tahun Yubileum Agung 2000 dan melewati Pintu Iman di Vatikan, Romo Terry Ponomban berhasil ‘membelokkan’ keinginan calon kelompok ziarah rohani ke Roma dan Yerusalem menuju Atambua. Nah, target sasaran pelayanan medik dan firman ini adalah ratusan ribu pengungsi politik Timor Timur yang telah meninggalkan  kampung halaman mereka di bekas wilayah provinsi Indonesia.

Rumah dan sekolah tenda

Pada tahun 2000 silam itu, para pengungsi politik ini tinggal menghuni ‘rumah-rumah tenda’  di tempat-tempat penampungan sementara di setiap sudut kota Atambua. Yang disebut ‘rumah tenda’ pada waktu itu sama sekali bukanlah hunian tenda peleton atau tenda berbahan baku parasut layaknya Pramuka.

Sama sekali bukan. ’Rumah tenda’ waktu itu tak lebih dari segumpal plastik putih selebar kurang lebih 1-3 meter sebagai genting penahan panas dan hujan. Di bawah atap plastik dengan alas plastik itu pula, ribuan pengungsi Timtim tinggal hidup dan tinggal bersama anggota keluarganya.

Setahun kemudian di tahun 2001, tim KBKK  datang lagi ke Atambua membawa bantuan paket sembako dan melakukan pelayanan medik. Pengalaman pelayanan KBKK di Atambua tahun 2001 ini ternyata meninggalkan kesan teramat mendalam bagi Farida, salah satu anggota tim KBKK. Terutama, ketika ia bersama rombongan KBKK datang mengunjungi kompleks SMA Katolik Surya Atambua.

Baca juga:  SMA Katolik Surya Atambua Raih School Challenges Award 2015 (3)

Waktu itu, perhatiannya tertuju pada kondisi fisik sekolahan yang sangat memprihatinkan. Bangunan kompleks sekolahan ini sangat luas dan besar; juga kokoh dan bagus, namun di sana-sini terjadi banyak kebocoran. Kompleks sekolahan ini juga terkesan  sangat kumuh dan tak terawat, sementara sekolah itu  sendiri menurut pengamatan Farida waktu itu sebenarnya menyimpan ‘harta’ terpendam: potensi besar untuk bisa berkembang.

Seiring dengan perjalanan waktu, kesan yang menggelisahkan nurani jiwa itu makin redup namun tidak sepenuhnya hilang.  Barulah 12 tahun kemudian, bersama tim KBKK lain Farida datang lagi ke Atambua dan kembali lagi mengunjungi kompleks sekolahan Surya (Suria). Lagi-lagi, kesan mendalam hinggap menancap sanubarinya. Kondisi fisik kompleks sekolahan sudah jauh berubah dengan penataan yang lebih apik dan asri.

Mata hati Farida kali ini tertuju pada mata batin para murid SMA Katolik Surya yang sempat dia temui dan diajaknya ngobrol sana-sini.  Di mata dia, potensi besar anak-anak didik sekolah katolik milik Keuskupan Atambua ini seakan ‘terbelenggu’,  tidak bisa mencuat berkembang karena tiada fasilitas penunjang. Dan itu sangat  mengusik nurani Farida.

Di situ, ia melihat pendaran sinar besar yakni rasa ingin tahu amat sangat di banyak para murid akan ‘dunia luar’ yang tergelar jauh di balik tembok kokoh bangunan sekolah. Tapi  apa daya, SMA Katolik Surya Atambua ini tidak punya fasilitas memadai untuk ‘melihat dunia luar’ tanpa harus keluar dari kungkungan tembok sekolah.

Karenanya, kata suara hati Farida waktu itu, ketersediaan komputer dan jaringan internet layaknya banyak sekolah modern di Jabodetabek harus di-ada-kan. Program pengajaran modern berbasis IT harus dipraktikkan di SMA Katolik Surya ini. Tujuanya antara lain agar bisa mengejar ketertinggalan murid dan guru di SMA Katolik Surya ini mereguk nafas dan iraman peradaban modern yakni metode pengajaran berbasis teknologi IT yang kini sudah dipraktikkan oleh sekolah-sekolah lain di banyak tempat di seluruh Indonesia.

Program CELL-KBKK

Usai perjalanan KBKK ke Atambua yang kedua kalinya inilah, kegelisahan pertama yang dirasakan Farida sejak kunjungan pertamanya di  tahun 2001 terus bergejolak dan semakin kencang. Ia gelisah karena ingin berbuat sesuatu, namun belum tahu harus melakukan apa untuk bisa mengembangkan potensi anak-anak didik di SMA Katolik Surya Atambua ini.

Setelah bertahun-tahun bergumul dengan keinginan mau berbuat sesuatu demi kemajuan SMA Katolik Surya Atambua ini, akhirnya Farida bersama KBKK menemukan solusi praktisnya. Bertolak dari  pengalamannya sendiri belajar di luar negeri dimana akses dan hak memperoleh pendidikan terjadi pada semua orang plus pengalaman anaknya bersekolah internasional di Jakarta, maka sampailah dia pada sebuah keputusan penting.

Yakni, keyakinan pasti bahwa SMA Katolik Surya (Suria) Atambua hanya bisa maju dan murid serta para gurunya akan berkembang, kalau metode ajar diperbaharui atau dimodifikasi sesuai dengan tuntutan dan perkembangan zaman. Itu tidak lain dengan memberikan metode ajar baru. Inilah metodologi pengajaran yang kini mulai diakrabi banyak sekolah internasional, nasional plus dan beberapa sekolah unggulan di Jakarta yaitu metode ajar berbasis aplikasi  IT.

sma surya atambua monev 1
Tim CELL-KBKK bersama mitranya PesonaEdu dari Jakarta melakukan kegiatan monitoring and evaluation (monev) untuk mengukur tingkat capaian program Computer English Learning Laboratory (CELL) di SMA Katolik Surya (Suria) milik Keuskupan Atambua di Kabupaten Belu, Timor, NTT. (Mathias Hariyadi/Sesawi.Net)

Sampailah akhirnya proses identifikasi itu menggumpal menjadi sebuah pemikiran yang bisa diwujudkan: merilis program CELL (Computer English Learning Laboratory). Karena program ini diampu oleh KBKK, maka program ini lantas bernama CELL-KBKK.

Program CELL-KBKK tahap pertama bergulir sejak tahun 2014, tak lama setelah KBKK melakukan perjalanan berikutnya ke Atambua pada tahun 2013 ketika berlangsung Pesta Perak 25Tahun tahbisan imamat Romo Yosep Ukat Pr. Namun, kurangnya pengalaman membuat program CELL-KBKK di tahap pertama ini kurang menuai sukses, lantaran kurang siapnya tenaga-tenaga didik di SMA Katolik Surya Atambua akan hal-ikwal dunia IT beserta aplikasinya untuk metode pengajaran.

Belajar dari pengalaman inilah, program CELL-KBKK perlu dirumuskan kembali secara lebih baik dengan kriteria capaian yang diharapkan. Untuk mewujudkan mimpi besar inilah,  CELL-KBKK menggandeng mitra kerja PesonaEdu untuk menggulirkannya secara lebih profesional, terukur, dan memenuhi target capaian yang diharapkan. Akhirnya pada awal tahun ajaran 2015-2016, resmilah CELL-KBKK menggandeng PesonaEdu untuk menerapkan metode ajar berbasis aplikasi IT.

Program CELL-KBKK ini diawali dengan penyediaan fasilitas komputer bersama perangkatnya untuk meningkatkan kapasitas murid dan guru sebagai  mentornya dalam menggunakan komputer untuk belajar dan mengajar. Barulah kemudian, program CELL-KBKK ini semakin dikembangkan dengan memasukkan aplikasi-aplikasi metode ajar yang disediakan oleh PesonaEdu.

Tenaga khusus setahun di Atambua

Agar program CELL-KBKK ini berjalan sukses dan lancar, KBKK lalu memfasilitasi  beberapa guru SMA Katolik Surya Atambua untuk mengikuti  program training di Jakarta bersama PesonaEdu.  Berikutnya, KBKK memfasilitasi PesonaEdu mencari tenaga profesionalnya, mengirim dan menempatkan tenaga profesionalnya ini sebagai konsultan bagi penerapan metode ajar berbasis IT selama setahun tinggal dan mengajar di SMA Katolik Surya Atambua.

Inilah kisah sejumput pergumulan batin anggota KBKK yang punya ‘hati’ bagi  SMA Katolik Surya Atambua agar para murid dan gurunya bisa berkembang meretas diri sebagai calon-calon agen perubahan di daerahnya.  Dimulai dari kegelisahan nurani akhirnya baru menemukan bentuk konkretnya setelah 15 tahun kemudian dengan diluncurkannya program CELL-KBKK bekerjasama dengan PesonaEdu.

Ini adalah sepenggal kecil riyawat kepedulian hati KBKK yang berkehendak ingin membangun Kabupaten Belu dan Keuskupan Atambua melalui jalur yang paling penting: edukasi. Karena itu, ketika beberapa anggota KBKK menyaksikan sendiri ketertinggalan daerah pinggiran di garis tapal batas Indonesia di Timor Barat – Timor Leste, maka pilihan hati membangun manusia melalui pendidikan itu lalu jatuh di SMA Katolik Surya (Suria) milik Keuskupan Atambua.

Akhir April 2016, sebuah tim kecil KBKK sengaja datang ke SMA Katolik Surya Atambua ini dan melakukan observasi lapangan. Tim kecil ini juga mempraktikkan kegiatan monitoring and evaluation (monev) guna mengukur tingkat keberhasilan program CELL-KBKK bersama mitranya PesonaEdu. Kegiatan monev ini berjalan sukses melalui rapat maraton evaluasi program bersama KepSek SMA Katolik Surya yakni Romo Benjamin “Min” Seran, para guru dan komite sekolah, mentor khusus dari PesonaEdu Jakarta dan sejumlah murid secara acak.

 

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here