SMP Kanisius Muntilan Mewarisi Budaya Kethoprak dan Literasi Betlehem van Java

0
31 views
Tampilan gelaran ketoprak ddengan lakon berjudul "Padepokan Apel Bludru" oleh para murid SMP Kanisius Muntilan di Taman Komunikasi Penerbit PT Kanisius. (FX Juli Pramana)

MUNTILAN hanyalah sebuah kota kecil; setaraf kota kecamatan saja. Di bawah administrasi pemerintahan Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Dalam sejarah Gereja dikenal sebagai “Betlehem van Java”, tempat awal misi Gereja Katolik ;khususnya di Tanah Jawa.

Banyak kisah sejarah kekristenan seperti misalnya ketokohan Romo van Lith SJ dan Romo Sanjaya Pr, serta Barnabas Sarikromo dengan kisah pembatisan massal di Sendangsono. Juga kisah berdirinya Yayasan Kanisius yang bermula di Muntilan.

Sekolah SMP Kanisius Muntilan berada di kompleks Museum Misi Muntilan. Lembaga pendidikan ini menjadi salah satu tonggak yang meneruskan misi sekolah Katolik. Lembaga persekolahan milik Keuskupan Agung Semarang ini berkehendak menyiapkan generasi muda penerus Gereja dan Bangsa Indonesia.

SMP Kanisius Muntilan gelar ketoprak di Taman Komunikasi Penerbit PT Kanisius Yogyakarta. (SMP Kanisius Muntilan)

Sejak tahun 1952

SK Pendirian SMP Kanisius Muntilan tercatat nomor 48487 SUBS, tanggal SK Pendirian22 Desember 1952.

SMP Kanisius Muntilan pada Tahun Pelajaran 2023-2024 mengambil tema “Mencintai Muntilan: Religi, Kuliner dan Seni Berpadu dalam Toleransi”. Ini menjadi pijakan implementasi Kurikulum Merdeka dan pendidikan kontekstual. Hari Sabtu, 22 Juni 2024, SMP Kanisius Muntilan melaksanakan “Gelar Karya Project Based Learning”.

Kegiatan yang digelar:

  1. Peluncuran buku hasil karya siswa.
  2. Pameran lukisan hasil karya siswa.
  3. Pemutaran film dokumeter hasil karya siswa.
  4. Penampilan akustik band dari Specanist Band.
  5. Pertunjukan Ketoprak Bocah dengan iringan gamelan.

Kepada Sesawi.Net Kepala SMP Kanisius Muntilan Yoseph Bambang Sulistyanto Triyono menyampaikan, kegiatan ini bertujuan mengajak siswa mengenal, mengeksplorasi dan menghargai keragaman religi, landmark, kesenian dan kuliner Muntilan.

SMP Kanisius Muntilan gelar penampilan seni budaya ketoprak, pameran hasil seni murid dan buku hasil literasi tentang apa dan bagaimana Muntilan. (SMP Kanisius Muntilan)

Kethoprak Bocah

Gelar budaya ditampilkan oleh siswa-siswi SMP Kanisius Muntilan dengan pertunjukan Kethoprak Bocah berjudul Padepokan Apel Bludru.
Gelar Kethoprak dan Pameran Karya Siswa ini berlangsung di Taman Komunikasi (Takom) PT Kanisius, Deresan, Catur Tunggal, Yogyakarta.

Kethoprak ini mendapapatkan apresiasi dari masyarakat yang hadir menonton lebih 450 orang. Penonton datang dari Muntilan, Sumber, Temanggung, Jogjakarta dan sekitarnya. Pementasan dilakukan dalam dua kali pementasan: Pertama pukul 16.00-17.00 WIB dan kedua pada pukul 19.00-20.00 WIB.

Nilai yang mau ditanamkan dalam pementasan kethoprak ini agar anak belajar mencintai budaya kethoprak sebagai hiburan rakyat yang sekarang mulai jarang ditemukan di tengah masyarakat. Selain itu, juga untuk meningkatkan kepercayaan diri para siswa dengan melakukan seni peran sandiwara berbahasa Jawa. Terjadi dalam bentuk kesenian kethoprak. Juga untuk menumbuhkan minat mencintai musik tradisional gamelan sebagai pengiring musik kethoprak.

Tampilan gelaran ketoprak oleh para murid SMP Kanisius Muntilan di Taman Komunikasi Penerbit PT Kanisius. (FX Juli Pramana)

Kisah cerita “Padepokan Apel Bludru
Lakon ini menceritakan tentang Padhepokan Apel Bludru. Ini merupakan sebuah perguruan (pawiyatan) tempat menuntut ilmu kepunyaan Ki Lebda Carita. Di dalam keraton, baginda raja memiliki anak tunggal bernama Pangeran Anom. Ia sedang bermasalah.

Sebagai anak Generasi Z, Pangeran Anom suatu saat akan menjadi raja menggantikan ayahndanya. Namun, ternyata ia mempunyai kesulitan bersosialisasi dengan lingkungannya. Juga tidak mengenal akar budayanya; memiliki ketergantungan pada media sosial demi mengejar selera netisen.

Sebagai sebuah lembaga pendidikan, Padhepokan Apel Bludru mencoba memberikan solusi dalam bentuk teka-teki simbolik yang ternyata sulit dipahami oleh raja dan permaisuri. Pada akhirnya, Gusti Sepuh Kakung, orangtua baginda rajalah yang berusaha mengurai dan mengartikan teka teki tersebut.

Para pemain

  • Semeru sebagai Raja.
  • Angel sebagai Prameswari.
  • Tinon sebagai Pangeran Anom.
  • Novean sebagai Gusti Sepuh Kakung.
  • Putri sebagai Gusti Sepuh Putri.
  • Devlin sebagai Ki Lebda Carita.
  • Budi sebagai Gatot Wirantaka.
  • Rosa sebagai Gethuk Sulastri.
  • Anton Sebagai Harjo Baceman.
  • Dewi sebagai Dewi Besengek.
  • Celine sebagai Gelek Pengasih.
  • Wening sebagai Mendut Pusparatri.
  • Elisa sebagai Nyi Lebda.
  • Zacky sebagai Glanggem.
  • Cinta dan Putri Kirana sebagai Narator.
Tampilan gelaran ketoprak oleh para murid SMP Kanisius Muntilan di Taman Komunikasi Penerbit PT Kanisius. (FX Juli Pramana)

Tanggapan masyarakat
Masyarakat sangat mengapresiasi penampilan anak-anak pemain kethoprak yang ternyata di luar ekspektasi. Mereka sangat fasih bermain ketoprak dan ceritanya sangat sesuai dengan keadaan saat ini. Pada gelaran ini, ketoprak disajikan dengan format full bahasa Jawa yang ternyata bisa diikuti dengan mudah alur ceritanya. Komedi yang muncul dan disajikan terasa sangat segar dan menghibur.

Transformasi tidak meninggalkan tonggak budaya
Direktur Utama PT Kanisius Romo E. Azismardopo Subroto SJ memberi apresiasi gelaran kethoprak siswa. Apresiasi disampaikan, saat Romo Aziz menjadi narasumber seminar “Menciptakan dan Mengangkat Brand Sekolah Yayasan Kanisius”.

Seminar ini diikuti 125 orang kepala sekolah di bawah naungan Yayasan Kanisius dan berlangsung haru Senin 24 Juni 2024 di Takom PT Kanisius Yogyakarta.

Direktur Penerbit PT Kanisius: Romo E. Azizmardopo Subroto SJ. (Penerbit Kanisius)

Romo Aziz menyampaikan apresiasinya, cerita kethoprak yang mengkisahkan Pangeran Anom sebagai generasi Z zaman sekarang sangat kontekstual. Pangeran Anom sebagai penerus Kerajaan Padepokan Apel Bludru dihadapkan pada pilihan nilai untuk melanjutkan tugas pewarisan kerajaan:Apakah mau mengubah kerajaan menjadi kerajaan era sekarang modern atau kerajaan yang mewarisi tonggak nilai budaya yang ada.

Ini menjadi teka-teki yang di akhir lakon kethoprak dan jawabannya diserahkan ke pada penonton.

“Saya berpikir dan mengapresiasi. Semoga Pangeran Anom mampu meneruskan tugas menjadi Raja Padepokan Apel Bludru dengan melakukan perubahan, tetapi tidak mencerabut tonggak nilai-nilai keluhuran budaya yang ada dan mengakar di kerajaan itu,” kata Romo Aziz . “

Kethoprak ini sangat bagus karena mengangkat cerita aktual dan mengajak anak-anak berefleksi,” lanjut Romo Aziz yang dikenal sebagai “Romo Pembina Pramuka” yang sangat kental dengan Gerakan Kepanduan ini.

Kegiatan pameran dan bazar karya siswa

Selain gelaran kethoprak para pengunjung gelar karya juga memadati ruang pameran dan bazar karya siswa dan mengunjungi
Taman Komunikasi. Gelar yang dipamerkan:

  • Lukisan karya siswa sejumlah 50 karya; terjual 3 buah lukisan @250rb
  • Buku hasil karya siswa; dari 10 buku terjual 8 buku @150rb

Suasana yang nampak: pengunjung dan penonton hadir melihat lukisan dan buku yg dipamerkan. Hadirin juga dimanjakan dengan diperdengarkan iringan musik persembahan Specanist Band.

Hasil program literasi para murid SMP Kanisius Muntilan sehingga bisa terbit dalam bentuk buku berjudul “Bethlekem van Java”.

Para penontoh kethoprak mendapatkan kegembiraan lebih, karena para penonton yang menukarkan e-tiket dengan gelang tiket mendapat bonus minuman wedang kacang khasMmuntilan, gantungan kunci dan voucher diskon 25% pembelian barang-barang di showroom PT Kanisius hingga tanggal 30 Juni 2024.

Direktur Yayasan Kanisius Cabang Kedu: Romo Danang Bramasti SJ.

Buku hasil karya siswa

Buku hasil karya siswa berjudul Betlehem van Java. Buku ini di cetak oleh PT Kanisius berisi literasi Muntilan tentang bangunan-bangunan religi dan budaya di sekitaran Muntilan dan jajanan kuliner khas Muntilan.

Buku ini merupakan kumpulan hasil pembelajaran. “Hasil pembelajaran selama setahun; berupa karya tulis peserta didik. Lalu dikumpulkan dan kemudian dicetak menjadi sebuah buku,” kata Kepala Yayasan Kanisius Cabang Magelang: Romo AP Danang Bramasti SJ.

“Pembelajaran yang dilakukan SMP Kanisius Muntilan merupakan bagian skenario besar yang kini tengah dijalani oleh Yayasan Kanisius Cabang Magelang. Yakni, pengejawantahan pendidikan kontekstual yang mengajak para siswa mengenal diri sendiri dan lingkungan.

Inilah literasi yang dilakukan para siswa mengulik, menggali, menulis, dan menarasikan budaya, religi, kuliner yang ada di Betlehem van Java,” ungkap Romo AP Danang Bramasti SJ.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here