SMP St. Maria Banjarmasin Jadi Sekolah Penggerak untuk Wujudkan Merdeka Belajar

0
490 views
Pj Walkot Banjarmasin Akhmad Fydayeen menyerahkan SK Sekolah Penggerak kepada Kepala SMP Santa Maria Banjarmasin, Sr Aloysia Jawa Hajon SFD (Antaranews Kalsel/Humas Pemkot Banjarmasin).

LEMBAGA pendidikan Katolik ini bernama SMP Santa Maria Banjarmasin. Sekolah binaan para Suster Fransiskus Dina (SFD) ini berhasil menjadi satu-satunya SMP swasta di Kota Banjarmasin yang lolos program Sekolah Penggerak Kemendikbud-Ristek.

Untuk kota berjuluk Seribu Sungai ini ada 16 sekolah yang lulus. Dengan rincian tiga tingkat TK, 10 tingkat SD, tiga tingkat SMP.

Hal ini diumumkan dalam peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) tahun 2021 yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kota Banjarmasin di balaikota, Senin (3/5).

16 sekolah

Pejabat Wali Kota Banjarmasin Akhmad Fydayeen bersama Kepala Dinas Pendidikan Kota Banjarmasin Totok Agus Daryanto menyerahkan Surat Keputusan (SK) Penetapan 16 sekolah penggerak tersebut.

Ke-16 sekolah tersebut adalah TK Pembina Banjarmasin Tengah, TK Inklusi Pelita Hati dan TK At Tibyan.

Untuk tingkat SD adalah SDN Pelambuan 4, SDN Seberang Masjid 1, SDN Sungai Andai 3, SDN Sungai Miai 11, SDN Kebun Bunga 3, SDN Antasan Kecil Timur 1, SDN Murung Raya 1, SDN Teluk Dalam 7, SDIT Ukhuwah dan SD Hippindo.

Sedangkan untuk tingkat SMP yakni SMPN 16, SMPN 1, dan SMP Santa Maria Banjarmasin.

Program Merdeka Belajar

Sekolah-sekolah penggerak ini selanjutnya akan melaksanakan program merdeka belajar, selama tiga tahun.

Dikutip dari kumparan.com, ada empat tahapan transformasi sekolah Indonesia melalui program Sekolah Penggerak.

  • Pertama, hasil belajar siswa di atas level yang diharapkan.
  • Kedua, lingkungan belajar aman, nyaman, inklusif dan menyenangkan.
  • Ketiga, pembelajaran berpusat pada murid, bukan berpusat pada regulasi.
  • Dan keempat, refleksi guru dan perbaikan pembelajaran diharapkan terjadi dan sekolah melakukan pengimbasan.

Saat merilis Program Sekolah Penggerak yang dilakukan secara virtual, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan Ristek, Nadiem Makarim mengatakan berikut ini. Sekolah Penggerak bisa menjadi panutan, tempat pelatihan, dan juga inspirasi bagi guru-guru dan kepala sekolah lainnya.

Dalam Sekolah Penggerak, katanya, guru memberi pelajaran tak hanya satu arah. Melainkan suatu berbagai aktivitas yang menyenangkan yang memuat kompetensi-kompetensi bernalar kritis, kolaborasi, dan kreatif.

Ciri-ciri

Sekolah Penggerak juga harus memiliki ciri-ciri berikut:

  1. Memiliki kepala sekolah yang mengerti proses pembelajaran siswa dan mampu mengembangkan kompetensi guru
  2. Memiliki tenaga pendidik dan kependidikan yang mengerti bahwa setiap peserta didik itu berbeda sehingga cara pengajaran terhadap masing-masing anak juga berbeda
  3. Dapat menghasilkan Profil Pelajar Pancasila sebagai upaya untuk mewujudkan Indonesia maju yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian yang beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, mandiri, bernalar kritis, kreatif, bergotong royong, dan berkebhinekaan global
  4. Mendapat dukungan komunitas dalam proses pendidikan di kelas, baik dari orang tua, tokoh masyarakat sampai pemerintah setempat

Ditemui terpisah, Kepala SMP Santa Maria Banjarmasin, Sr. Aloysia Jawa Hajon SFD, S.Pd menyampaikan rasa syukurnya ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa.

Ini melengkapi kebahagiaan semua warga sekolah, karena sebelumnya dua guru SMP Santa Maria Banjarmasin yaitu Rosy Yulita S.Pd dan Lusyarniwati Manullang S.Pd lulus Program Guru Penggerak. “Semoga bisa sinergi antara Sekolah Penggerak dan Guru Penggerak,” harapnya.

Sr. Aloysia SFD melanjutkan demikian.

Lolosnya SMP Santa Maria Banjarmasin dalam Program Sekolah Penggerak merupakan sebuah prestasi. Tetapi, apa yang harus dilakukan selanjutnya tidak semudah membalik telapak tangan. 

Semua pihak harus saling berkomunikasi, bersinergi secara pribadi maupun kelompok, berjalan berdampingan, saling menguatkan dan menjaga satu sama lain. “Selesai dari acara di balaikota, saya langsung kembali ke sekolah. Saya sampaikan berita gembira ini kepada guru dan karyawan,” ungkapnya.

“Ini hadiah sekaligus tantangan baru ke depan. Sekolah Penggerak bukan hanya sekadar contoh bagi sekolah lain, tetapi niat dan tujuan utamanya adalah mendidik generasi anak bangsa dengan semangat merdeka belajar,” katanya lagi.

Evaluasi

Ketika ditanya tentang kiat-kiat hingga SMP Santa Maria bisa lolos, Sr. Aloysia SFD menceritakan jika itu berkat kerja sama semua guru dan karyawan. Setelah mendaftar Sekolah Penggerak, ia langsung melakukan evaluasi terhadap apa yang sudah sekolah lakukan dalam beberapa tahun terakhir.

Evaluasi itu sebagai bentuk penilaian apakah SMP Santa Maria Banjarmasin sudah benar-benar siap untuk mengikuti program Sekolah Penggerak.

Dari hasil evaluasi tersebut, beberapa ciri-ciri Sekolah Penggerak sudah dilakukan sekolah ini, terutama dengan pelaksanaan pendidikan karakter.

SMP Santa Maria Banjarmasin dalam beberapa tahun belakangan sudah menerapkan pendidikan dengan karakter ke-SFD-an.

Karakter ke-SFD-an didasari pada spiritualitas Suster-Suster Fransiskus Dina (SFD).

Misalnya pada poin kedua ciri Sekolah Penggerak, sejak berdiri puluhan tahun lalu, siswa di SMP Santa Maria Banjarmasin berasal dari latar belakang yang beragam –agama, suku, budaya, dan kondisi perekonomian.

Para tenaga pendidik dan kependidikan juga beragam latar belakangnya.

Semua keragaman itu membuat setiap anak diajar dengan pendampingan yang berbeda. Kemudian, pada poin ketiga, SMP Santa Maria Banjarmasin juga sudah mengedepankan kebersamaan dalam keragaman.

Misalnya, dengan mengadakan peringatan hari-hari besar keagaaman, tersedianya ruang doa untuk semua agama di sekolah, atau yang paling sederhana, saling mengucapkan selamat merayakan hari-hari besar keagamaan bagi mereka yang merayakan.

Poin ketiga itu juga sudah dikembangkan melalui pendidikan kepramukaan. Misalnya, anak sudah ditunjukkan bagaimana ketika melihat sampah atau daun kering yang berserakan. Siswa SMP Santa Maria Banjarmasin sudah diarahkan agar peduli pada lingkungan sekitar

“Sekarang saatnya mengembangkan dan meningkatkan semua itu lebih jauh lagi, tentu dengan arahan dari kementerian. Kita akan berjuang mewujudkan merdeka belajar. Skill guru di-upgrade lagi, sarana dan prasarana di-update lagi,” kata Sr Aloysia SFD lagi.

Komunikasi langsung

Semangat merdeka belajar dalam Sekolah Penggerak ini dapat menjadi satu di antara perwujudan pesan Paus Fransiskus pada Hari Komunikasi Sosial ke-55 tahun 2021.

Paus Fransiskus menyebut, jika kita tidak cukup berkomunikasi dengan kata-kata, tetapi juga dengan mata, nada suara dan dengan gerakan.

Ini adalah ciri Sekolah Penggerak. Yakni, ketika para guru tidak hanya mengajar dengan kata-kata, tetapi juga dengan memberi teladan.

Seperti daya tarik Yesus dalam pengajaran-Nya, terletak pada kebenaran khotbah-Nya, tetapi menurut Paus Fransiskus efektivitas dari apa yang Yesus katakan tidak terlepas dari tatapan, sikap, dan bahkan keheningan-Nya. Sehingga, para murid tidak hanya mendengarkan perkataan-Nya, mereka melihat Yesus berbicara.

Teladan Kristus ini adalah teladan yang baik bagi para guru, khususnya di SMP Santa Maria Banjarmasin untuk mewujudkan merdeka belajar.

Dewasa ini, kita sering melihat betapa banyak kata-kata kosong dalam setiap bidang kehidupan publik, bisnis, politik, bahkan dalam bidang pendidikan.

Ada begitu banyak orang yang fasih berbicara tetapi kosong dalam tindakannya.

“Iya, memang teladan Kristus dalam mengajar, dapat menjadi contoh yang baik dalam mewujudkan berhasilnya Sekolah Penggerak dan kesuksesan merdeka belajar. Ini tantangan besar. Kita semua harus mau membuka diri untuk datang, melihat satu sama lain, lalu komunikasi secara pribadi,” pungkasnya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here