“Sejarah bukanlah beban ingatan, melainkan penerangan jiwa.” – John Dalberg-Acton
UNGKAPAN ini menjadi peneguh jalan penulisan sejarah.
Penyusunan sejarah Gereja Keuskupan Agung Semarang (KAS) merupakan langkah berjalan bersama menemukan kembali spirit misioner yang ditandai penyebaran umat Katolik dengan pembabtisan, berdirinya stasi dan paroki serta kevikepan.
Selain itu, kehadiran biara di paroki di wilayah pastoral Keuskupan Agung Semarang mendukung keberadaan misi pewartaan Gereja; menjadi persemaian tumbuh suburnya panggilan.
Penulisan sejarah Gereja Keuskupan Agung Semarang bukan saja upaya untuk melawan lupa. Lebih dari itu, juga untuk mensyukuri karya penyelamatan Allah yang telah menjadi sejarah keselamatan sampai saat ini dan mendatang.
85 tahun Keuskupan Agung Semarang
Menyongsong peringatan 85 Tahun Keuskupan Agung Semarang yang akan dirayakan 25 Juni 2025, Tim Sejarah Keuskupan Agung Semarang mengadakan Sosialisasi Penyusunan Sejarah Paroki dan Komunitas Biara.
Pertemuan ini berlangsung di Aula Ignatius Kevikepan Surakarta, Selasa 28 Februari 2023.
Hadir pada pertemuan sosialisasi Vikep Surakarta Rama Robertus Budiharyana Pr, Tim Sejarah KAS Rama Agustinus Sudarisman Pr, Rama Petrus Noegroho Agung Sriwidodo Pr, Bapak Antonius Tri Usada Sena, dan Ketua Tim Penyusunan Sejarah Paroki dan Biara Kevikepan Surakarta Rama Yohanes Dwi Andri Ristanto Pr.
Selain itu hadir perwakilan dari 29 paroki Kevikepan Surakarta, komunitas biara Bruder FIC, dan Suster-suster BKK, Ursulin, SND, FSGM dan OSF sebanyak 62 orang. Selain secara luring, pertemuan juga dilakukan secara daring yang diikuti paroki-paroki di seluruh wilayah Kevikepan Surakarta.
Sejarah Kevikepan Surakarta
Vikep Surakarta Rama Robertus Budiharyana Pr memberi sambutan; dengan membaca sejarah Kevikepan Surakarta. Hal ini dimaksudkan untuk mengenalkan dan mengingatkan kembali sejarah kevikepan; juga sebagai contoh kecil penulisan sejarah paroki dan biara.
“Penyusunan sejarah paroki tentu bukan hal mudah, karena tim penyusun harus mencari, menggali sumber-sumber sejarah, membuka Buku Babtis; termasuk di antaranya bertanya kepada keluarga umat misalnya penerima babtisan pertama atau para imam yang pernah berkarya di paroki,” kata Rama Budi.
Mengisi konten buku sejarah
Romo Sudarisman sebagai anggota Tim Penyusunan Sejarah Keuskupan Agung Semarang pada saat pertemuan menjelaskan penulisan buku sejarah paroki dan biara.
Buku sejarah paroki akan berisi sejarah berdirinya paroki, babtisan pertama, para pastor yang pernah berkarya, karya-karya paroki dan foto-foto pastor yang pernah berkarya di paroki.
Sedangkan sejarah biara berisi sejarah berdirinya biara di paroki tempat reksa pastoral biara itu berada serta karyanya.
“Harapannya buku sejarah paroki dan biara se-Keuskupan Agung Semarang dapat dijadikan buku untuk merayakan peringatan 85 tahun Keuskupan Agung Semarang,” kata Romo Sudarisman.
Sumber sejarah paroki
Penyusunan sejarah paroki di Keuskupan Agung Semarang didasarkan pada beberapa sumber sejarah. Di antaranya data dan dokumen yang dimiliki paroki, tulisan-tulisan sejarah paroki yang termuat di Buku P5 (Pedoman Pelayanan Pelaksanaan Pastoral Paroki). Juga buklet paroki yang memuat sejarah paroki yang dibuat saat perayaan ulang tahun paroki, sejarah KAS pada perayaan 70 tahun keuskupan, catatan sejarah yang ada di web, blog, buku-buku sejarah keuskupan, kevikepan dan paroki serta sumber literasi lainnya maupun catatan sejarah yang dimiliki umat dan keluarga Katolik serta sumber-sumber lain.
“Museum Misi Muntilan juga memiliki sumber sejarah paroki yang disimpan dari berbagai sumber yang bisa diakses untuk bahan penyusunan sejarah paroki,” kata Antonius Tri Usada Sena, Sekretaris Museum Animasi Misioner Muntilan yang menjadi sekretaris Tim Sejarah Keuskupan Agung Semarang.