Songsong Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) bersama Agung Adiprasetyo dan Winoto Doeriat

0
1,491 views

SEBUAH seminar setengah hari hasil kolaborasi bareng antara ATMI Cikarang dan Yayasan Sesawi akan digelar di kampus ATMI Cikarang, hari Sabtu tanggal 21 November 2015, pukul 09.00-12.30 WIB.

Tema yang akan dibahas adalah seputar kesiapan Indonesia menyongsong era baru yang kini dikenal dengan istilah Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Dengan istilah MEA ini terpaparlah di depan mata di akhir tahun 2015 ini sebuah kawasan ekonomi ASEAN yang kompetitif dan terintegrasi dengan ekonomi global.

MEA

Itu berarti, ketika MEA mulai berlaku di ke-10 negara anggota ASEAN (Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, Singapura, Myanmar, Vietnam, Brunei Darussalam, Kamboja, dan Laos) maka semua orang yang menjadi warga negara di kelompok negara-negara anggota ASEAN ini bebas ‘berkeliaran’ mencari nafkah dan bekerja dimana pun. Termasuk, tanpa kecuali, Indonesia juga akan kebanjiran tenaga-tenaga kerja asing dari negara-negara anggota ASEAN. Indonesia juga boleh mengirim atau masing-masing orang atas inisiatif sendiri bisa bekerja di wilayah 10 negara anggota ASEAN tersebut.

Pertanyaannya, siapkah Indonesia menerima arus banjir tenaga kerja asing memasuki Nusantara dan ‘merebut’ peluang kerja yang mestinya diberikan anak-anak negeri sendiri? Lalu, bagaimana juga kesiapan negara, pemerintah pusat, dan pemerintah-pemerintah daerah di seluruh Indonesia menyongsong era globalisasi tenaga kerja ini?

Ketika berlangsung acara ASEAN Mayors Forum (AMF) 2015 yang berlangsung di Makassar pada tanggal 8-10 September lalu, mayoritas pemimpin daerah (bupati, walikota) di beberapa kota di Indonesia menyatakan: belum siap. Jangankan memiliki road map untuk menyongsong MEA, memahami konsep MEA pun juga belum banyak yang dong mudeng apa persisnya.

Padahal, MEA sudah sangat dekat di depan mata. Nah, dalam konteks masa depan Indonesia inilah Yayasan Sesawi mengajak mitranya ATMI Cikarang bekerja sama menggelar seminar setengah hari tentang seluk-beluk MEA dan tantangan ke depannya.

Yayasan Sesawi adalah sebuah lembaga nirlaba yang didirikan oleh para eks Jesuit Indonesia yang merasa bersatu dan perlu bekerjasama untuk menggulirkan ide-ide baru untuk masyarakat. Yayasan Sesawi dikelola oleh eks Jesuit Indonesia yang tergabung dalam Paguyuban Sesawi (Sesawier).

Sesawi itu sendiri merupakan singkatan dari Sesama Warga Ignatian. Dalam artian ini, Sesawier adalah mereka yang pernah mengikuti pendidikan model Jesuit di Novisiat SJ di Girisonta dan pernah menjalani Retret Agung selama 30 hari penuh dan karenanya boleh menyandang sebagai novis SJ.

Sesawi/Sesawier beranggotakan baik mantan novis, frater dan imam (pastor) Jesuit.

Romo-J-Cassut-SJ1
Alm. Romo Johann Cassut SJ (Ist)

Sementara ATMI Cikarang merupakan sebuah lembaga pendidikan sekolah teknik yang dikelola oleh para pastor Jesuit Indonesia. ATMI Cikarang merupakan perluasan dari ATMI Surakarta dan keduanya adalah milik Ordo Serikat Jesus Provinsi Indonesia (Provindo). (Baca:  Mengenal Petilisan Romo J. Casutt SJ: ATMI Surakarta dan  44 Tahun Sejarah ATMI Surakarta dalam Genggaman Alm. Romo J. Casutt SJ (1)

Kedua lembaga sekolah teknik ini dirintis oleh almarhum Romo J. Cassut SJ bersama rekannya alm. Romo Almering SJ. (Baca:  In Memoriam Romo Johann B. Cassut SJ: Jejak Rekam Panjang di Industri Teknik (2);

Dua pembicara ahli

Seminar setengah hari hasil kolaborasi antara Yayasan Sesawi dan ATMI Cikarang pada hari Sabtu pagi-siang tanggal 21 November ini akan diampu oleh dua narasumber yang ahli di bidangnya maupun ditopang oleh pengalaman riil.

Mereka adalah:

  • Agung Adiprasetyo, mantan CEO Kompas-Gramedia Group (KKG).
  • Dr. Winoto Doeriat, komisaris Asuransi Ramayana dan pakar manajemen.

Agung Adiprasetyo akan membawakan tema tentang tantangan-tantangan ke depan yang dihadapi Indonesia dan bagaimana hal itu mesti disikapi oleh dunia industri kurun waktu jangka pendek dan menengah.

Dr. Winoto Doeriat akan menyasar pada pokok pikiran tentang bagaimana menyiapkan pribadi-pribadi tepat guna dalam konteks global. Intinya adalah mencari jatidiri manusia dan bagaimana visi pribadi ini diarahkan untuk mencapai misi yang diembannya.

Seminar setengah hari ini sifatnya internal; hanya untuk para mahasiswa-mahasiswi ATMI Cikarang dan anggota Paguyuban Sesawi (Sesawier).

Kredit: Ist

 

 

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here